39. KALAU DIA SUKA?

801 124 25
                                    

39. KALAU DIA SUKA?

Sepulang sekolah Arbi tidak langsung kembali ke rumahnya, tapi mampir dulu ke rumah Rehan. Random aja, tiba-tiba Rehan mengajak teman-temannya untuk barbequean. Jadilah sekarang Arbi, Jefron, Hugo, dan Rehan sudah berkumpul di belakang rumah.

"Wey, Re, lo ngapain sik tiba-tiba?" suara Hugo yang baru saja mengeluarkan panggangan dari dalam rumah.

"Hah?" sahut Rehan mengangkat wajahnya dari layar ponsel.

Masih sibuk menata alat memanggang, Hugo kembali mengulang pertanyaannya, "Ngapain lo ngajakin barbequean, tahun baru masih lama."

"Ya emang kudu nungguin tahun baru ya, Go?" justru Arbi yang menjawab kalimat Hugo.

Hugo nyengir lalu menggeleng. "Ya enggak, sih ..."

"Pengen aja gue, Go. Lagian hampir abis ini tahun kita di kelas sebelas, entar kelas dua belas kita udah nggak bisa santuy. Apalagi katanya lo mau ikut bimbingan bareng Kak Seto kan kelas dua belas?"

Mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan Rehan, spontan saja mereka bertiga tertawa.

"Anjir lo, emang beneran Go, lo mau home schooling Kak Seto?" Jefron membalas.

"Ya kali." Hugo hanya tertawa.

Setelah alat untuk memanggang selesai disiapkan, kini mereka tinggal menyiapkan bahan masakan yang akan dipanggang.

"Sosisnya mana nih, jagung, daging, dan kawan-kawannya. Gue udah siap mau menjeburkan mereka ke bara api neraka yang menyala-nyala," kata Arbi sambil celingukan mencari bahan masakan yang tadi ia sebutkan.

"Batu tuh lo pungutin satu-satu terus dibakar."

"Ya udah yok, keburu laper," jawab Arbi betulan mengambil kerikil-kerikil di halaman belakang rumah Rehan.

"Si anjir hahaha, entar dulu, daging dan kawan-kawannya lagi dibeli sama Rila."

Ketika kata 'Rila' disebut, seperti sudah otomatis, kepala Arbi dan Hugo bergerak lalu memandang Jefron. Seperti yang kita tahu, Rila adalah adik Rehan sekaligus mantannya Jefron.

"Apaan homo lihat-lihat!"

"Ye. Baper amat sik, punya mata buat apaan," Hugo menyahut.

"Buat melihat masa lalu lah!" seru Arbi.

"AHAHAHA, sadiiis!" Rehan ikut-ikutan menyerang Jefron.

"Nggak usah dibahas, njing," balas Jefron kelihatan tidak nyaman.

Melihat raut wajah temannya yang sudah tidak bersahabat, Arbi, Rehan, dan Hugo memutuskan untuk diam.

"Kok gue goblok sih, nggak inget gitu kalau bakal ada Rila di sini," keluh Jefron entah pada siapa.

"Lagian kenapa kalau ada Rila? Dia juga fine fine aja kan sama lo."

"How do you know if she's fine?" Jefron berusaha meminta penjelasan.

"She already belongs to Barran."

"Wh-- shit! Barran yang mana? Barran yang demen tawuran dan katanya pernah main sama Amara?"

Dengan pernyataan yang baru saja keluar dari mulut Rehan membuat seribu pertanyaan yang mencuat di kepala Jefron. Cowok itu tidak menyangka bahwa Rila bisa jatuh ke tangan seseorang yang sudah dikenal menjadi fuckboy.

Rehan mengangguk. "Tapi Barran belum pernah main sama Amara, kan lo tau Amara cuma mau manfaatin Barran aja. Amara ogah suruh kawin sama Ravi."

"Belum kan, belum?" Jefron menekankan kata 'belum' sebelum melanjutkan kalimatnya, "He's dangerous, Re."

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang