34. SAMPAI DI SINI

1.1K 159 15
                                    

34. SAMPAI DI SINI

Arbi membuang napas sambil menyugar rambutnya ke belakang. Tangan kanannya menepuk-nepuk stiran mobil menunggu lampu merah berubah menjadi warna hijau.

Ucapan Mika seminggu lalu masih terngiang-ngiang di telinganya. Beruntung Arbi bisa sesegera mungkin berterus terang perihal hubungannya dengan Indira kepada mama Arbi.

Tentu mamanya tidak langsung mengiyakan permintaan Arbi. Cowok itu butuh banyak waktu untuk meyakinkan mamanya atas jalan hidupnya. Arbi yang sekarang sudah beranjak usia, berbeda dengan Arbi tiga tahun lalu yang tidak menolak ketika diminta untuk menjaga Indira.

Sebenarnya, setelah memutuskan untuk tidak berpacaran lagi, hubungan Arbi dan Indira memang hanya sebatas balas budi keluarga. Namun Indira memaksa Arbi untuk seolah-olah mereka masih memiliki hubungan spesial.

Mama Arbi yang tidak tega melihat wajah putus asa putra bungsunya itu akhirnya memperbolehkan Arbi untuk mengakhiri semua dengan Indira.

Beliau cukup mengerti bahwa bukan suatu hal yang mudah untuk berusaha jatuh cinta dengan orang yang tidak seharusnya. Mama menyadari kalau beliau tidak bisa terus-terusan membuat Arbi merasa harus sendirian menanggung balas budi keluarga mereka kepada keluarga Indira.

Pikiran-pikiran yang memenuhi kepalanya bersatu dengan suara lagu dari tape yang terdengar samar karena Arbi memang sengaja menyetel dengan volume kecil.

Dia hampir tidak sadar jika sedang berada di jalan raya kalau saja pengendara di belakang mobilnya tidak menekan klakson meminta Arbi untuk menekan gasnya. Arbi membelokkan stiran ke kanan, menuju jalan rumah Indira.

Sepuluh menit berlalu, Arbi akhirnya sampai di depan rumah besar bercat putih. Ia memarkirkan mobil dan membuka pintu mobilnya disambut dengan Indira yang langsung keluar ketika mendengar suara mobil di depah rumah, apalagi setelah tahu bahwa mobil itu milik Arbi.

"Hai, Arbi! Aku udah tungguin kamu dari tadi loh, kok baru dateng? Yuk, masuk!"

Indira langsung mengeratkan tangannya ke lengan Arbi, menarik cowok itu untuk segera masuk ke dalam rumah.

"Bentar yah, aku panggilin Mama dulu," kata Indira setelah Arbi duduk di ruang tamu.

Arbi mengangguk. Matanya memandangi pigura-pigura yang terpajang di dinding. Salah satunya berisi foto Indira dan dirinya ketika masih kecil. Indira yang mengenakan baju pink dan Arbi mengenakan baju bergambar Captain Tsubasa. Foto itu dari dulu tetap terpajang di ruang tamu rumah Indira. Arbi tersenyum kecil ketika memori di balik foto itu terputar di pikirannya.

"Eh, Arbi!" seru seorang wanita paruh baya berambut pendek sambil tersenyum lebar. Namanya Anggie, dia adalah mamanya Indira.

"Udah lama banget sih nggak main ke rumah. Mama sehat kan?" tanya Anggie seraya duduk di sebelah Arbi.

Indira belum muncul, mungkin masih membuat minum atau entahlah sedang apa yang pasti di ruang tamu sekarang hanya ada Arbi dan Anggie.

"Sehat, Tante, alhamdulillah." Arbi senyum."Tante sendiri sehat kan? Udah lama nggak ke sini, kayaknya rambut Tante baru ya?"

Memang, terakhir Arbi ke rumah Indira dan ada Anggie di rumah kira-kira sudah satu setengah bulan lalu. Kala itu, rambut Anggie masih panjang di bawah bahu.

"Iya ini, Bi. Tante risih rambutnya panjang-panjang, nggak bisa ngerawat, males sisiran."

Arbi terkekeh mendengar penuturan ibu-ibu di depannya ini.

"Oh iya, kemarin Om Baron habis pulang dari Malaysia bawa oleh-oleh banyak banget. Nanti pulangnya sekalian dibawa ya, Bi. Tante lupa mau nyuruh Indira untuk nitipin ke kamu."

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang