32 - Kill Her

90 22 1
                                    

32 – Kill Her

Eris sedang duduk di tengah hutan, menikmati indahnya bulan purnama. Tapi kemudian, ia mendengar suara langkah menuju ke arahnya. Eris menoleh ke jalan di depannya. Eris tersenyum ketika melihat Kai berjalan ke tempatnya, hanya mengenakan kaos sleeveless dan celana tiga perempat, tampak begitu santai seperti biasanya. Meski begitu, ia tetap tampak tampan. Ia selalu bagus mengenakan apa pun, Eris mengakui.

Mata mereka bertemu, lalu Eris mendapati napasnya tertahan tatkala tiba-tiba Kai melompat ke arahnya. Sosok Kai lenyap berganti sosok serigala berbulu coklat gelap. Eris tersentak bangun dan tersengal. Ia menatap sekelilingnya dan menyadari dirinya berada di kamarnya. Sendirian. Eris menunduk menatap laptop yang masih berada di pangkuannya.

Eris menjerit kecil ketika melihat jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh kurang. Dia akan terlambat. Eris menutup flip laptopnya, lalu melempar laptopnya ke samping ketika ia melompat turun untuk pergi ke kamar mandi. Eris berusaha melenyapkan bayangan mimpinya tadi selama ia bersiap-siap.

Apa-apaan mimpi itu ...

***

Eris baru saja hendak memanggil sopirnya untuk mengantarnya ke sekolah karena ia sudah terlambat, ketika ia melihat sosok tinggi dengan rambut ikal berwarna coklat gelap di depan gerbang rumahnya. Eris urung memanggil sopirnya dan menghampiri laki-laki yang berdiri di depan gerbang rumahnya itu. Hanya mengenakan kaos merah tanpa lengan dan celana hitam tiga perempat, dia mengingatkan Eris pada mimpinya.

Eris menggeleng cepat untuk mengusir bayangan menyeramkan itu. Begitu ia hendak membuka gerbang, laki-laki itu berbalik ke arahnya. Ia hanya menatap Eris sekilas, sebelum kemudian memalingkan wajahnya dengan kasar. Eris mengerutkan kening ketika melihat goresan, seperti cakaran, di leher laki-laki itu, memanjang ke bahunya yang tertutup kaos.

"Kau ... terluka?" Eris mengulurkan tangan, hendak memeriksa luka itu, tapi laki-laki itu dengan cepat menangkap tangannya, sebelum kemudian ia melepaskannya kembali sama cepatnya, dan bergerak mundur, masih tak menatap Eris.

Eris tertegun di tempatnya. Apa dia marah pada Eris? Tentu saja. Sebelumnya dia sudah marah pada Eris, dan setelah kejadian semalam, dia pasti sangat marah pada Eris saat ini.

"Kai ..." Eris menyebutkan nama laki-laki itu pelan. Tapi panggilan Eris itu tak membuatnya menoleh untuk menatap Eris.

Eris menghela napas sebelum membuka gerbang. Dan sebelum Kai menyadarinya, Eris sudah berdiri di depan laki-laki itu, menahan tangannya ketika ia hendak mengambil jarak. Kai tampak terkejut ketika akhirnya membalas tatapan Eris.

"Aku tahu kau pasti sangat marah padaku, meski aku tak tahu kenapa. Apa kau marah karena pertengkaran terakhir kita di hutan pagi itu? Apa kau marah karena aku telah merepotkanmu di pondokmu? Apa kau marah karena teman-temanmu berpikiran yang tidak-tidak tentang kita setelah malam itu? Aku tidak tahu kenapa kau marah padaku. Kau tidak masuk sekolah, dan aku khawatir kau mungkin terluka setelah menyelamatkanku hari sebelumnya.

"Karena itu, kemarin aku memutuskan untuk mencarimu. Ketika aku tak bisa menemukan satu pun teman-temanmu di sekolah, bahkan Adriel atau Xander. Aku bahkan pergi ke rumahmu. Tapi kau juga tidak ada di sana. Lalu aku ... memutuskan untuk pergi ke hutan. Kupikir, kau mungkin ada di pondok. Aku sudah berusaha untuk tidak tersesat. Aku memberi tanda di jalan yang kulewati agar aku bisa kembali. Tapi kemudian ... aku bertemu dengan ... Selyn ... dan kau ..." Eris menunduk, menggigit bibir cemas.

Kenapa dia mengatakan itu pada Kai? Ia tidak tahu. Ia hanya ... ingin menjelaskan segalanya pada Kai. Dan tentang anjing besar, atau lebih tepatnya, serigala itu, Eris tidak mungkin menyebutkan bahwa itu adalah serigala. Ia pikir ... itu terlalu kejam.

Wolf and The Beauty (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang