17 - Unfortunately, He's My Boy

90 29 2
                                    

-6-

Found You

The whole world could try to break you

But I would stand there and protect you

17 – Unfortunately, He's My Boy

Hanya karena masalah bau, dan Eris menyerah. Masalahnya, bagi Eris tidak sesimple itu. Pasalnya, dua tahun lalu, ketika ia masih belum ditakuti dan masih punya teman, ia pernah sekelompok dengan seorang teman sekelasnya yang sangat bau.

Entah ia lupa mandi pagi itu, atau memang bau tubuhnya selalu seperti itu dan dia tidak punya parfum, body lotion, atau setidaknya, deodorant, tapi bau tubuhnya benar-benar membuat Eris tak bisa berkonsentrasi sepanjang pelajaran yang mengelompokkan mereka itu.

Eris harus menahan napas karena bau tubuh temannya itu membuatnya mual. Eris bahkan harus menghemat kata-kata agar tidak perlu mengambil napas terlalu sering. Bahkan setiap kali mengingat itu, Eris masih bergidik.

Jika Eris masih menjadi ketua geng dulu, dia pasti sudah mengusir orang itu dengan kata-kata kasar. Tapi dua tahun lalu, ia sudah berjanji untuk berubah. Dan tak ada yang bisa da lakukan selain bertahan di samping temannya itu selama dua jam pelajaran yang terasa sangat panjang.

Dan kemarin, membayangkan dirinya menjadi polusi udara bagi orang lain, benar-benar membuat Eris merasa tak nyaman. Ia masih ingat dengan jelas bagaimana hari itu ia tak bisa berkonsentrasi pada pelajaran karena sibuk menahan napas. Padahal itu hanya untuk dua jam pelajaran. Sementara kemarin, Kai terus mengeluh seharian. Itu benar-benar membuat Eris tak nyaman.

Terlepas dari apakah Kai melakukan itu untuk membuat Eris kesal atau memang dia benar-benar terganggu, Eris tetap saja merasa terganggu dengan keluhan seperti itu. Hingga akhirnya, pulang sekolah kemarin, Eris mengajukan kesepakatan pada Kai. Tingkah Kai ini semakin lama semakin mengesalkan. Mungkin jika akhirnya Eris setuju menjadi pacarnya, dia tidak akan mengusik Eris lagi. Dan mungkin, jika Eris menjadi pacar Kai, ia akan mendapatkan ketenangan seperti dulu, ketika tidak ada siapa pun yang berani mendekati ataupun mengusiknya, seperti yang terjadi beberapa waktu belakangan ini.

Maka akhirnya, pagi itu, Eris pasrah dengan status barunya ketika ia berangkat ke sekolah. Toh setidaknya, dengan begini, dia bisa terbebas dari tingkah bodoh dan menyebalkan Kai. Eris terus berpikir positif seraya berjalan menuju kelasnya. Langkah Eris terhenti di pintu kelasnya ketika dilihatnya salah seorang teman sekelasnya menabrak Hana dengan sengaja, membuat tumpukan buku-buku tugas yang dibawa Hana jatuh berserakan di lantai kelas. Eris menatap buku-buku tugas bahasa Inggris yang tampaknya baru diambil Hana dari ruang guru itu, lalu menatap gadis yang menabrak Hana tadi.

Dia bahkan tidak berhenti untuk membantu Hana. Gadis itu menatap Hana sinis, sebelum kemudian melompati buku-buku tugas itu untuk berjalan ke tempat duduknya. Di belakangnya, seorang murid laki-laki yang sepertinya bukan dari kelas Eris, mengikuti gadis itu.

Tatapan Eris terarah pada Hana yang kemudian berlutut dan memunguti buku-buku itu. Ia bahkan tidak marah karena sikap keterlaluan gadis tadi. Hana bahkan tak mengeluh ataupun bergumam kesal ketika membereskan kekacauan itu. Mendadak, Eris mendapati dirinya marah pada Hana, dan juga dirinya sendiri. Kenapa Hana harus selemah itu?

Tapi apa yang terjadi pada Hana ini, semuanya terjadi karena Eris mengajukan dirinya sebagai ketua kelas kala itu. Eris hanya tidak menduga, bahwa Hana akan mendapat banyak kesulitan karena itu. Ini bukan untuk pertama kalinya Eris melihat murid-murid lain di kelasnya tidak mau bekerja sama ataupun membantu Hana.

Geram, Eris berjalan melewati Hana, lalu berjalan ke tempat gadis tadi duduk, di pojok depan kelas. Di sebelah gadis itu, si murid laki-laki ikut duduk, lalu ia merangkul gadis itu dan mengatakan sesuatu yang membuat gadis itu tersenyum.

Wolf and The Beauty (End)Where stories live. Discover now