59 - Piece of Memory

74 21 2
                                    

59 – Piece of Memory

Selyn seolah mendapat serangan jantung ketika mendapati Eris lenyap. Selyn berusaha tetap tenang seraya perlahan berdiri dan menatap sekelilingnya, tapi tak menemukan tanda-tanda kehadiran Eris. Tak membuang waktu, ia kembali memeriksa keberadaan Eris dari ponselnya.

Selyn mencelos ketika melihat titik keberadaan Eris, di tengah hutan. Lagi. Selyn segera meneriakkan nama Eris begitu ia berlari memasuki hutan. Dalam hati Selyn memarahi dirinya sendiri karena lalai menjaga Eris. Bagaimana bisa dia tertidur di luar seperti ini, saat sedang menjaga gadis itu?

Dan sial, apakah Kai benar-benar tidak kembali untuk mengawasi Eris setelah ia kembali dalam wujud manusianya? Atau mungkin, lagi-lagi Eris melihat Kai dalam wujud manusianya dan mengikutinya seperti kemarin? Itu berarti, Kai tahu di mana Eris berada, kan? Tapi jika memang Eris lagi-lagi tersesat di hutan ini, kenapa dia tidak menjawab teriakan Selyn? Sejauh mana sebenarnya ia sudah tersesat?

Selyn kembali berteriak sekencang mungkin, meneriakkan nama Eris. Samar Selyn bisa mencium bau tubuh Eris. Itu berarti Eris sudah semakin dekat. Tapi kenapa dia tidak mendengar suara Selyn? Kenapa dia tidak menjawab panggilan Selyn? Pikiran-pikiran buruk tiba-tiba terlintas dalam benak Selyn.

Panik, Selyn berlari ke arah pondok. Sekarang ia tahu Kai tidak bersama Eris, karena ia tak mencium bau Kai di sekitar Eris. Sesuatu yang buruk mungkin terjadi pada Eris, dan Selyn tak yakin dirinya sanggup menghadapinya sendiri.

Selyn terengah begitu ia memasuki pondok. Dilihatnya Kai yang tampaknya baru selesai mandi dan berpakaian, mengenakan sleeveless hoodie birunya dan berjalan ke arah pintu depan. Ia tampak terkejut ketika melihat Selyn.

"Aku bisa mencium bau kedatanganmu. Ada apa? Kau meninggalkan Eris sendirian di villa?" tanya Kai seraya menghampiri Selyn.

Selyn menggeleng. "Eris ... dia menghilang di hutan dan ... aku khawatir sesuatu yang buruk terjadi padanya. Aku ... jika sesuatu yang buruk terjadi padanya, aku tidak mungkin sanggup menghadapinya, karena itu ..."

Selyn bahkan belum menyelesaikan kalimatnya ketika Kai berlari melewatinya, melompati undakan tangga di depan pondok, dan terus berlari menauh. Selyn akhirnya benar-benar kehilangan kekuatannya dan terjatuh di lantai pondok. Sesuatu sedang terjadi di sini, sesuatu yang salah. Selyn bisa merasakannya.

***

"Kau harus pergi sekarang," Selyn berbicara.

Kai menatap wajah Eris yang masih tak sadarkan diri, tangannya menggenggan tangan gadis itu erat.

"Sebentar lagi," Kai membalas. Ketika ia menemukan Eris, gadis itu tergeletak di tanah, tak sadarkan diri. Kai ingin memastikan gadis itu baik-baik saja sebelum ia pergi.

Selyn mendesah lelah. "Dia akan baik-baik saja, kan? Dia hanya ... pingsan, kan?" cemasnya.

Kai mengangguk. Ia harap begitu.

"Perasaanku benar-benar tidak enak ketika dia tiba-tiba menghilang tadi. Aku begitu takut sesuatu yang buruk terjadi padanya. Syukurlah jika dia hanya pingsan. Mungkin dia kelelahan," Selyn berbicara, terdengar seperti sedang menenangkan dirinya sendiri.

Kai bisa mengerti betapa cemasnya Selyn saat ini, karena iapun begitu. Apa yang terjadi, hingga Eris jatuh tak sadarkan diri di tengah hutan? Kai juga harus memastikan jika ingatan gadis itu masih aman dari jangkauannya. Setidaknya itu akan kembali membuatnya tenang.

***

"Pergilah sebelum dia bangun," ia mendengar seseorang berbicara, seorang perempuan.

Terdengar desahan berat di sebelahnya, lalu suara berat membalas, "Ya, aku harus pergi."

Wolf and The Beauty (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang