12. NOMOR ASING

1.9K 280 90
                                    

12. NOMOR ASING

Kelas sudah agak ramai, mungkin karena hari ini semua mata pelajaran ada PR, jadi mereka sibuk untuk saling mencocokkan jawaban.

Arbi sedang menghitung tiga soal matematika yang dari kemarin belum ia temukan jawabannya. Sesekali ia meraih susu kotak stroberi lalu meminumnya. Ia pikir, meminum stroberi bisa sedikit meredakan rasa stres yang melanda.

Wajah cowok itu tiba-tiba terangkat, ekor matanya mengikuti gerak langkah seorang perempuan berambut hitam panjang yang baru saja masuk kelas.

"Ineth!"

Yang dipanggilpun menoleh. Alisnya terangkat, mengedarkan pandangan ke penjuru kelas sebelum matanya bertemu dengan mata Arbi. Ia meletakkan tasnya ke bangku, kemudian mendekat ke sumber suara tadi.

"Hm?" Ineth memandang Arbi bingung.

Arbi memperlihatkan sederet giginya yang rapi, nyengir kelinci. "Eum, itu ... gue, eh lo ada nomor WA-nya Mika nggak?"

Ineth lantas ikut tersenyum, sorot matanya menggoda. Ia menebak-nebak kalau temannya ini sudah mulai tertarik dengan kakak kelas moodbooster itu.

"Naksir yaaaaa?" Ineth mendekatkan wajahnya ke Arbi membuat cowok di depannya memundurkan badan.

"Hah? Apaan sih, enggak lah," balas Arbi sedikit grogi.

Ineth tertawa melihat wajah Arbi sekarang.

"Buruan, ada nggak lo nomornya?" tanya Arbi lagi.

Cewek yang hari ini memakai bando warna ungu itu mengeluarkan ponsel dari saku. Jarinya menari-nari di atas layar, mengetikkan nama 'Kak Mika' di kontak Whatsappnya.

"Nih." Ineth menyodorkan ponselnya pada Arbi.

Refleks Arbi menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk senyuman manis. Ineth melirik Arbi sinis, cih, giliran ada maunya juga.

"Thanks, ya." Arbi mengembalikan benda persegi panjang itu pada Ineth.

Ineth mengangguk. Detik berikutnya ia membalikkan tubuh untuk berjalan ke bangkunya lagi. Tapi tidak jadi karena Arbi memanggil dia lagi.

"Apa lagi?"

"Lihat matematika nomor sebelas sampai tiga belas, dong."

Cewek itu mendengus. Meski begitu, Ineth tetap bergerak patuh meminjamkan buku tugasnya pada Arbi.

"Thanks."

***

Sore sepulang sekolah, Mika tidak langsung pulang ke rumah, tapi mampir ke rumah Lavy dulu.

Mumpung hari ini tidak ada latihan untuk I-SSC, ia menyempatkan diri untuk berkumpul bersama teman-temannya sekadar makan seblak yang dibungkus dari warung Pak Cabe, numpang Wi-Fi, kemudian karaokean bareng.

"Dengerin Candu doang lo nangis, Ka? Astaga," Lesha geleng-geleng kepala ketika melihat mata Mika sudah berkaca-kaca.

Lagu yang lagi diputar untuk karaokean mereka adalah salah satu lagu yang dipopulerkan Awkarin. Memang bertema cinta, tapi bagi Lesha tidak cocok untuk dijadikan alasan menangis.

Sontak Mika melotot mendengar penuturan Lesha. Ia menunjuk semangkuk seblak di depannya yang baru dimakan seperempat. Mika mengusap hidungnya, menahan ingus yang hampir keluar.

"Pedes banget, ya Allah. Panas lagi woiii! Salju mana Salju." Mika mengipaskan tangannya di depan mulut.

Lavy yang sedang asyik bernyanyi menoleh ke arah Mika. Ia tertawa melihat wajah Mika yang sudah merah menahan pedas.

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang