24. JANGAN MENJAUH

1.8K 209 2
                                    

24. JANGAN MENJAUH

Bel istirahat baru saja berdering, spontan semua siswa meletakkan bolpoin ke meja. Mika menutup buku tulis PKn-nya lalu melepas kacamata berbingkai bundar itu dari matanya. "Ka, kantin yuk!" ajak Sasha penuh semangat seperti biasa.

"Mau kantin mana?"

Sasha memutar bola matanya ke atas, berpikir sebentar. "Hmm ... ya mana aja sih, terserah lo, tapi tadi Ghea chat gue lagi beli beli minum di Tante."

"Ooh gitu, gue pengin ke Pak Cabe aja deh," kata Mika memutuskan pilihannya.

Sasha mengangguk dan tersenyum. "Ayo! Nanti gue suruh Ghea sama yang lain nyusul juga."

"Tapi kalau lo mau ke Tante juga nggak apa-apa kok." Mika tersenyum kecil.

"Apaan sih lo, enggak kok, gue juga lagi pengin makan miset. Ayo buruannn!"

Sasha kemudian menarik pergelangan tangan Mika menuju lapak Pak Cabe. Tak seperti biasa, wajah Mika hari ini kelihatan tidak ceria dan sedang gelisah. Sasha jelas menyadari awan kelabu di wajah sahabatnya itu, namun dia tahu ini bukan saat yang tepat untuk bertanya, khawatir kalau nanti mood Mika memburuk.

"Pak nasi goreng sosisnya level satu sama es jeruk satu ya. Sasha mau apa?" Mika menoleh ke kanan, ke arah Sasha yang sedang mengedarkan pandangan seperti sedang menyeleksi makanan apa yang hendak ia makan.

"Aku miset level tiga, es jeruk juga ya Pak, terus tempe gorengnya dua," ujar Sasha menyebutkan pesanannya.

Pak Cabe mengangguk. "Oke, ditunggu ya, Neng."

Mika mengangkat kedua jempolnya sambil menarik kedua sudut bibir, lalu melangkahkan kaki menjauh dari antrean dan duduk di meja yang masih tersisa.

"Mika, Sashaaa!"

Empat orang yang ditunggu akhirnya datang. Lavy, Ghea, Lesha, dan Lala datang dengan hebohnya menyerukan nama Mika dan Sasha membuat pengunjung di lapak Pak Cabe menjatuhkan pandangan ke tempat mereka berada.

"Brisik anjir!" sahut Sasha menutup telinganya dengan mimik muka bercanda.

"Hahahaha," lalu mereka semua tertawa.

"Woi Vy, lo ke sini udah bawa mangkuk aja. Lo bawa dari Tante ke sini ya?" tanya Mika memerhatikan mangkuk cap ayam jago yang sudah melegenda itu.

Lavy dan yang lainnya ikut tertawa mendengar perkataan Mika yang begitu detail menyadari jika Lavy datang sudah sambil membawa semangkuk bakso.

"Iya ya? Kok gue juga baru sadar!" sahut Lala masih terkekeh pelan.

"Itu mah Mika aja yang gabut terlalu memperhatikan Lavy," tawa Lesha.

"Ssst ..." Lavy menaruh jari telunjuknya di depan bibir. "Ini tuh gue udah pesen terus tiba-tiba Ghea nyeret paksa gue ke sini, sumpah, untung mangkuknya nggak pecah!"

"Ya untung baksonya nggak jatuh, kalau jatuh kan lumayan entar baksonya bisa dibuat sepak bola, eh sepak bakso deng!" canda Mika lagi-lagi membuat teman-temannya terbahak.

Untung saja menit berikutnya sudah ada Pak Cabe yang datang mengantar pesanan untuk Mika dan Sasha dan kemudian membuat tawa mereka perlahan redam diganti dengan aktivitas makan siang.

"Pak, saya mau misetnya level dua," kata Ghea sebelum Pak Cabe pergi dari situ.

"Saya seblak telor level tiga. Lala mau pesen apa?" tanya Lesha.

"Saya nasi goreng deh. Level dua ya, Pak."

Pak Cabe mengangguk mengerti lalu kembali lagi ke dapurnya untuk membuat makanan pesanan Ghea, Lesha, Lala, serta pembeli yang lainnya.

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang