12 - She's Mine

136 27 1
                                    

12 – She's Mine

Kai menghentikan langkahnya begitu ia memasuki kantin, matanya tertuju pada punggung Eris, lalu pada seorang murid laki-laki yang duduk di depannya. Kai mendengus tak percaya. Apa Eris akan diam di sana dan membiarkan anak yang tidak tahu diri itu membuat dirinya merasa populer?

Tapi kekesalan Kai langsung lenyap ketika kemudian, Eris berdiri dari tempat duduknya, membawa minumannya dan meninggalkan anak malang itu begitu saja. Eris menunduk menatap minumannya, tampak kesal. Kai harus menahan senyum mendapati gadis itu tampak tidak suka dengan laki-laki yang berusaha mendekatinya tadi. Kai menatap meja yang ditinggalkan Eris tadi, dan beberapa murid laki-laki lain sudah bergabung dengan anak malang tadi. Mereka tampak membicarakan Eris karena teman-temannya yang baru datang tadi masih menatap Eris. Melihat cara mereka menatap Eris, entah kenapa Kai kembali merasa kesal.

"Ouch," suara Eris itu diikuti dengan rasa dingin di dada Kai. Ketika Kai menunduk, dilihatnya cola Eris tumpah di kemejanya. Kai baru sadar bahwa Eris baru saja menabraknya. Ia bahkan tidak merasakan ketika gadis itu menabraknya tadi.

"Seharusnya kau tidak berhenti di tengah jalan," kata gadis itu lagi.

Mengingat Kai sedang kesal, ia benar-benar tak bisa menerima kata-kata Eris begitu saja, setelah gadis itu menumpahkan minumannya di seragam Kai.

Ketika Eris mendongak, Kai menatapnya dengan tatapan dingin dan membalas, "Seharusnya kau juga memperhatikan jalanmu." Dan sebelum Kai mengatakan sesuatu yang lebih buruk lagi padanya, Kai memutuskan untuk berlalu dari hadapan gadis itu.

Kai membeli minuman yang sama dengan yang ditumpahkan Eris padanya beberapa saat lalu, sebelum pergi ke meja tempat salah seorang dari mereka berani mendekati Eris terang-terangan tadi. Kai tak mengatakan apa pun ketika ia berdiri di samping meja itu, meletakkan kaleng minumannya di sana.

Serentak, murid-murid itu mendongak untuk menatapnya. Ekspresi takut dan panik muncul di wajah masing-masing mereka. Kai harus menahan diri untuk tidak memutar bola mata karenanya. Pengecut-pengecut seperti ini berani mendekati Eris? Kai bahkan tak perlu mengatakan apa pun untuk mengusir mereka.

Begitu anak-anak itu pergi dengan panik, barulah Kai duduk. Ia baru saja duduk ketika Gavin, Adriel dan Xander menyusulnya, duduk di kursi seberangnya. Tatapan mereka lantas jatuh ke kemeja Kai yang kotor oleh noda cola.

"Kenapa kau menuang cola ke pakaianmu sendiri?" tuding Xander.

Kai mendecakkan lidah kesal seraya mengangkat colanya, menunjukkan bahwa dia belum membukanya, membuat ketiga temannya itu menatapnya bingung.

"Eris yang melakukannya. Dia menabrakku tadi," Kai menerangkan sebelum teman-temannya mengajukan pertanyaan aneh yang bisa membuatnya semakin kesal.

"Ah," gumam Gavin. "Apakah dia sengaja melakukannya?"

Kai menatap Gavin dengan kesal. "Dan kenapa dia harus melakukan itu?"

Gavin mengedikkan bahu. "Dia membuang kaleng colanya begitu dia keluar dari kantin. Jika dia tidak berniat meminumnya, itu berarti dia memang membelinya untuk menyiramnya padamu," tuduhnya.

Kai mendesis kesal pada Gavin. "Tidak seperti itu," katanya. Ia tidak tahu jika Eris membuang minumannya, tapi ia tahu Eris tidak sengaja menumpahkan minuman itu padanya, meski gadis itu bahkan tidak meminta maaf, dan malah berusaha melimpahkan kesalahan pada Kai. "Lupakan saja, aku malas menjelaskannya," kata Kai kemudian. Ia juga tak tahu bagaimana menjelaskannya pada Gavin. Akan sangat aneh jika dia menjelaskan bahwa dia berhenti di tengah jalan karena mengamati Eris, lalu gadis itu malah menabraknya dan menumpahkan minumannya di seragam Kai.

Wolf and The Beauty (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang