10. SATU EARPHONE BERDUA

2.2K 320 79
                                    

10. SATU EARPHONE BERDUA

Arbi baru saja pulang dari masjid dekat sekolah setelah Salat Jumat bersama Jefron, Hugo, dan Rehan. Keempatnya saling tertawa melemparkan lelucon-lelucon garing dari setelah pakai sepatu di depan masjid sampai sekarang sudah berada di halaman sekolah.

"Eh btw btw, hahaha aduh gue masih pengin ketawa aja, njir," kata Jefron seraya memegangi perutnya menahan tawa.

Rehan masih tertawa. "Hahaha iya apaan sih, lagi berak kegap calon kakak ipar."

Hugo bercerita, katanya kemarin saat dia sedang tenang dengan aktivitasnya mengeluarkan sisa-sisa hasil pencernaan, tiba-tiba saja ada yang membuka pintu secara brutal. Mungkin si pembuka pintu sudah keburu ingin buang air, dan bodohnya, Hugo lupa mengunci pintu kamar mandi.

"Mukanya Kak Nara itu loh ... hahaha, sumpah sampai mulutnya buka lebar banget kayak kuda nil. Untung nggak langsung keluar gitu ya di situ. Gue diem aja ngeliatin," cerita Hugo lagi.

"Vangke bener dah, hahaha, untung nggak di kloset duduk lo beraknya, bahaya ntar," sahut Arbi terbahak.

Hugo manggut-manggut setuju. "Iyalah, alhamdulillah tuh ada bak penghalang, jadi cuma kelihatan muka gue aja, nggak semua."

Jefron yang tadi ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jadi karena masih tertawa akhirnya mencoba menarik napas dalam-dalam sambil masih memegang perutnya. Mencegah jika mungkin ada tawa susulan.

"Hm ... hm, oke, ketawanya bersambung dulu deh, gue ada urusan bentar sama anak OSIS."

"Urusan apa, nyet? Gaya banget lo, mentang-mentang manusia, suka cabut sembarangan," balas Arbi asal.

"Iya tuh, pantes adek gue minta putus," sahut Rehan membuat mata Jefron mendelik. Mungkin kalau Jefron benar-benar serigala, sudah ada kilat merah di matanya.

"Nggak deh, bercanda doang. Iya iya, gue tungguin di sini sambil main bola," lanjut Rehan.

Jefron mengangguk, lalu berlalu dari pandangan ketiga temannya.

"Re, ambil bolanya sana di kelas. Gue sama Arbi tungguin lo di sini," suruh Hugo pada Rehan.

Tapi justru suara Arbi duluan yang terdengar menjawab ucapan Hugo tadi. "Gue perpus aja, deh. Ngadem."

Arbi ini meski dia cowok, tapi tidak terlalu suka olahraga. Dia lebih menyukai hal-hal berbau seni atau yang berhubungan dengan teknologi dan internet. Selain itu, Arbi juga pintar akademik, karena ia bersama tiga orang temannya masuk ke dalam kelas sebelas unggulan.

"Lah? Sepi banget perpus, mending sini aja sama kita," respon Rehan meminta Arbi untuk bermain bola bersama saja di halaman.

"Ah males, bola mulu."

Hugo dan Rehan sama-sama berdecak mendengar jawaban dari Arbi, keduanya geleng-geleng kepala.

"Bola mulu apanya, njir. Lo olahraga sewindu sekali baru bener," suara Hugo.

Arbi mengibaskan tangannya. "Hm. Ya udah, gue perpus dulu. Kalau mau apel pembukaan bilang." 

Hari Jumat memang diadakan pramuka bagi kelas sepuluh dan sebelas. Sedang kelas dua belas hanya yang jadi DP saja dan belum diganti karena masa baktinya belum habis.

Dua cowok di depan Arbi ini hanya mengangguk membiarkan teman mereka yang satu itu menjelajah sendiri ke perpus.

***

Mika keluar dari gor dengan muka bahagia seperti biasa. Perempuan yang sedang mengenakan kaos biru langit dengan training hitam itu melangkahkan kaki ke perpus.

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang