57 - The Forest

104 24 3
                                    

-16-

I'll be by Your Side

No matter how hard life would be

I'll be by your side

Hold your hand

And keep you safe

57 – The Forest

"Ah, aku lupa dompetku," pekik Selyn ketika tiba-tiba ia menghentikan langkahnya di jalan, kurang lebih sepuluh meter dari villa. Pagi itu ia hendak pergi berbelanja dengan mengajak Eris sambil berjalan-jalan. Bagaimana bisa dia melupakan dompetnya? Selyn mengomeli dirinya dalam hati.

"Apa kita harus kembali ke villa?" tanya Eris.

Selyn menatap Eris penuh sesal. Eris mungkin akan kelelahan. "Kau tunggu di sini saja, tapi jangan ke mana-mana," katanya kemudian.

Eris mengangguk.

"Kau benar-benar tidak boleh ke mana-mana, Eris," Selyn menekankan.

Gadis itu kembali mengangguk. Selyn menatap sekitar dengan cemas. Kenapa Kai belum muncul juga? Sejak dia mengikuti Eris ke kota ini, ia tinggal di pondok mereka. Tapi biasanya, saat Selyn akan pergi berbelanja sendiri setiap pagi, Kai sudah muncul di depan gerbang villa, memastikan Eris tidak meninggalkan villa.

"Tidak perlu khawatir, Alia. Aku akan baik-baik saja. Aku hanya harus diam di sini dan menunggumu, kan?" Eris berusaha menenangkannya.

Selyn mendesah berat ketika menatap Eris dan mengangguk. "Kemarilah," katanya seraya menarik Eris ke tepi jalan. "Duduk di sini, dan jangan ke mana-mana." Selyn mendudukkan Eris di sebuah batu besar di tepi jalan.

Eris kembali mengangguk. Selyn menatap gadis itu sekali lagi, sebelum akhirnya berbalik dan berlari ke arah villa.

"Jangan berlari, Alia. Kau bisa jatuh," ia mendengar teriakan peringatan Eris.

Selyn hanya mengangkat tangannya sebagai balasan. Tidak ada satu halpun yang lebih dicemaskan Selyn selain meninggalkan Eris sendiri. Bahkan ketika gadis itu berada di kamarnya, Selyn tak bisa berhenti mencemaskan, kalau-kalau sesuatu terjadi, atau mendadak ia mengingat sesuatu tentang masa lalunya.

***

Eris sedang menikmati pemandangan di kaki gunung itu, lalu hutan yang terbentang sekitar seratus meter dari tempatnya duduk ini. Apakah hutan itu yang ada dalam mimpinya minggu lalu, sebelum ia datang ke tempat ini? Bagaimana pun, Eris sudah berjanji pada Om Bram untuk tidak mendekati hutan itu.

Tapi sejak Eris tiba di tempat ini, ia selalu saja penasaran dengan hutan itu. Ada apa di sana? Jika hutan itu memang hutan yang ada dalam mimpinya, Eris sudah pernah pergi ke sana, kan? Sepertinya Eris memang harus pergi ke sana dan mengeceknya sendiri. Tapi Om Bram sudah melarangnya, dan Alia juga pasti tidak akan mau membantunya.

Kemudian, kemunculan sesosok pria dari dalam hutan itu seketika menarik seluruh perhatian Eris. Siapa pria itu? Kenapa dia ada di sana?

Tanpa sadar, Eris sudah berdiri dari duduknya dan kakinya mulai melangkah ke arah hutan, menyusuri jalan setapak yang kasar. Ketika Eris sudah semakin dekat, pria itu menoleh ke arahnya, dan Eris bisa melihat keterkejutan di wajahnya. Rambut coklat gelapnya tampak berantakan. Rambut coklat gelap? Elin pernah mengatakan sesuatu tentang itu.

Eris mempercepat langkahnya ketika tiba-tiba pria itu berbalik dan berjalan masuk ke dalam hutan. Eris bahkan berlari ketika memasuki hutan itu, dan baru berhenti ketika ia nyaris jatuh karena tersandung akar pepohonan itu. Eris menatap sekelilingnya dan tak menemukan jejak kehadiran pria berambut coklat tadi.

Wolf and The Beauty (End)Where stories live. Discover now