32. SEBUAH KEPUTUSAN

1.2K 169 36
                                    

32. SEBUAH KEPUTUSAN

Warung es buah depan sekolah Mika sore ini tinggal menyisakan enam orang yang asyik mendengarkan cerita satu orang di antara yang lainnya.

"Kok lo kayaknya sering banget sih kalo jalan sama Dino terus ketemu sama Arbi dan gebetannya," sahut Lesha sambil mengaduk es buah yang hanya tersisa kuahnya.

Yang diajak bicara mengedikkan bahu. Ia juga tidak tahu kenapa hal itu kerap terjadi padanya. Mungkin karena semesta yang tidak tega melihat Mika harus menghadapi Indira seorang diri.

"Untung aja ada Dino, jadi ada yang belain lo," sekarang gantian perempuan bersoftlens coklat tua yang menanggapi Mika.

Di antara yang lain, Ghea lah yang paling getol menjodohkan Mika dengan Dino. Ghea memang lumayan dekat dengan anak laki-laki, termasuk Dino. Ghea juga pernah ngomong sendiri ke Mika kalau Dino sering curhat tentang Mika.

"Gue dari dulu pengin lo sama si Dino aja karena gue tau Dino nggak bakal main-main sama lo dan dia pasti bakal kasih kepastian. Nggak kayak si Arbi yang ujungnya cuma bikin lo sedih," lanjut Ghea lagi.

Kata-kata Ghea yang masuk ke telinganya dibiarkan dicerna masuk ke dalam hati. Gadis berambut sebahu itu diam sebentar, ia berpikir kalau tidak sepenuhnya Arbi membuat dia sedih.

Jika Tuhan tidak memberikannya kesempatan untuk bertemu Arbi, kemungkinan sampai sekarang Mika belum bisa melupakan Dhimas. Karena Arbi lah, Mika bisa mengalihkan perasaan dari Dimas.

"Lo emang nggak salah, Ghe. Dino baik, Dino bisa kasih gue kepastian, Dino mungkin nggak bakal ngebiarin gue jadi bingung atas perkiraan-perkiraan yang nggak tau bakal menjurus kemana. Tapi Dino nggak bisa bikin gue merasa 'hidup' lagi setelah perasaan gue pernah hampir mati," Mika bersuara. Manik matanya memandang wajah Ghea, kemudian beralih ke teman-teman di sebelahnya.

"Oh ya ampun, gue baru inget. Dhimas ya Ka?" tanya Lala hati-hati.

Mika mengangguk. "Kalian tahu kan, nggak mudah buat gue bisa buka hati setelah Dhimas pergi."

Pikiran Mika terbang ke waktu yang lalu. Dimana ia merasa sangat tidak mungkin untuk membiasakan hari-harinya tanpa Dhimas. Bagi Mika kala itu, hadirnya Dhimas membuat segalanya terasa mudah. Dan begitu sebaliknya ketika laki-laki itu menghilang.

Lalu Arbi datang, cowok berwajah dingin itu sebenarnya punya hati yang hangat. Tapi butuh waktu yang lama untuk Mika bisa menggapai hatinya. Waktu lama itulah yang membuat Mika bisa perlahan memaafkan masa lalunya.

"Ya ampun gue jadi inget, lo gonta-ganti pacar berapa kali sih biar bisa ngelupain Dhimas waktu itu?" Lavy justru tertawa ketika ingatannya tentang Mika berputar di kepala.

Lavy ingat betul, Mika sempat sering ganti pacar dengan harapan kalau punya pacar, nanti dia otomatis bisa berusaha mencintai pacarnya dan lupa sama Dhimas. Tapi ternyata pikiran Mika salah.

"Nah itu, gue sempet jahat banget, untungnya gue sadar kalau yang gue lakuin salah."

"Kalau yang sekarang lo lakuin salah nggak?" celetuk Lesha.

Mika mengangkat sebelah alisnya. "Hm?"

"Lo suka sama orang yang nggak pasti gimana maunya. Menurut lo salah nggak?" Lesha memperjelas pertanyaannya.

"Nggak tahu ..."

"Udah deh kalau gitu, jawabnya pakai bener atau salah deh."

Mendengar ucapan Sasha membuat Mika menghela napas. Teman-temannya ini selalu punya beribu cara supaya Mika mau jujur pada mereka.

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang