9. BITTER CHAT

2.2K 315 89
                                    

9. BITTER CHAT

Mika sedang duduk di kursi depan TV sambil membawa semangkuk bubur ayam di tangan kanannya. Gadis itu rela bangun pagi-pagi supaya tidak kehabisan bubur depan kompleks yang menurut dia rasanya tidak ada duanya.

Ia menonton serial Doraemon sambil sesekali tertawa karena tingkah Giant dengan wajah lucu saat marah, atau sebal sendiri ketika Nobita melakukan hal yang ceroboh.

"Kakak!!" dua adik laki-lakinya datang dengan teriakan yang tidak kalah membahananya dari Rena.

Mungkin ketiga adiknya itu mendapat bibit dari mamanya yang setiap hari suka teriak-teriak. Mika sendiri suaranya juga keras, tapi masih dalam batas wajar.

"Eh, uchu uchuu udah bangunnn!" seru Mika segera meletakkan mangkuknya dan menghampiri Khael, adik terakhirnya yang baru TK besar itu.

Khael tertawa ketika Mika berjongkok menyejajarkan tubuhnya dengan tubuh Khael dan langsung memberikan pelukan.

"Mau makan nggak? Kakak tadi beli bubur di Pak Yamin loh," kata Mika usai berpelukan sebentar.

"Khael doang ditawarin? Reo enggak?"

Laki-laki yang tingginya hampir sama dengan bahu Mika itu tampak merengut karena sedari tadi kehadirannya seperti tidak dianggap. Padahal ia datang bersama Khael, tapi ia tidak ikutan dipeluk atau ditawari sarapan.

"Eh iya, Reo mau bubur juga nggak?" tanya Mika dengan manisnya.

Reo mengangguk semangat. "Mau mau!"

Mika menyunggingkan bibir, tersenyum nakal. "Hehehe, kalau mau, itu Khael tolong juga diambilin ya."

Reo melotot tak terima mendengar penuturan kakak sulungnya, lalu ia melipat kedua tangan di depan dada, tentu sambil cemberut. "Hm, kalau gitu mending Khael sendiri yang ambil, atau tuh minta sama Bi Iyah di dalem."

Mika menggeleng dan menggerak-gerakkan telunjuknya di hadapan Reo. "Kalau nggak mau, buburnya buat Kakak aja deh, Kakak jadi makan dua."

Reo mendengus sebal, namun akhirnya tetap pergi ke belakang untuk mengambil bubur untuknya dan juga Khael dengan langkah berdebam-debam bak raksasa.

Perempuan yang rambutnya diikat asal-asalan itu terkikik geli. Ia selalu senang mengerjai adik-adiknya. Entah apa motivasinya selain ingin melihat reaksi amarah mereka yang bagi Mika selalu menggemaskan.

"Khael sini dulu, nonton Doraemon tuh lucu banget," Mika menuntun adiknya untuk ikut duduk di sebelahnya sembari menunggu Reo yang mungkin sedang menggerutu di dapur.

***

"Bi, gue habis ini pulang aja lah," ucap seorang laki-laki dengan tatanan rambut rapi menatap Arbi cemas.

Arbi iba melihat Jefron seperti ini, meski dia sendiri belum tahu penyebab sahabat dekatnya tiba-tiba mau pulang.

"Lo kesurupuan, Jef?" tanya Arbi penasaran tapi tidak memperlihatkan raut ingin tahu.

"Lebih parah dari itu, Bi, gue bener-bener nggak betah di sini terus," jawab Jefron semakin panik.

Arbi, Jefron, dan Hugo menginap di rumah Rehan sejak lusa. Rehan yang meminta karena orang tuanya sedang dinas ke luar kota.

Arbi jadi ikut parno dan melihat ke sekeliling, merasa apa yang baru diucapkan Jefron berbau kemistisan. Ia merapatkan diri ke sebelah Jefron, tapi Jefron malah menjauh, Arbi mendekat lagi, kemudian berbisik. "Lo bisa lihat?"

Jefron refleks menoyor kepala Arbi. "Apaan sih, Begooo. Bukan setan, njay. Gue tuh ... duh lo nggak usah pura-pura bego kayak gini, biasanya juga pinter."

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang