5 - This Boy

172 25 1
                                    

5 – This Boy

Ketika ia bangun pagi tadi, Eris akhirnya bisa bernapas lega karena Tante Lina dan Elin sudah meninggalkan kota ini dan kembali ke Jakarta sejak kemarin, sehingga ia tak perlu melihat mereka lagi pagi ini. Alasan Eris meminta pindah ke kota kecil ini dua tahun lalu adalah untuk ketenangan, dari masa lalunya, dan juga dari tante dan sepupunya itu. Tapi siapa sangka, setiap kali liburan, mereka selalu memutuskan bahwa berlibur di kota ini adalah pilihan terbaik.

Mereka bilang, kota ini tak jauh berbeda dengan kawasan puncak Bogor. Kota ini memang berhawa relatif dingin karena dikelilingi gunung. Selain itu, kebetulan orang tua Eris memiliki villa di kaki gunung yang biasa dijadikan objek pendakian para wisatawan. Dan villa itu terletak tak jauh dari hutan. Eris hanya perlu berjalan beberapa meter untuk tiba di hutan itu.

Tapi Eris tahu, tante dan sepupunya itu hanya mencari alasan untuk bisa mengganggu hidup Eris. Mereka selalu berpikir bahwa Eris pantas dihukum untuk masa lalunya. Alasan Eris tidak melawan adalah karena dia setuju dengan mereka. Dia memang merasa perlu dihukum. Lagipula, menuruti keinginan bodoh tante dan sepupunya itu seperti hiburan tersendiri bagi Eris. Meskipun tetap saja, itu sangat melelahkan.

Seperti seminggu yang lalu, ketika Elin menyuruh Eris pergi ke hutan dan mengambil foto beberapa binatang yang tinggal di hutan itu. Karena Eris pikir itu tidak akan merugikannya, dan justru memberinya kesempatan untuk menjauh dari tante dan sepupunya itu, ia tak keberatan. Itu adalah pertama kalinya ia masuk ke hutan itu. Dan saat itu, ia pikir ia akan baik-baik saja.

Tapi kenyataannya, Eris justru tersesat di hutan. Ia berangkat ketika hari sudah hampir gelap, dan iapun tersesat selama tiga jam di sana. Jika bukan karena anjing hutan yang sangat besar yang menolongnya waktu itu, mungkin saat ini Eris tidak akan ada di sini. Mungkin, dirinya sudah akan terbujur kaku di tengah hutan karena kedinginan dan kelaparan, dan ia bisa memastikan arwahnya akan menghantui Tante Lina dan Elin. Pikiran itu membuat Eris mendengus geli.

Toh akhirnya Eris bisa kembali ke villa, meskipun ia harus menghadapi kemarahan Om Bram, yang kemudian juga memarahi Elin ketika tahu bahwa Eris tersesat di hutan karena Elin yang menyuruhnya pergi ke hutan. Meskipun Tante Lina dan Elin bersikap buruk padanya sejak Eris menjadi tanggung jawab keluarga itu, Om Bram justru sebaliknya.

Om Bram sangat menyayangi Eris. Dan terkadang, Om Bram malah lebih memperhatikan Eris daripada Elin, membuat Eris merasa bersalah pada sepupunya itu. Tapi Eris mengerti kenapa Om Bram begitu mempedulikannya. Om Bram pasti merasa kasihan pada Eris. Tentu saja, siapa pun yang tahu masa lalu Eris, jika tidak jatuh iba padanya, pasti menyalahkannya dan memusuhinya.

Dan reaksi yang kedua, adalah yang paling mudah untuk dihadapinya sejauh ini. Setidaknya dengan begitu, ia tidak perlu repot-repot bersosialisasi. Ia benar-benar sudah lelah dengan orang-orang. Toh ia datang ke kota ini untuk mencari ketenangan. Dan ia benar-benar bisa mendapatkannya, kecuali jika musim libur sekolah, saat sepupunya memutuskan bahwa mengunjunginya lebih menyenangkan daripada liburan ke luar negeri.

"Eris," suara Om Bram menyeret Eris keluar dari lamunannya. "Kita sudah sampai di sekolahmu."

"Oh," ucapnya pelan ketika tersadar bahwa mobil sudah berhenti di depan gerbang sekolahnya. "Om hati-hati di jalan, ya," pesan Eris ketika ia berpamitan.

Om Bram tersenyum pada Eris. Ia memeluk Eris dan berkata, "Kau juga, jaga dirimu. Jangan lupa makan. Dan selalu pakai pakaian hangat. Di sini dingin sekali."

Eris memutar mata menanggapinya, membuat Om Bram tertawa geli. Eris lantas keluar dari mobil dan melambaikan tangannya ketika mobil itu membawa Om Bram pergi dari sana. Eris tersenyum sendu. Ia benar-benar bersyukur karena Om Bram begitu peduli dan menyayanginya.

Wolf and The Beauty (End)Where stories live. Discover now