15. SEBOTOL SEMANGAT

1.7K 254 58
                                    

15. SEBOTOL SEMANGAT

Bel pulang baru saja nyaring berbunyi, dikalahkan oleh sorakan seluruh kelas di sekolah yang tidak kalah nyaring. Penghuni kelas berhamburan keluar seperti burung yang selesai mencari pangan dan hendak kembali ke sarang.

Arbi memasang jaket jeans hitam di tubuhnya setelah bangkit dari tempat duduk. Ia hendak melangkahkan kaki menghampiri Jefron, Rehan, juga Hugo, namun ponsel di saku celananya mengenterupsi dia untuk berhenti dan mengangkat panggilan. Mama <3.

"Iya, Ma?" Arbi membuka suara dulu.

Terdengar napas kasar dari seberang sana. "Assalamu'alaikum, Arbi."

Arbi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, menyadari kesalahannya, ia malah terkekeh pelan. "Hehehe, iya Ma, maaf. Assalamu'alaikum, Nyonya Mama ... ada yang bisa Arbi bantu?"

Itulah Arbi, meski terlihat agak judes dan dingin, tetapi tetap bersinar dan menghangat ketika bicara dengan ibunya.

Mama ikut tertawa mendengar sapaan anak bungsunya itu. "Wa'alaikumsalam, Aden Gustiar. Nyonya perlu sesuatu dan butuh ditolong kamu."

Arbi memasang mimik penasaran di mukanya, walau ibunya jelas tak bisa melihat dia. "Waaah, dengan senang hati Nyonya Mama. Sesuatu apa itu?"

"Misi dari Mama nih. Itu, Indira dijagain ya, Dek ... mama papa Indira ada keperluan, jadi dia sendiri dua hari besok kayaknya," jelas Mama pada Arbi.

Wajah senangnya bicara pada Mama tiba-tiba hilang ketika mendengar nama Indira.

Arbi protes, tak setuju. "Harus banget, Ma? Enggak ah, Indira bukan bayi, tau, Ma."

"Iya, mama juga tahu kalau Indira sudah SMA, seperti Arbi juga kan," jawab Mama, seolah tak mendengar nada penolakan dari ucapan Arbi tadi.

Andai bukan tentang Indira si Mama minta tolong pada Arbi, cowok itu pasti langsung mengangguk dan tidak ada protes keluar dari bibir Arbi.

"Ma ..."

Jujur, sejauh ini Arbi sudah mulai jenuh untuk pura-pura bersikap manis dan menerima segala tindak-tanduk Indira yang semaunya saja manja-manja ke Arbi.

Namun Arbi selalu ingat Mama. Mama senantiasa menitip pesan padanya untuk bersikap baik pada Indira. Dan kalian tahu, Arbi sulit untuk menolak apa-apa yang mamanya mau.

"Arbi ..."

Arbi membuang napas asal. "Iya Ma."

"Mama sayang ke Arbi," katanya dengan nada kelegaan di seberang sana.

"Arbi lebih ke Mama," balas Arbi memaksakan sebuah senyuman.

"Biii! Arbi, buruuuan!" tiba-tiba ada yang menyerukan namanya dari depan kelas.

"Ma, udah ya, Arbi dipanggil temen," kata Arbi.

"Iya, Dek. Makasih, ya, Dek. Assalamu'alaikum," sahut Mama dibarengi dengan Arbi yang cepat-cepat menaruh ponselnya di saku, kemudian berlari menghampiri teman-temannya yang sudah dari tadi menunggui.

"Aman, Bi?" tanya Hugo memastikan.

Arbi tersenyum tipis. "Sori gue ada job ternyata.Titipin salam ke Ineth aja."

Raut muka kaget tampak di wajah teman-temannya yang ada di situ.

"Dan ini tolong kasih ke Mika, ya," kata Arbi setelah mengambil sebotol air mineral dari dalam tas yang dibelinya tadi di istirahat terakhir, ia memberikan itu pada Jefron.

Jefron mengangguk. "Sip. Entar bilangnya ke Kak Mika gimana, Bi?"

"Bilangin, maaf, Salju ada tugas negara dari Nyonya Mama. Kalau Mika juara, Arbi bakal iyain satu permintaan Mika."

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang