37 - Kunjungan Tak Terduga

107 25 3
                                    

-11-

Here Comes the Beauty

Like an angel you come beautifully

Without realized what kind of evil

That stand right in front of you

37 – Kunjungan Tak Terduga

Kai berusaha menulikan telinganya dari tawa keras Adriel yang baru saja mendengar cerita dari Nyle tentang apa yang terjadi di sekolah tadi. Termasuk ketika ia dan Eris tidak sengaja berciuman. Tidak sengaja. Insiden. Dan teman-temannya bersenang-senang karena itu.

"Ciuman pertama yang mengesankan, Dude," Gavin menepuk bahu Kai.

Kai menggeram kesal sebagai balasannya. Bahkan sekarang Gavin berani menggodanya. Tapi kemudian, Kai sibuk memikirkan, Kai adalah laki-laki keberapa yang dicium Eris, bahkan meskipun insiden tadi benar-benar tidak disengaja. Tapi memikirkan Eris sudah mencium laki-laki lain benar-benar membuat suasana hati Kai memburuk dengan kesal.

"Kau benar-benar berutung dia tidak menghajarmu," Nyle menyeringai.

Kai memutar mata. Gadis itu juga bersalah, omong-omong. Dan ... wajah Kai mendadak terasa panas saat teringat wajah cantik Eris yang memerah tadi. Kai penasaran, apa yang dipikirkan gadis itu tentangnya? Apa yang ...

"Kai, kurasa kau menghabiskan terlalu banyak waktu untuk memikirkan gadismu itu," celetuk Xander.

"Jangan bicara omong kosong. Jika memang ada yang membuatmu kesal, kita bisa ke hutan dan menyelesaikannya di sana," Kai menantang anak itu.

Kali ini Gavin yang berbaik hati memberitahunya, "Wajahmu merah. Dan kurasa itu bukan karena kau sedang memikirkan kami, kan?"

Mengabaikan gelak tawa Xander dan yang lain, Kai berdehem, berusaha membuat ekspresinya sedatar mungkin.

"Eris benar-benar gadis yang baik," celetuk Selyn tiba-tiba, membuat mereka semua menatapnya. "Dia bahkan tidak pernah mengungkit kejadian minggu lalu di depan kalian. Dia juga tidak lantas memandang kalian seperti ... yah, kalian tahu maksudku, padahal dia sudah melihat sendiri tentang kebenarannya."

Kai termenung. Ya. Bukan hanya sangat baik, tapi juga terlalu baik. Untuk seseorang yang pernah menjadi ketua geng, dan memiliki masa lalu yang begitu mengerikan, Eris memiliki hati yang lebih lembut dari kebanyakan orang. Kai masih mengingat dengan jelas bagaimana ekspresi Eris ketika dia memohon pada Kai untuk tidak mengatakan apa pun pada omnya tentang tante dan sepupunya.

Eris memang selalu menunjukkan sikap yang dingin dan kejam pada semua orang, tapi tak satu pun dari mereka tahu, bahwa gadis itu menangis di malam hari saat ia memimpikan hari di mana ia kehilangan orang tuanya. Atau bahwa gadis itu begitu menyayangi omnya, dan menerima perlakuan buruk tante dan sepupunya sebagai hukuman, dan merahasiakannya karena tidak ingin membuat omnya lebih khawatir padanya lagi. Juga, bahwa gadis itu peduli pada Hana yang selalu gugup itu.

Rasanya, semakin jauh Kai mengenal Eris, semakin ia ingin mempertahankan gadis itu di sisinya, meskipun itu tidak mungkin. Kai tak tahu apa yang akan dilakukan Eris begitu dia lulus SMA nanti. Mungkin dia akan kuliah di luar negeri. Tapi di mana pun itu, Kai akan memastikan dirinya berada cukup jauh dari gadis itu. Lagipula, apa yang diharapkannya dengan mempertahankan gadis itu di sisinya? Dia masih harus menjalani tugasnya sebagai Alpha setelah ini. Dan dia juga yang akan bertanggung jawab untuk calon Alpha berikutnya, keturunannya.

Suara dering ponsel menyentak Kai dari pikirannya. Ia mengambil ponsel dari saku celananya, tapi tidak ada panggilan di sana. Ketika suara dering itu kembali terdengar, Kai mengangkat kepalanya dan mendapati Selyn mengangkat ponselnya. Ia menatap Kai sekilas sebelum kemudian berdiri dan berlari ke kamarnya.

Wolf and The Beauty (End)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum