1 - Back

438 43 2
                                    

-1-

That Girl

An unforgotten

Will always be unforgettable

1 – Back

Pria itu melepas kacamata hitamnya ketika ia keluar dari pesawat pribadinya, menikmati sentuhan hangat matahari pagi di kulitnya, lalu melangkah turun. Ia datang ke negara ini untuk memberikan surprise pada sahabatnya, Nyle. Sahabatnya itu akan menikah, dan ia sudah berkata bahwa ia tidak bisa datang karena sibuk dengan pekerjaannya.

Untuk bisa datang kemari, dia sampai membatalkan beberapa urusan bisnisnya. Namun, itu memang sepadan, karena ia tidak ingin melewatkan saat-saat terakhir sebelum sahabatnya itu menikah. Sudah hampir setahun Nyle tidak mengunjunginya di Manhattan dan itu membuatnya sedikit kesal. Itulah kenapa ia berkata bahwa ia tidak akan datang. Setidaknya, Nyle harus menikmati sedikit kekesalan yang ia rasakan.

"Apa Gavin dan yang lain tahu aku datang?" pria itu bertanya pada sekretarisnya, Seth, di belakangnya.

"Karena kau tidak ingin mereka tahu, maka tidak satu pun dari mereka yang tahu kau akan datang. Bahkan Adriel dan Xander juga tidak tahu. Kau beruntung karena mereka menginap di rumah Gavin, dan bukannya di hotel kita," sahut Seth, terdengar sedikit kesal. "Seharusnya kau malu karena membiarkanku menerima makian dan amukan mereka karena mengatakan kau tak bisa datang. Bahkan Adriel dan Xander memusuhiku karenanya. Seolah itu salahku."

Pria itu mendengus pelan. Adriel dan Xander lebih muda setahun darinya, tapi mereka sama menyebalkannya dengan Nyle dan Gavin. Adriel dan Xander bekerja di kantor yang sama dengannya di Manhattan. Namun, bahkan di kantor, mereka tidak pernah segan untuk meledeknya tentang betapa ia sangat suka bekerja keras seperti maniak.

Adriel dan Xander selalu kompak dalam usaha mereka membuatnya kesal. Ia tersenyum kecil mengingat Adriel dan Xander yang menyebutnya keterlaluan sebelum mereka terbang lebih dulu ke negara ini. Mereka bahkan menyumpahinya menikah dengan pekerjaannya.

"Adriel dan Xander, kurasa aku akan membalas mereka selama di sini. Aku ..." Kalimat pria itu terhenti ketika kakinya menapak landasan. Mendadak, bayangan seorang gadis muncul dalam kepalanya. Gadis itu ...

"Kai, ada apa?" Seth terdengar cemas di belakangnya.

Pria itu, Kai, menggeleng, berusaha mengusir bayangan gadis itu dari kepalanya. Ia tak merasa mengenal gadis itu. Namun ... kenapa sekarang jantungnya berdegup begitu kencang? Dan ketika ia mengingat wajah gadis itu lagi, dadanya terasa sakit. Rasa sakit yang tidak biasa. Ini ... rasa sakit yang menyesakkan.

"Kai, kau baik-baik saja?" Seth semakin cemas.

Kai menggeleng, kali ini untuk meyakinkan Seth bahwa ia baik-baik saja. Ia lalu melangkah untuk memberi ruang agar Seth bisa turun juga. Kai berdehem seraya melonggarkan dasinya.

"Cuacanya cukup panas di sini. Sebaiknya kita segera pergi ke hotel," Kai berkata.

Seth masih menatap Kai, tampak ragu, tapi ia mengangguk. Lalu dalam diam, mereka berjalan menuju mobil yang akan membawa mereka meninggalkan landasan.

***

Sepanjang perjalanan ke hotel, Kai tak bisa berhenti memikirkan sosok gadis yang tadi sempat muncul dalam kepalanya. Kai berusaha mencari nama yang sesuai dengan wajah itu, tapi tak satu pun nama muncul dalam kepalanya. Dan reaksi Kai setiap kali ia berusaha mengingat gadis itu ... jantungnya yang berdegup kencang ... rasa sakit yang menyesakkan di dadanya .... Gadis itu ... siapa dia sebenarnya?

"Kai, kita sudah sampai." Suara Seth menyentaknya pelan.

Kai menatap keluar mobil dan mendapati mobil sudah berhenti di depan lobi hotel milik keluarganya, hotel Carlson. Kai mengembuskan napas frustrasi ketika petugas valet membukakan pintu mobil untuknya. Pikiran tentang gadis itu benar-benar membuatnya frustrasi.

Wolf and The Beauty (End)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin