42. JATUH KE HATI

783 103 12
                                    

42. JATUH KE HATI

Baru saja Mika keluar dari kelas bimbelnya tepat pukul delapan malam lewat lima belas menit. Ia sedikit heran karena Papa belum menjemputnya, padahal biasanya Papa akan selalu stay mungkin sepuluh menit sebelum Mika pulang.

Tetapi malam ini tidak, cepat-cepat Mika mengambil ponsel di saku celana, membuka WhatsApp bermaksud menghubungi anggota keluarganya untuk segera menjemput. Jujur Mika sedikit takut, karena teman-teman yang lain tinggal tersisa sedikit, itupun kelihatannya mereka sudah mau pulang.

Kedua mata Mika membulat penuh ketika didapati ada chat dari Arbi di kolom paling atas. Mika bukan kaget karena Arbi mengirim pesan, tetapi karena isi pesannya yang sungguh tiba-tiba.

Salju: Ka, yg jemput gue ya

Salju: Udh ditungguin dr tadi, kenapa cmn diem aja di situ, buruan sih bnyk nyamuk

Pandangan Mika terangkat mengedarkan pandangan di depannya. Ia mencari-cari sosok cowok itu dengan menyipitkan mata karena sedang tidak pakai kacamata. Dan tiba-tiba klakson berbunyi tiga kali berturut-turut dari motor scoopy coklat, Mika segera mendekatinya.

"Kenapa tin-tin segala sih, Ju? Tinggal turun aja, udah kayak mau konvoi klakson klakson mulu," kalimat penuh protes seketika keluar dari mulut Mika.

"Mager. Lagian deket, masa lo nggak lihat," balas Arbi dengan pembelaan.

"Kacamatanya lagi dipinjam kuda, jadi Mika nggak bisa lihat lo dengan jelas. Sorry, ya?" Mika nyengir seperti biasanya.

Arbi geleng-geleng kepala, ia hapal betul Mika pasti akan nyengir-nyengir seperti itu ketika lagi mengobrol. Ditambah cerita halu yang tidak ada ujungnya membuat Mika terlihat seperti orang yang tidak punya dosa.

"Sorry juga gue yang jemput. Emang sengaja ngajakin lo mampir ke Bang Elzzo. Udah izin nyokap lo kok."

"Harusnya orang minta maaf kalau dia bikin salah, kenapa yang ini minta maaf padahal bikin Mika seneng?"

Entah Mika bertanya pada siapa, kalimat itu meluncur tanpa aba-aba.

"Hah?"

"Nggak jadi. Udah ayok katanya mau ke rumahnya Bang Elzzo."

"Hah?"

Mika menghela napas. Ia tidak tahu apa yang salah dengan telinga Arbi hari ini, kenapa hanya satu kata itu yang jadi jawaban ketika Mika mengucapkan sesuatu.

"Kayaknya ada gajah deh di kuping Salju. Nggak mau diambil dulu?"

"Kuping gue segede apa sih sampe muat buat pelihara gajah."

"Masih untung cuman muat buat gajah. Gimana kalau sampe ada taman safari di kupingnya Salju? Bakal ada cicitan burung, auman serigala, gonggongan anjing, meongan kuc--

"Itu ada apaan di mulut lo?!" seru Arbi hiperbola sampai Mika terlonjak sambil menutupi mulutnya.

"Ada apanya?!" spontan saja Mika ikut terkejut.

"Ada giginya," jawab Arbi santai. Benar-benar berkebalikan dengan raut hiperbolanya tadi.

"Yah kirain mulut Mika ada taman safarinya," balas Mika kemudian melepas telapak tangan yang tadi menutupi mulutnya.

"Anjing babi dong kalau mulut safari, hahaha." Arbi tertawa sendiri.

Mendengar Arbi tertawa, membuat Mika satu menit kemudian ketularan. Sesederhana itu setiap hal bisa menular dari orang tersayang. Bahkan hanya mendengar irama tawanya saja sudah ikut senang.

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang