20. UCAPAAN MAAF

1.6K 218 18
                                    

20. UCAPAN MAAF

Mika berjalan dengan lesu melewati koridor sekolah Budnas, sesekali ia tersenyum kecil membalas sapaan beberapa orang yang mungkin juga jadi peserta I-SSC sama seperti dirinya. Seharusnya gadis itu senang karena dia berhasil masuk final, tetapi kejadian saat terakhir kali bertemu dengan Arbi membuatnya jadi tidak nafsu untuk apa-apa, sekalipun untuk merasa senang karena keberhasilannya dia tetap tidak bisa.

Dia memutuskan untuk duduk-duduk random di sebuah kursi dekat taman SMA Budnas. Suasana di taman itu tidak begitu ramai karena sebagian besar penghuninya sibuk menonton cowok-cowok idola yang sedang main bola atau basket.

Mika membuka tas dan mengambil earphone putihnya. Mendengarkan lagu menjadi alternatifnya untuk mendinginkan pikiran dan hati yang sedang dilanda bencana. Bibirnya sedikit terbuka menggumamkan lirik lagu yang sedang didengar.

Gerakan kepala Mika ke kanan dan ke kiri tiba-tiba terhenti, ketika dia merasa ada yang melepas earphone dari telinga kanannya. Refleks gadis itu menoleh, Mika terkejut ketika mendapati seseorang sudah memakai earphonenya tanpa izin.

"Salju?" wajah Mika mendadak bingung. Dia otomatis melepas earphone yang tadi masih menempel di telinganya.

"Iya, hai?" Arbi tersenyum kikuk.

"Kok lo di sini? Ngapain?" tanya Mika tidak membalas sapaan Arbi.

"Ngapain ya?" kata Arbi bertanya pada dirinya sendiri dengan suara yang sangat pelan.

"Hah?" balas Mika yang samar-samar dengar bisikan Arbi itu.

Arbi menggaruk kepalanya yang tidak gatal, di dalam pikirannya sedang sibuk menyusun kalimat yang pas untuk diucapkan kepada kakak kelas di sebelahnya itu.

Melihat Arbi yang tidak peka terhadap rasa bingungnya, Mika jadi ikut-ikutan merasa canggung. Dia menyalakan ponsel dan melihat sekarang sudah pukul berapa.

"Hm ... Arbi, eum, kalau nggak ada sesuatu yang penting- pentiiing banget gue boleh duluan nggak? Mau siap-siap, Arjuna udah ke GOR." Mika berdiri, bersiap-siap kabur dari situ.

Gadis berkuncir itu berbohong, dia juga tidak tahu Arjuna sudah datang atau belum, mengingat pertandingannya kira-kira masih dua setengah jam lagi. Mika hanya tidak mau berdiam diri di sini bersama Arbi. Bibirnya memang diam tak berkata-kata, namun jantungnya ricuh tak berirama.

"Eh, sebentar sebentaaar!"

Secepat mungkin Arbi menahan tangan Mika supaya tidak langsung pergi. Dia belum berbicara yang sebenarnya pada Mika.

Jantung Mika semakin merengek untuk pergi dari tempatnya ketika pergelangan tangan dia dipegang Arbi dan sekarang keduanya sudah saling berhadapan membuat Mika menahan napas.

"Gue mau minta maaf," kata Arbi cepat. Dia sangat gugup untuk mengucap maaf kepada Mika, tetapi pandangannya tetap berada pada manik mata perempuan di depannya.

Bibir Mika sedikit terangkat. Rasanya ia ingin tertawa melihat muka Arbi yang sedang gugup dalam jarak dekat seperti ini. Mika juga merasakan kalau tangan Arbi mendadak jadi dingin.

"Untuk?" untungnya Mika mengerti jika suasana seperti ini adalah peristiwa sakral yang tidak boleh dirusak.

"Ya gue kemarin nggak jadi nonton lo, nggak jadi kasih ... eum, nggak jadi kasih semangat ke lo," jawab Arbi sejujur mungkin.

"Oh." Mika manggut-manggut mendengar pernyataan Arbi. "Nggak apa-apa, gue ngerti kok, pasti ada yang lebih penting dibanding gue." Mika tersenyum kecil, menyembunyikan rasa kecewa yang masih tersisa di lubuk hatinya.

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang