26 - She Got Me Hypnotized, in so Many Ways

106 26 1
                                    

26 – She Got Me Hypnotized, in so Many Ways

"Apa yang kau lakukan?" Kai menatap Eris heran ketika gadis itu menarik rambutnya sendiri.

Mengejutkan Kai, tiba-tiba Eris berdiri. "Kau akan mengantarkanku pulang, atau kau mau memberiku peta keluar dari hutan ini agar aku bisa pulang sendiri?" tuntut gadis itu cepat, agak sedikit terburu-buru, sebenarnya.

Kai mengangkat alis. Jadi, Eris yang dingin dan mengerikan itu sudah kembali? Baiklah. Memang terlalu banyak jika Kai berharap Eris akan bersikap manis selamanya. Hanya saja, saat ini, dengan dress yang dipakainya itu, ia sama sekali tidak cocok menjadi gadis mengerikan. Dia tampak manis dan imut dengan dress itu.

"Kau benar-benar suka pamer, ya?" dengus Eris kemudian.

Kai menelengkan kepala, lalu memasukkan kedua tangannya ke saku celana training baggy hitamnya. Ia tak tahu kenapa Eris berkomentar seperti itu sampai gadis itu datang padanya dan menatap lengannya yang tak tertutup. Pagi ini, Kai memang hanya memakai sleeveless hoodie merah.

"Apa kau akan pergi untuk pemotretan, atau apa?" dengus Eris seraya menusuk gambar wajah serigala di bagian depan hoodie Kai dengan jari telunjuknya. "Pagi ini bahkan sangat dingin dan kau berpakaian seperti ini."

"Aku tak tahu kenapa kau jadi begitu mengurusi apa yang aku kenakan. Aku tahu kau adalah pacarku, tapi untuk ukuran seseorang yang awalnya tidak peduli tentang itu, kau terlalu jauh mengurusi masalah ini," Kai menyudutkan Eris. "Lagipula, dengan pakaian yang kau kenakan itu di tengah hutan, dalam cuaca sedingin ini, kau juga akan pergi untuk acara pemotretan yang sama denganku, kan?"

Eris berdehem seraya menarik ujung dressnya, mungkin berharap pakaian itu lebih panjang dari yang ia kenakan saat ini. "Aku tidak punya pilihan lain," katanya seraya menatap pakaian Selyn dengan iri.

Dan ya, Kai tahu itu. Untuk kesekian kalinya, Kai harus menahan tawanya. "Aku akan mengantarmu," katanya. "Aku juga harus menemui ommu."

"Apa?" Eris menatap Kai kaget.

"Apa kau berharap aku akan pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab dengan ..."

"Tapi semalam tidak terjadi apa-apa," sela Eris panik. "Tidak mungkin terjadi apa pun, kan?" ia menatap Kai ragu.

Untuk ukuran mantan ketua geng, tidakkah pengetahuan Eris tentang kehidupan remaja yang sudah terlalu bebas jaman sekarang ini amat sangat terbatas?

"Selyn berkata pada ommu bahwa semalam kau menginap di rumahnya, ia mengaku sebagai temanmu. Dan dia mengatakan bahwa kau tidak enak badan. Tapi Selyn tidak mau berbohong lebih jauh lagi, jadi aku yang akan mengambil alih dari sini. Karena ommu sudah tahu tentang hubungan kita, kurasa tidak ada salahnya jika aku muncul sebagai pacar yang menjemputmu dari rumah temanmu karena khawatir, lalu mengantarkanmu pulang. Jadi, kau tak perlu mengatakan apa pun pada ommu nanti. Aku yang akan mengurusnya," urai Kai.

Eris berdehem seraya mengangkat dagunya dengan angkuh. "Jika begitu, kau harus bersiap untuk kemungkinan terburuknya. Omku mungkin akan ..."

"Selama bukan kau yang menerima akibat buruknya, akankah kau berhenti memprovokasiku?" sela Kai.

"Aku tidak ... oh, terserah saja. Ya, selama Om Bram tidak marah padaku, tidak masalah apa pun yang akan kau katakan padanya. Hanya ... jangan katakan hal-hal yang buruk tentangku di depannya. Aku sudah merasa cukup buruk selama ini." Eris tak menatap Kai ketika mengucapkan kalimat terakhirnya.

Kai mengernyit kecil. Eris benar-benar serius dengan kalimat terakhirnya itu. Sebenarnya, apa yang terjadi di keluarga Eris setelah gadis itu kehilangan orang tuanya? Apakah dia ... hidup dengan baik selama ini? Bahagia?

Wolf and The Beauty (End)Where stories live. Discover now