39 -Hal Yang Tak Boleh Diharapkan

75 20 1
                                    

39 –Hal Yang Tak Boleh Diharapkan

Kai langsung melompat berdiri dari tempat duduknya dan berlari ke pintu ketika Eris memeluk Selyn. Apa yang ada dalam pikiran gadis itu? Berada begitu dekat dengan Selyn, Eris bisa ...

Kaki Kai tertahan di pintu ketika ia melihat bahu Selyn bergetar. Ia menangis. Kai tidak pernah melihat Selyn menangis sebelum ini. Ia memang bisa melihat sorot bersalah di mata gadis itu, ekspresi penuh penyesalan di wajahnya yang selalu tampak murung, tapi ia tak pernah melihat Selyn menangis. Dia selalu menutup diri. Tak pernah sekalipun dia membicarakan tentang kematian orang tuanya dengan Kai ataupun dengan yang lain.

Tapi saat ini, Selyn menangis di pelukan Eris. Dan Kai bisa melihat, betapa lemahnya Selyn saat ini. Ternyata, bahkan meskipun dia adalah seorang werewolf liar, yang selalu lepas kendali di bawah sinar bulan purnama, tapi dia tetaplah gadis remaja yang kehilangan orang tuanya. Saat ini, Kai bisa melihat sosok Selyn yang sebenarnya. Gadis kecil yang tersesat dan kehilangan arah.

Kai benar-benar tersentuh ketika Eris menghapus air mata Selyn, layaknya seorang ibu. Eris mengatakan sesuatu yang membuat Selyn tersenyum. Kai baru saja bernapas lega, sedikit tenang, tapi kemudian Selyn menarik Eris ke arahnya. Kai sudah nyaris melompat dan melempar Selyn menjauh dari Eris ketika ia akhirnya melihat bahwa Selyn hanya memeluk Eris. Dan Kai berhasil menahan diri, dengan tekad penuh untuk itu, tentu saja.

Tapi tetap saja, Kai tidak bisa untuk tidak menatap kejadian itu dengan ngeri. Selyn bisa dengan mudah menancapkan giginya dan mengoyak leher Eris. Ketika Eris menoleh ke arahnya, Kai tidak lagi bisa tinggal diam. Pikiran mengerikan tadi membuat Kai akhirnya melangkah ke gazebo. Ia tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Atau ia benar-benar akan melemparkan Selyn menjauh dari gadis itu. Dan apa Selyn lupa, Eris adalah mangsa, buruan, bagi kaum mereka?

Menyadari kehadiran Kai, Selyn akhirnya melepaskan Eris. Gadis itu menatap Kai dengan tatapan minta maaf. Yah, setidaknya dia menyadari kesalahannya.

"Terbawa suasana," Selyn beralasan. Alasan menyebalkan yang tak terdebat.

Kai tak menyahut dan kini ia menatap Eris yang sedang menatap Selyn penasaran. "Apa kau selalu menggunakan kata-kata yang sulit ditebak maksudnya seperti itu?" gadis itu bertanya.

Selyn menoleh pada Eris dan tersenyum geli. "Kurasa hanya denganmu," katanya. "Karena Kai selalu tahu apa yang kumaksudkan tanpa kesulitan."

Eris mendengus pelan. "Aku tidak heran jika kalian bersaudara," cibirnya. "Kalian semua sepertinya punya cara komunikasi yang aneh."

Kai harus menahan senyum mendengarnya, sementara Selyn sudah tertawa. Selyn berdiri, lalu keluar dari gazebo.

"Kau mau makan malam bersama kami?" tawar Selyn sebelum ia kembali ke rumah.

Eris mengerutkan kening, berpikir. "Aku merasa tidak enak jika harus mengganggu kalian lebih lama lagi," katanya kemudian.

Selyn mengangguk-angguk. "Baiklah," sahutnya santai. "Aku akan masuk dulu, jadi kalian berdua bisa bicara." Gadis itu bahkan mengerdipkan mata ke arah Kai, membuat Kai melotot mengancam ke arahnya.

Selyn tertawa pelan seraya berbalik dan akhirnya benar-benar meninggalkan Eris bersama Kai.

"Apa ada yang ingin kau bicarakan?" Eris menatap Kai dengan tatapan tak rela. Tampaknya gadis itu masih enggan berbicara pada Kai setelah kejadian di ruang tamu tadi.

Kai berdehem kecil. "Tidak, tidak ada," jawabnya cepat, terdengar sedikit kasar. "Sebentar lagi gelap. Aku akan mengantarmu pulang."

Eris mengedikkan bahu santai, lalu ia turun dari gazebo dan berdiri di sebelah Kai. "Yeah. Kurasa memang sebaiknya aku pulang," katanya.

Wolf and The Beauty (End)Where stories live. Discover now