51 - Untuk Melindunginya

84 19 1
                                    

51 – Untuk Melindunginya

Kai mengerutkan kening heran tatkala ada MMS masuk dari nomor yang tak dikenalnya. Tapi ketika ia membuka pesan gambar itu, matanya terbelalak kaget, jantungnya seolah merosot dari tempatnya. Gambar Eris yang sedang duduk seorang diri di taman Palm Regency, membuat Kai menegang seketika. Entah kenapa, ia merasa ini bukan pertanda bagus. Perasaannya mendadak tidak enak karenanya.

Lalu detik berikutnya, ada telepon masuk dari nomor pengirim MMS itu. Kai menjawab panggilan itu, dan dugaannya terbukti ketika peneleponnya itu memperkenalkan diri,

"Ini aku, Tyo, yang pernah kau tantang di sekolahmu. Kau Kai, pacar Eris?"

Kai menelan ludah. Tyo. Dia adalah murid dari sekolah lain yang datang dengan Gea untuk menantang Eris setahun lalu.

"Ada apa?" Kai berusaha menjaga suaranya agar tetap stabil.

Terdengar dengusan kasar dari seberang. "Sebaiknya kau bersikap sopan padaku, atau aku akan menyerang pacarmu. Dia tidak tampak baik-baik saja. Kurasa sepuluh orang sudah cukup untuk menghajarnya."

Kai mengepalkan tangannya geram, dan juga marah pada manusia kurang ajar bernama Tyo ini.

"Aku tidak pernah membuat masalah denganmu, seingatku," Kai berkata, lebih kalem dari sebelumnya.

Lagi-lagi dengusan kasar. "Seingatku kau bilang, siapa pun yang mengusik Eris akan berurusan denganmu, benar?"

Kai mengumpat dalam hati. "Apa maumu?"

Desahan dramatis yang dibuat-buat dari seberang membuat Kai semakin muak. "Minggu lalu, kau menggagalkan aksiku untuk membalas dendamku pada Eris. Apa kau ingat?" tanya Tyo.

Kai mengerutkan kening, berusaha mengingat-ingat, dan hasilnya nihil.

"Di perempatan jalan tak jauh dari sekolahmu. Jika saja kau tidak datang, aku pasti sudah berhasil menabrak Eris dengan mobilku hari itu," lanjut Tyo santai. "Jika bukan karena kau, saat itu aku pasti sudah membunuh Eris."

Kai menahan geraman marahnya, tahu jika itu hanya akan memperburuk suasana. Ia berusaha tetap tenang meskipun saat ini tak ada yang ingin ia lakukan selain menghancurkan Tyo. Berani sekali dia ...

"Sejak hari itu, targetku berubah," Tyo kembali berbicara. "Karena itu, jika kau tidak ingin aku membunuh pacarmu hari ini, nanti malam, temui aku di lintasan balap. Tapi jika kau tidak mau repot, tidak masalah. Aku masih bisa bersenang-senang dengan pacarmu hari ini."

Kai sekuat tenaga menahan umpatan marahnya. "Aku akan datang, jangan sentuh Eris," geramnya.

"Seperti yang sudah diperkirakan. Sepertinya gadis itu benar-benar berarti bagimu. Mungkin ..."

"Jika kau menyentuhnya, aku bersumpah, aku akan membunuhmu dengan cara paling kejam yang tak pernah kau pikirkan," ancam Kai sungguh-sungguh. "Dan aku tak pernah bermain-main dengan kata-kataku."

Suara dehem panik di seberang menunjukkan bahwa ancaman Kai cukup ampuh untuk Tyo. Tapi apa yang Kai katakan tadi bukan sekedar ancaman. Jika Tyo cukup pintar, dia tidak akan mencoba mengusik Eris.

"Aku menunggumu di lintasan balap nanti malam. Jam dua belas malam. Pastikan kau datang sendiri, dan jangan terlambat." Lalu Tyo memutus sambungan telepon.

Kai masih berdiri di tempatnya, tangannya terkepal marah. Suara gemeretak mengerikan terdengar tatkala ponsel Kai remuk di tangannya. Ia tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti Eris. Jika sampai ada yang berani menyentuh Eris-nya, Kai bersumpah, dia tidak akan ragu membunuh orang itu. Tidak ada seorangpun yang boleh menyentuh Eris dan menyakiti gadis itu, karena Kai tidak akan membiarkan orang itu hidup setelahnya.

Wolf and The Beauty (End)Where stories live. Discover now