31. JANGAN DENGARKAN

1.9K 203 36
                                    

31. JANGAN DENGARKAN

Mengikuti I-SSC membuat Mika agak tertinggal dan ada tugas yang belum dikumpulkan, jadilah sekarang dia masih berada di sekolah. Ia baru melangkah keluar dari kantor dan mau menelepon sopirnya.

Namun ada seseorang yang tiba-tiba saja sudah berada di sebelahnya. Dino. Cowok itu tidak menyapa Mika malahan senyum-senyum sendiri.

"Ngapain Din, sehat kan?" Mika memasang wajah waspada siapa tau Dino bener-bener ketempelan jin yang naksir sama Mika.

"Sehat lah, aneh lo," jawab Dino sekarang nyengir-nyengir sendiri.

Sebenarnya Mika pengin menyentuhkan punggung tangannya ke kening cowok itu, mengecek apakah Dino benar-benar sehat. Tapi keinginannya itu ia urungkan takut kalau Dino mendadak baper sama dia lagi. Tau kan kalau orang yang disukai melakukan kontak fisik sama kita jadi rasanya tubuh kayak disengat listrik tapi untung rambutnya nggak mengombak dan gosong karena ikutan kesetrum.

"Terus kenapa di sini? Nggak pulang?" tanya Mika lagi.

"Gue mah pulang malem juga udah biasa. Harusnya gue yang tanya kenapa lo belum pulang."

"Ngumpulin tugas. Ketinggalan banyak gue."

Dino manggut-manggut mengerti. "Bareng aja yuk?"

Entah kenapa meski Dino udah nggak deketin dia kayak dulu, tapi rasa canggungnya Mika kadang masih menyerang kalau cuma lagi berdua sama Dino.

"Hah nggak usah. Gue baru mau telepon supir kok." Mika senyum, meyakinkan Dino.

"Nggak usah." Dino menahan tangan Mika yang mau mengambil ponsel di saku roknya. "Biar pak supirnya sekali-sekali istirahat."

"Hmm—"

"Udah, ayo. Kebanyakan mikir keburu lebaran monyet," ucap Dino tanpa minta izin langsung menarik pergelangan tangan Mika untuk ikut dengannya.

Ya sudah, karena Dino tetap maksa akhirnya Mika nggak bisa nolak. Dino membukakan pintu mobil untuk Mika sebelum berlari melewati kap mobil lalu duduk di sebelahnya Mika. Cowok ini memang lebih sering membawa mobil ketimbang motor. Mungkin karena sering pulang malam jadi jaga-jaga biar nggak gampang masuk angin meski kalau udah di mobil pasti nyalain AC.

"Mika," panggil Dino.

Mika menoleh. "Apa?"

"Makan dulu yuk? Lo buru-buru nggak?"

Mika sudah punya firasat sih, kalau pulangnya bareng Dino pasti dia akan dibawa ke tempat makan dulu. Nggak tau Dino yang memang hobi makan atau punya cita-cita jadi travel food.

"Eh maaf, gue bukan maksud modusin lo dengan kedok gue anterin pulang tapi akhir-akhirnya malahan gue ajak makan. Emang biasanya kalau pulang sekolah gue mampir dulu, hehehe," jelas Dino seolah tau apa yang sedang dipikirkan Mika.

"Oh," Mika sedikit kaget karena Dino bisa tau apa yang dia pikirkan. "Ya nggak apa-apa. Gue nggak buru-buru kok," lanjutnya.

Dino terkekeh. "Oke deh."

Lalu seterusnya Mika cuma diam sambil mandangin jalan raya yang nggak jauh beda dari biasanya. Dino sendiri fokus menyetir sesekali kepalanya geleng-geleng menikmati lagu yang terputar dari tape mobil.

"Oiya Ka, gue pengin cerita nih," tiba-tiba Dino bersuara lagi.

"Ya udah, sok atuh."

Mika merubah posisi duduknya jadi menghadap ke Dino.

"Gue udah ada kecengan baru," katanya dengan nada gembira.

"Oiya?" Mika kelihatan excited.

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang