4. SARAN DARI TEMAN

3.3K 466 184
                                    

4. SARAN DARI TEMAN

Langitnya gelap, angin dingin mulai menusuk kulit perempuan bersweater merah muda yang tengah duduk di teras rumah. Meski dingin, Mika tetap tidak mau beranjak, menunggu paling tidak satu bintang muncul di langit. Malam memang selalu menjadi teman bicara Mika.

Perempuan itu merasa lega, kala gundahnya sudah tersampaikan pada bintang serta langit malam. Mika lebih percaya pada mereka yang pasti akan mendengarkan dan menjaga rahasianya, daripada harus bercerita pada manusia yang sewaktu-waktu bisa buka suara.

Di sebelahnya, tergeletak ponsel warna rose-gold yang mengalunkan lagu Time Will Tell milik The Overtunes. Mika suka perpaduan antara malam, alunan lagu, dan isi hatinya.

"Kak Mika, Rena mau pinjem krayonnya, dong!" tiba-tiba ada suara cempreng datang dari arah belakang kontan membuat Mika memejamkan matanya dan menutup telinga.

Mika berdiri dan menghadap ke arah adiknya. "Pelan kalau ngomong, untung gendang telinga kakak gak mati."

"Hehehe, kalau mati ya dikuburin dong." Rena nyengir kuda. "Ya udah, Rena pinjem krayon, ada tugas dikumpul besok."

"Punya kamu emang di mana? Kemarin waktu kamu ulang tahun kan udah kakak kasih," balas Mika.

"Ketinggalan."

Mika mendengus mendengar jawaban adiknya yang sama sekali tidak terdengar ada rasa bersalahnya, membuat Mika jadi sedikit sebal, ia berpikir, Rena tidak menghargai pemberiannya waktu itu.

"Kok bisa ketinggalan?! Kakak beli mahal-mahal tauuu, nanti kalau hilang kakak nggak mau kasih kamu kado lagi. Sekalinya dikasih, malahan nggak berterima kasih," kata Mika ketus, padahal harga krayon juga tidak seberapa.

Rena tidak terima dengan ucapan kakaknya. "Ya apa sih! Rena juga lupa, namanya manusia, bukan setan ya bisa lupa."

Sepanjang hidup, Mika memang tidak pernah bisa akur dengan adik perempuannya itu walau hanya sehari. Ada saja yang membuat hati Mika jadi berapi-api kalau sedang berhadapan dengan Rena. Padahal nanti kalau lagi pisah sehari, mereka berdua pasti menyimpan rindu di dalam hati. Toh, meski setiap hari bertengkar, Mika dan Rena tidak pernah sampai hati dan setengah jam baikan lagi.

"Jadi kamu ngatain aku setan?! Ih, udah mau pinjem, nyolot, ngatain lagi! Kakak bilangin mama mau?!" ancam Mika berapi-api.

"Sana bilangin, nanti juga Rena gantian bilang kalau kakak sering banget gangguin Rena, Reo, sama Khael ngasih upil-upil Kak Mika yang nggak jelas itu," seru Rena tak mau kalah.

Mata Mika melotot, hampir copot dari tempatnya seandainya saja beneran bisa copot. "Gitu aja ngadu, dasar! Ya udah sana iya, ambil aja di kamar."

Rena menyeringai penuh kemenangan. "Nah gitu, dong! Terima kasih ya Kakak Bhoomika Cantigi yang upilnya juga nggak kalah cantiginya." Rena menahan tawa karena lelucon yang ia plesetkan sendiri. Yang nggak kalah cantiknya. 

Kakaknya diam saja memasang muka sebal. Rena kembali ke dalam, dan Mika mengambil ponselnya yang masih tergeletak di lantai bermaksud mau mematikan lagu.

Perempuan itu baru saja sadar, sedari tadi ia bertarung dengan adiknya ternyata sambil diiringi backsound. Mika tersenyum narsis, mendadak merasa habis selesai shooting film.

Suara lagu yang keluar dari speaker ponsel Mika sudah tidak terdengar. Perempuan yang sedang mengenakan baju tidur penguin itu memilih untuk membuka aplikasi chatting di ponselnya, karena dari notif yang tadi ia lihat, sepertinya banyak pesan yang masuk. Mungkin dari grup kelas.

Eldino Adrian: Ka, udh tidur?

Mika menghela napas membaca pesan teratas yang baru saja dibacanya. Ia kemudian menutup ponselnya dan dengan hati yang terlanjur tambah kehilangan mood setelah bertengkar dengan Rena, malahan disuguhi dengan pesan dari orang yang tidak ia harapkan sama sekali.

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang