52 - Pengorbanan Mematikan

91 22 8
                                    

52 – Pengorbanan Mematikan

"Seseorang berniat mencelakai Kai," Eris memberitahu Gavin.

Lalu iapun mulai menceritakan apa yang ia ketahui dari Gea. Yah, sekarang dia bisa percaya pada Gea. Dan ia juga percaya, saat ini Kai dalam bahaya. Eris tahu Kai adalah werewolf. Dia tahu Kai sangat kuat dan lukanya bisa pulih dengan cepat. Tapi dia bukanlah makhluk immortal. Dia bisa terluka, bisa berdarah. Jika dibunuh, dia juga akan mati. Dan pikiran tentang itu membuat perut Eris mual.

"Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Gavin begitu cerita Eris berakhir.

"Apa pun, untuk menyelamatkannya," sahut Eris tanpa keraguan.

"Tapi kau bisa celaka, Eris," Gavin mengingatkannya, mencemaskannya. "Kai mungkin bisa mengatasinya. Dia pasti bisa ..."

"Kalian memang werewolf, tapi bukan berarti kalian tidak bisa mati. Apa yang membuatmu berpikir dia akan bisa bertahan jika tubuhnya dihancurkan?" sengit Eris.

"Kai kuat, dia akan bertahan," Gavin berusaya meyakinkan Eris.

"Aku tahu. Tapi aku tidak bisa diam saja melihat nyawanya dipertaruhkan. Tyo berencana membunuhnya, dan kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi. Tapi aku tidak ingin melihat Kai terluka, apalagi karenaku. Aku tidak akan membiarkannya terluka karenaku. Aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri jika sampai hal itu terjadi," tegas Eris.

"Kau mencintainya," ucap Gavin. Pernyataan, bukan pertanyaan.

Eris tak menyahut. Merekapun akhirnya mereka melewatkan sisa perjalanan dalam diam. Tapi ketika akhirnya mereka tiba di lokasi balap, Gavin kembali bertanya,

"Kenapa kau melakukan ini, Eris?"

Eris mendesah lelah. "Kenapa Kai melakukan ini?" balasnya tajam.

Tentu saja, pertanyaan itu berlaku untuk Kai juga. Kenapa ia harus melakukan ini untuk Eris ketiak dialah yang memutuskan untuk mendorong Eris pergi, dan melangkah keluar dari hidup Eris, dengan begitu kejamnya?

Gavin menghela napas berat. "Karena dia mencintaimu. Semua yang dia lakukan selama ini, bahkan meskipun itu menyakitkanmu, itu karena dia mencintaimu," Gavin akhirnya berkata.

Eris tersenyum getir. Benarkah?

"Karena itu, jangan lakukan apa pun yang akan menyakitimu. Itu akan membunuhnya. Kau tidak tahu, betapa dalamnya perasaannya padamu," ucap Gavin.

Eris tersenyum getir. "Setiap orang punya cara masing-masing untuk mencintai, Vin," sahut Eris. "Sekarang turunlah, dan biarkan aku melakukan apa yang harus kulakukan."

Gavin tampak ingin membantah, tapi akhirnya ia tak mengatakan apa pun dan turun. Eris melajukan mobilnya, meninggalkan Gavin untuk mencari Gea di tengah kerumunan orang-orang itu. Di garis start, akhirnya Eris bisa melihatnya. Gea yang melihat mobil Eris segera menghampiri gadis itu. Ia tampak lega ketika Eris membuka kaca jendela mobilnya.

"Mereka baru saja mulai," beritahu Gea.

Eris mengangguk. "Terima kasih," katanya tulus.

Gea tersenyum dan mengangguk. Eris tak membuang waktu, tak jauh di depannya, dua mobil, salah satunya mobil Kai, sedang beradu cepat. Eris melajukan mobilnya, sempat mendengar suara Gea berteriak,

"Hati-hati, Ris!"

Eris tersenyum kecil. Ia melirik Gea dari kaca spion. Sekarang, dia benar-benar bisa memaafkan Gea. Mereka sudah impas sekarang. Lalu Eris kembali berkonsentrasi pada jalanan, mempercepat laju mobilnya untuk menyusul Kai dan Tyo.

Wolf and The Beauty (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang