34 - Kill Her? Kill You Instead

89 22 6
                                    

-10-

Awkward

How can I look into your eyes

When you've seen what kind of monster I am

34 – Kill Her? Kill You Instead

Gavin melihat pintu depan yang tertutup, tapi sekarang dia bisa mencium bau tubuh Eris dan Kai di dalam. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Gavin melompat ke pintu, menghancurkan pintu itu, dan dilihatnya Kai berdiri di depan Eris, tangannya yang sudah terangkat ke arah leher Eris terhenti di udara karena kedatangan Gavin.

Gavin melompat ke arah Kai dan mendorongnya menjauh dari Eris. Gavin menoleh ke belakang dan melihat Eris menatapnya dengan terkejut. Gavin meringis melihat air mata di wajah Eris. Ia lantas menoleh ke arah Kai, tapi apa pun yang hendak dikatakannya terhenti di tenggorokannya ketika ia melihat mata Kai basah oleh air mata. Kai ... menangis?

Gavin terlempar ke belakang ketika Kai mendorongnya dengan keras. Kai lalu berdiri, memunggungi Eris dan juga Gavin. Si bodoh itu ... bahkan meskipun ini menghancurkannya, dia tetap keras kepala. Dia pikir, bagaimana dia akan melanjutkan hidupnya jika sampai dia membunuh gadis yang dicintainya?

Gavin berdiri dan menghampiri Kai. "Kita tidak harus membunuhnya," katanya tajam.

Kai mengepalkan tangannya. Lalu tanpa mengatakan apa pun, dia berbalik, melewati Gavin, melewati Eris, dan meninggalkan rumah itu. Gavin mendesah pelan ketika kembali menatap Eris yang tampak terguncang.

Gadis itu lantas menatap Gavin. "Kenapa? Kenapa kau tidak membiarkannya mengakhiri semua ini?" gadis itu bertanya.

Gavin ingin tertawa saat itu juga. Apakah Eris benar-benar sudah rela jika dirinya mati di tangan Kai? Atau jangan-jangan, gadis itu yang menawarkan agar Kai membunuhnya? Apakah Eris tidak tahu, apa yang akan terjadi pada Kai jika Kai benar-benar membunuh Eris?

Jika Kai benar-benar membunuh Eris tadi, Gavin bahkan yakin Kai tidak akan mau hidup lagi setelahnya. Tapi Eris tampaknya tidak tahu itu. Gadis itu sama sekali tidak tahu, betapa dalamnya perasaan Kai padanya. Atau lebih tepatnya, betapa mengerikannya cinta Kai padanya.

***

Setelah selama seminggu penuh Kai dan teman-temannya tidak masuk kelas, hari Senin pagi itu, ketika Eris memasuki kelas, ia melihat Kai dan kedua temannya sudah duduk di tempat duduk mereka masing-masing. Kai duduk menghadap ke belakang, tapi ia tampak diam meskipun Nyle dan Gavin tampaknya sedang menertawakan sesuatu.

Ketika Eris berjalan ke bangkunya, ia bisa melihat tubuh Kai menegang. Kai duduk dengan tegak, tampak kaku. Tapi ia tak menoleh ke belakang. Saat ini, dia pasti sangat marah pada Eris. Seandainya waktu itu Gavin tidak datang, saat ini Kai pasti sudah membunuh Eris. Seandanya waktu itu Gavin tidak datang, saat ini pasti Eris tidak harus menerima kemarahan Kai lagi.

Dengan lesu, Eris duduk di kursinya. Di sebelahnya, Hana menatapnya heran. "Ada apa denganmu?" tanya Hana. "Seminggu terakhir ini kuperhatikan kau selalu murung. Saat kau tidak masuk hari Selasa kemarin, apa kau sakit? Kau tidak tampak baik-baik saja setelah hari itu."

Eris meringis. "Aku baik-baik saja," jawabnya pelan. Hana biasanya tidak akan berani bertanya sebanyak itu kecuali jika dia benar-benar mencemaskan Eris. Eris teringat hari Senin lalu ketika Hana juga melakukannya, berkali-kali menanyakan keadaan Eris karena khawatir.

"Jika kau sakit, kau bisa beristirahat di ruang kesehatan. Atau ... kau mau pergi ke rumah sakit dan diperiksa?" tawar Hana.

Eris menggeleng. "Aku baik-baik saja. Kenapa kau jadi begini mengkhawatirkanku? Apa sekarang kau menjadi pengasuhku?" dengus Eris geli.

Wolf and The Beauty (End)Where stories live. Discover now