2 - She

260 38 1
                                    

2 – She

Kai menatap gadis itu lekat. Rambut panjangnya tergerai bebas di punggungnya. Rambut yang sepekat malam itu tampak lurus dan rapi. Ketika gadis itu menoleh, menampakkan lehernya yang putih, Kai menggeram pelan. Ia mendapati dirinya ingin menancapkan giginya ke leher gadis itu, mengoyaknya. Namun, lantas keinginannya itu terhenti tatkala tatapan Kai naik ke mata gadis itu. Matanya menyorot kesal, alih-alih cemas.

Gadis itu kembali menatap ke depan, memakai tudung jaket merahnya, kemudian berjalan meninggalkan Kai. Kai mengulurkan tangan, hendak menahan gadis itu, tapi kemudian, ia melihat tangannya yang berbulu lebat. Ini bahkan tidak seperti tangan. Ini seperti ... kaki binatang.

Kai tersentak bangun, peluh membanjiri wajah dan tubuhnya. Kai tersengal ketika menatap sekelilingnya. Ia masih berada di kamarnya, di suite-nya. Tidak ada hutan di sini. Tidak. Mimpi ini ...

Kai melompat turun dari tempat tidurnya. Ia mengambil ponselnya di meja depan televisi. Kai melihat angka 01.26 di jam ponselnya, tapi ia tak peduli. Ia menekan panggilan cepat nomor lima dan terhubung dengan Seth, yang baru mengangkat teleponnya di dering keempat.

"Kai, ada apa?" Suara Seth terdengar mengantuk.

"Aku butuh udara segar. Siapkan mobilnya," jawab Kai langsung.

Seth terkesiap di seberang sana. Tanpa menunggu jawaban Seth, Kai memutus telepon, lalu keluar dari suite-nya. Seth tampak mengantuk dan berantakan ketika keluar dari suite-nya. Ketika melihat Kai, kantuknya langsung lenyap dan berganti dengan ekspresi cemas berlebihan, seperti biasanya.

"Kau bawa kunci mobilnya?" tagih Kai.

Seth mengangguk, mengangkat kunci mobil di tangannya.

"Berikan padaku." Kai mengulurkan tangan.

Seth masih ragu. "Aku ikut denganmu," katanya.

"Aku yang menyetir," Kai berkeras.

Seth menyipitkan mata curiga. "Kai, apa sesuatu terjadi?"

Kai mendecakkan lidah tak sabar seraya merebut kunci mobil dari tangan Seth, lalu meninggalkan pria itu begitu saja.

"Kai! Kau tidak boleh pergi dalam keadaan tidak sehat, kau dengar aku?!" Seth berteriak seraya menyusul Kai.

"Aku tidak sakit, Seth. Dan jangan berteriak. Ini sudah sangat larut," Kai mengingatkan.

"Kai, sebaiknya kau segera kembali ke kamarmu. Jika ada sesuatu yang terjadi, kau harus mengatakannya padaku dan kita akan mencari solusinya," kata Seth panik begitu ia berhasil menjajari langkah lebar Kai.

Kai menelengkan kepala, berpikir. Kenapa Seth selalu berpikir bahwa ada sesuatu yang terjadi? Atau ... jangan-jangan dia tahu sesuatu tentang kenapa Kai terus-menerus dihantui bayangan gadis yang bahkan tak bisa diingatnya itu? Namun, jika Seth tahu, kenapa dia tidak mengatakan apa pun sejak awal?

Untuk pertama kalinya, Kai tidak bisa memercayai Seth. Kai menyerahkan kuncinya pada petugas valet, dan tak lama kemudian, sebuah sedan hitam sudah ada di depannya. Ketika Kai berjalan ke kursi kemudi, Seth menyusul dengan panik.

"Biar aku saja yang menyetir, Kai. Aku akan mengantarkanmu ke mana pun kau ingin pergi," bujuk Seth.

Kai mendengus. "Aku sedang ingin menyetir, Seth. Dan aku sedang kesal, jadi jangan membuatku lebih kesal lagi."

Seth akhirnya mengalah dan berputar ke sisi lain. Namun, sebelum Seth masuk ke dalam mobil, Kai sudah masuk ke mobil dan menguncinya. Seth menatap Kai dengan panik. Dia memukul-mukul kaca jendela mobil, dan sebelum Seth nekat memecahkannya, Kai melesatkan mobilnya meninggalkan Seth.

Wolf and The Beauty (End)Where stories live. Discover now