44. UNTUK KAK SALJU

629 79 1
                                    

44. UNTUK KAK SALJU

Bel pulang baru saja berbunyi, tapi Mika kelihatan terburu-buru sekali seperti sedang mengejar sesuatu. Gadis yang hari itu rambutnya dikuncir satu ke belakang segera berdiri dari bangkunya dan mencangklong tas ke pundak.

"Buru-buru banget Ka, bareng kan?" tanya Sasha seraya mengangkat wajahnya dari layar ponsel, memandangi Mika yang sepertinya sudah tidak sabar keluar dari ruang kelas.

Mika menoleh dan menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Duluan aja Sha, ini gue masih ada urusan." Mika mengangkat tote bag warna hitam dengan kedua tangannya.

Seakan paham akan maksud Mika, Sasha mengangguk kemudian meraih tasnya yang tadi masih diletakkan di atas meja.

"Lo tapi beneran nggak apa-apa kan sendiri? Atau mau gue anterin dulu ke depan?" tawar Mika sebelum pergi.

Seperti biasanya, kalau anak perempuan kemana-mana sendiri rasanya ada yang kurang, bukan berarti dia takut, tapi memang sudah menjadi kebiasaan.

"Enggak, nggak apa-apa. Lo duluan aja keburu Arbi-nya pergi. Gue sama Arel kok."

"Oh, Kak Arel belum balik ya?"

"Iya, belum. Dia di sini masih lima hari ke depan," jelas Sasha pada sahabatnya.

Mika manggut-manggut sendiri, bisa Mika tebak mungkin Arel akan menyempatkan untuk menjemput Sasha setiap pulang sekolah. Walau belum pernah mengalami --dan semoga jangan-- Mika bisa memahami bagaimana rasanya pacaran jarak jauh.

"Oh ya udah yuk, keluar. Salam manis buat Kak Arel ya, Sha, hehehe," kata Mika nyengir kuda.

"Nggak ada salam-salaman, belum lebaran," balas Sasha memasang wajah sok mengintimidasi.

Langkah keduanya berhenti sebentar ketika sudah berada di depan pintu kelas. Sasha harus belok ke kanan dan Mika ke kiri dengan tujuannya masing-masing.

"Gue duluan ya!" ucap Sasha sambil melambaikan tangan pada Mika sebelum tubuhnya benar-benar mengecil dari pandangan Mika.

"Oke deh, hati-hati," balas Mika juga melambai ke arah Sasha.

Dari ambang pintu kelas, kaki Mika melangkah membawanya sampai di sebuah ruangan yang dulu sangat sering ia kunjungi tiap istirahat.

Sekarang Mika tidak lagi sesering dulu bertamu ke sana, karena Mika mulai sadar mungkin ada beberapa hal yang sebenarnya ingin dilakukan Arbi saat istirahat dan ia tidak mau mengganggunya. Terlebih sekarang ia dan Arbi juga sudah sering bertemu meskipun di luar sekolah.

"Hai Ineth," sapa Mika tersenyum ramah pada seorang perempuan yang ia kenal baik.

"Oh, hai Kak Mika!" sahut Ineth bangkit dari duduknya di kursi panjang depan kelas.

"Arbi masih di dalam? Apa udah pulang?" tanya Mika to the point, takutnya cowok itu benar-benar sudah pulang.

"Masih di dalam kok, Kak. Lagi kemas-kemas kayaknya, masuk aja," seperti halnya tuan rumah yang baik, Ineth mempersilakan Mika untuk masuk ke dalam kelasnya.

Yang dipersilakan pun mengangguk dan segera masuk ke dalam kelas. Matanya menyipit sebentar memastikan bahwa cowok berjaket jeans itu benar-benar Arbi. Maklum, Mika sedang tidak pakai kacamata.

"Selamat pagi, Salju!"

Tanpa harus repot-repot menoleh dari aktivitasnya memasukkan buku-buku ke dalam tas, Arbi sudah bisa mengetahui kalau si pemilik suara yang baru saja memanggilnya itu adalah Mika.

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang