17. LEBIH DARI ITU

1.6K 235 74
                                    

17. LEBIH DARI ITU

Mika terlihat baru saja keluar dari salah satu toko perbelanjaan di PIM bersama dengan Dino yang menenteng bingkisan berisi tas bermerk untuk hadiah kakak perempuannya.

Wajah Mika kentara sudah kelelahan dan kelaparan, tapi gadis itu hanya diam saja mengikuti langkah Dino sampai mereka tiba di sebuah foodcourt.

"Mika mau makan apa? Biar gue pesenin, lo duduk sini aja," kata Dino setelah mereka berdua menemukan tempat duduk di pojok ruangan.

"Gue laper, jadi pengin nasi aja. Hm, nasi goreng seafood sama white water," jawab Mika tidak sepenuhnya serius.

Dino menarik napas, pura-pura melempar lirikan sinis ke Mika.

"Serius cantiiik ... Cantigi maksudnya."

Mika meringis mendengar ucapan Dino.

"Gue juga serius Dinosaurus. Masa tempat makan di mal besar gini nggak ada white water sih, Din," balas Mika.

Dino mengelus-elus dadanya, berlagak kalau kesabaran dia sudah di ujung tanduk. Padahal semua orang juga tahu, sabar dan rasa sayangnya pada Mika seperti mustahil untuk dihilangkan.

"Ya udah gue beliin akua aja deh ya, Ka."

"Eh, jangan jangan! Kalau nggak ada white water, ya udah, ganti milk tea aja," sergah Mika segera.

"Oke, nasi goreng seafood sama milktea. Wait a minute!"

Mika mengangguk-angguk, lalu Dino beranjak dari tempat duduknya untuk memesan apa yang Mika dan dirinya mau. Sementara Mika tetap duduk di situ sambil memperhatikan orang yang baru datang, melihat sekumpulan orang yang saling bercanda, dan interaksi-interaksi sosial di sana.

"Udah gue pesenin."

Perempuan berkuncir kuda itu terlonjak kaget ketika mendapati Dino sudah kembali duduk di depannya.

"Hehehe, thanks." Mika senyum.

Dino mengibaskan tangannya, jawaban lain dari kata "santai aja lagi, Ka.". Kemudian, keduanya diam untuk beberapa menit, sampai Dino memutuskan untuk membuka percakapan lagi.

"Itu, si cowok yang lo naksir ... hm, kok gue nggak lihat tadi?"

Mika tersenyum tipis. Bayangan Arbi langsung terlintas di kepalanya.

"Siapa maksud lo? Arbi?" Mika balik bertanya, memastikan.

"Iya, yang itu lah. Yang adik kelas itu, yang kata lo ganteng," jawab Dino mencoba menjelaskan apa yang ia tahu.

"Hah? Emang gue pernah bilang gitu, kalau dia ganteng?"

Mika memang sering menceritakan perihal Arbi pada teman dekatnya ketika pertama kali Mika tertarik pada adik kelas itu, tak terkecuali pada teman sekelasnya. Namun, belum pernah sekalipun Mika menyebut nama Arbi di depan Dino.

"Ye, nggak usah sok-sokan gitu!" Dino menoyor kepala Mika.

Mika mendengus tidak terima.

"Lagian, emang siapa sih yang nggak denger setiap kali lo bercerita tentang khayalan-khayalan lo yang sumpah ... kalau gue boleh jujur, freak abis tapi gue nggak pernah bosen dengerin."

Perempuan itu diam. Ia mencerna setiap kata yang barusan keluar dari mulut Dino. Rangkaian kata tadi terdengar bukan cuma mengada-ada di telinga Mika, dan itu memang tulus dari hati Dino yang paling dalam.

"Lo tuh selalu cerita kan sama anak-anak kelas, nggak tahu juga kenapa gue hampir nggak pernah lo ajak bicara. Hng ... lo selalu bilang, kalau pulang sekolah bakal dijemput si Arbi Arbi itu lah, kalau Arbi ganteng lah, bilang kalau udah dijodohin sama Arbi lah, habis dinner sama Arbi lah, padahal waktu itu, gue nggak yakin kalau Arbi juga kenal lo," ujar Dino tersenyum tipis di akhir kalimatnya.

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang