18 - Thing You Shouldn't Do

115 29 3
                                    

18 – Thing You Shouldn't Do

Eris harus menahan diri untuk tidak membanting Kai ketika laki-laki itu merangkul bahunya sepanjang jalan dari kelas menuju kantin, membuat semua mata yang mereka lewati di koridor memperhatikan mereka. Setidaknya, sekarang Kai pasti sudah puas karena bisa mendapatkan kepopulerannya kembali. Eris mendengus kecil.

Kenapa hari ini Kai masuk? Biasanya ia tak pernah masuk di hari Jum'at. Dia biasanya membolos di hari Jum'at dan Sabtu. Lalu apa yang dia lakukan di sini hari ini? Oh, mungkin dia sudah tak sabar untuk mendapatkan singgasana kepopulerannya kembali. Baiklah, itu masuk akal.

Eris tersentak kaget ketika tiba-tiba Kai merangkulnya lebih erat. Tidak hanya itu, Eris merasakan Kai mencium rambutnya. Apa yang dipikirkan laki-laki ini? Ini di sekolah, dengan hampir semua murid mengawasi mereka. Dia bahkan tidak memberi kesempatan pada Eris untuk menarik diri. Akhirnya, dengan geram, Eris menarik Kai ke ruang kecil di samping tangga.

"Kaupikir apa yang kau lakukan?!" Eris menatap Kai galak.

"Aku harus menegaskan bahwa kau adalah gadisku, agar mereka berhenti menatapmu penuh harap seperti itu," balas Kai enteng.

Eris mendengus tak percaya. Ia tak mengerti apa yang sedang dibicarakan Kai kali ini, tapi ia tahu Kai hanya membuat alasan untuk membuatnya kesal. "Apakah itu penting? Toh aku sudah berdiri di sampingmu, betapa pun itu menyebalkan bagiku. Seharusnya kau bersyukur karena aku tidak membantingmu. Dan kita ada di sekolah, astaga! Kuingatkan kau, lain kali kau melakukan hal-hal di luar kendali seperti itu, aku akan ..."

Kalimat Eris terhenti ketika tiba-tiba tangan Kai membungkam mulutnya, sebelum kemudian pria itu menunduk, memiringkan kepalanya, dan mendaratkan bibirnya di atas tangannya yang menutup bibir Eris. Kai bahkan mendorong Eris hingga gadis itu menabrak dinding di belakangnya. Eris terbelalak tak percaya dengan apa yang dilakukan Kai ini, tapi ketika dia hendak mendorong Kai, tangan kiri Kai yang bebas menahan tangannya.

Suara ribut di tangga membuat Eris mengalihkan perhatiannya dari Kai dan menatap sumber keributan itu. Rombongan gadis-gadis yang menuruni tangga tampak shock ketika melihat Eris dan Kai di samping tangga itu. Tapi segera setelah mereka melihat Eris dan Kai, mereka bergegas menuruni tangga dengan langkah lebih berisik.

Kai baru membebaskan Eris beberapa saat kemudian. Tatapan Eris kini tertuju pada Kai, pada mata abu-abunya. Eris tak bisa membaca arti dari sorot mata Kai saat itu, tapi ia merasakan ada yang aneh dengan jantungnya kini. Eris tak tahu apa yang ia rasakan kini, tapi tubuhnya terasa kebas, sementara jantungnya berdegup kencang.

Suara dering ponsel Kai mengejutkan Eris, dan Kai juga, sepertinya. Kai berdehem pelan sebelum meninggalkan Eris untuk mengangkat teleponnya. Sepeninggal Kai, Eris menyentuh dadanya, merasakan debaran kuat itu di sana. Lalu tangannya bergerak naik menyentuh bibirnya. Tadi Kai ...

"Apakah itu ciuman pertamamu?" suara itu terdengar geli, membuat Eris menatap tajam ke pemiliknya.

"Dia tidak menciumku," desis Eris galak pada salah satu adik kelas Kai itu.

"Kami tidak buta," sambung teman anak itu.

Eris sedang menimbang-nimbang untuk memukul, menendang atau membanting kedua anak itu, ketika Gavin menghampiri kedua anak yang berdiri di kaki tangga itu dan berkata,

"Jika kalian tidak mati dihajar Eris, Kai yang akan melakukannya."

Kedua anak itu merengut ketika menatap Gavin. "Itu berarti selera humor mereka sangat buruk," kata anak laki-laki yang pertama mengusik Eris tadi. "Sepertinya hanya aku dan Xander yang punya selera humor paling bagus diantara kita semua," dengus anak itu sebelum kemudian meninggalkan Eris dan Gavin.

Wolf and The Beauty (End)Where stories live. Discover now