48. LET ME GO

663 92 13
                                    

48. LET ME GO

Tahun ini Mika merasa waktu berjalan begitu cepat. Mungkin karena padatnya kegiatan sekolah untuk menyambut Ujian Nasional dan tetek bengeknya membuat Mika tidak sempat untuk mengingat berapa hari yang sudah ia lalui. Meski begitu, setiap momen penting dan kejutan yang terjadi di hidupnya setahun belakang ini akan selalu ada di dalam memorinya.

Dua minggu lagi Mika akan mengikuti Ujian Nasional, jadi sejak sebulan lalu Mika sudah ikut jam tambahan di tempat bimbelnya. Seperti malam ini yang sangat berbeda dari malam-malam biasanya ketika Mika masih kelas sepuluh dan sebelas, sekarang keadan memaksa ia untuk fokus mengerjakan latihan soal matematika.

Jam yang menggantung di dinding menunjukkan pukul setengah sembilan malam dan tepat dua menit setelahnya, ponsel Mika bergetar. Tidak hanya sekali tetapi getarannya tidak berhenti sedari tadi membuat konsentrasi Mika buyar. Ia membuka ponselnya mendapati pesan dari Dino. Iya, Dino yang pernah menyukainya.

Eldino Adrian: Ka

Eldino Adrian: [Photo]

Eldino Adrian: Ini adkel kita bukan sih?

Eldino Adrian: Temen Arbi juga kayaknya?

Mika mengunduh foto yang dikirim oleh Dino dan matanya membulat kaget mendapati Ineth sedang berada di club dengan tube dress hitam ketat dan di tangan kanannya memegang segelas cairan berwarna merah gelap. Tanpa harus berpikir dua kali, Mika tahu bahwa Ineth sedang tidak baik-baik saja.

B Cantigi: Din tolong lo jagain dia bentar aja

B Cantigi: Gue ke sana bentar lagi

B Cantigi: Lo share loc aja ok

Mika segera mengemasi barang-barangnya di meja dan bangkit dari kursi. Sebenarnya bimbel ini masih sisa sepuluh menit lagi, tapi di pikiran Mika saat ini adalah kondisi Ineth yang pasti sedang tidak bisa ditinggal sendiri.

Mika menyalami guru bimbelnya dan menyebutkan alasan sesingkat mungkin mengapa ia harus meninggalkan bimbel lebih awal dan berlari begitu saja keluar lalu memesan ojek online.

Di perjalanan kepala Mika hanya berputar pada kemungkinan apa yang sedang dan akan terjadi pada Ineth yang sudah ia anggap lebih dari sekadar adik kelasnya. Ya, Mika tidak akan menjauhi Ineth hanya karena Ineth yang katanya menyukai Arbi.

"Udah sampai, Kak. Di sini kan?" suara dari Abang Ojol membuyarkan pikiran Mika.

Mika langsung turun dari motor dan memberikan uang sesuai dengan tarif perjalanan. Sebelum ia melangkah lebih jauh, Mika baru menyadari kalau helm hijau milik Ojol itu masih terpasang aman di kepalanya. Cewek itu membalikkan badan untuk mengembalikan helmnya sambil mengucap maaf dan berterimakasih kemudian lari menuju seberang ke tempat Ineth dan Dino berada.

Pandangan Mika menyapu ke segala penjuru di luaran club, barangkali Dino sudah membawa Ineth keluar untuk mencari tempat yang lebih aman bagi keduanya, terutama untuk Ineth. Tidak butuh waktu lama Mika menangkap sosok yang dicarinya sedang menangis di pelukan seseorang. Dan tanpa harus repot-repot mengambil kacamatanya di tas pun Mika sudah hapal betul siapa laki-laki yang sedang memeluk Ineth.

Lelaki yang rambut hitamnya tidak pernah benar-benar rapi dan di sampingnya ada Ineth yang tubuhnya dibalut kemeja flanel kotak-kotak warna hijau. Mika belum lupa, kalau kemeja itu persis sama dengan yang dipakai Arbi tempo hari saat pergi ke Budnas Pro.

Mika harusnya lega ketika tahu kalau Ineth sudah baik-baik saja dengan seseorang yang mampu menenangkannya. Pemandangan Arbi yang masih mengalungkan kedua tangan di punggung Ineth terlihat begitu jelas meski Mika tidak pakai kacamata.

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang