14 - Makhluk Keras Kepala Menyebalkan

101 25 5
                                    

14 – Makhluk Keras Kepala Menyebalkan

Entah kenapa, belakangan ini mejanya di kantin yang biasanya kosong selalu ditempati murid-murid laki-laki, entah dari angkatannya, maupun adik kelasnya. Dan karena itu, Eris sekarang harus mencari meja kosong terlebih dulu jika dia memang ingin menyendiri di kantin. Dan itu benar-benar menyebalkan.

Jam istirahat pagi itu, Eris mendapat duduk tak jauh dari stand makanan. Eris sudah memasang earphonenya, membuka kaleng colanya, meminumnya, dan baru saja hendak membuka roti coklatnya ketika tubuhnya terguyur air, atau lebih tepatnya, cairan merah yang dingin.

Eris mengumpat keras seraya berdiri dan berbalik untuk menatap pelaku penyiraman itu. Tapi ketika mendapati Kailah orang di balik insiden itu, Eris hanya bisa mengerang dalam hati. Meladeni makhluk sombong kekanakan ini hanya akan membuatnya tampak sama kekanakannya dengannya.

Jadi meskipun Eris mendapati seragamnya basah dan kotor oleh noda merah sirup, atau jus, atau apa pun itu, Eris meninggalkan kantin tanpa menghajar Kai. Ia bahkan tak menatap laki-laki itu ketika berjalan melewatinya.

Eris benar-benar ingin menghajar orang saat ini, dan jika dia boleh berharap, Kailah orangnya. Tapi sayangnya, jika Eris meladeni Kai, dia akan tampak sama gilanya dengan laki-laki itu. Eris menunduk menatap seragamnya yang sudah berganti warna itu. Dia harus mengganti seragamnya. Sama seperti roknya yang seharusnya baru diganti saat pergantian semester nanti, kini kemeja putihnyapun harus berganti sebelum tiba saatnya.

Sebelum kembali ke kelasnya, Eris berbelok ke koperasi sekolah untuk membeli kemeja putih yang baru. Dalam hati ia berpikir, berapa kali lagi ia akan membeli rok atau kemeja seragam baru tahun ini? Ia bahkan sudah tidak lagi berkelahi sesering dulu, tapi berkat Kai, sepertinya ia mungkin akan serajin dulu mengganti seragamnya.

Ck, makhluk gila kekanakan keras kepala menyebalkan itu. Oh, ada yang tertinggal. Sombong. Dan menyebalkan, lagi.

***

Ketika Eris memasuki kantin siang itu, ia memperhatikan sekelilingnya, memastikan dirinya aman dari Kai. Tidak akan lucu jika dia sampai harus mengganti seragamnya dua kali dalam sehari. Sungguh. Setelah memastikan Kai tidak ada, atau tepatnya belum ada, barulah Eris mengantri di barisan untuk mengambil makan siang.

Eris sudah melewati antrian cukup panjang ketika tiba-tiba seseorang menyerobot antrian di depannya. Karena orang itu adalah Kai, tak ada yang bisa Eris lakukan selain menghela napas berat. Kai benar-benar tidak akan menyerah. Tidak cukup menyela antrian untuk dirinya, Kai juga menarik Gavin dan Nyle, dan juga dua adik kelas yang selalu bersama mereka itu, untuk menyerobot antrian bersamanya.

Ketika Kai berbalik dan menatapnya dengan ekspresi penuh kemenangan, Eris mengangkat alis santai. Laki-laki ini benar-benar kekanakan.

"Apakah kau akan menyerah?" Kai bertanya.

Eris melengos santai, menolak menatap Kai.

"Aku berbicara padamu!" bentak Kai.

Eris lantas memasang earphonenya, masih tidak menatap Kai.

Tapi ternyata, Kai tidak menyerah sampai di situ. Karena ketika tiba giliran mereka, Kai sengaja berlama-lama. Dia bahkan mengambil apel milik Eris sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan Eris. Entah harus marah atau geli karena tingkah kekanakan Kai itu, tapi Eris tetap saja tersenyum geli ketika teringat apa yang Kai lakukan tadi. Benar-benar kekanakan.

***

"Sepertinya dia tidak akan menyerah dengan mudah," celetuk Nyle dalam perjalanan pulang mereka.

Kai mendengus kesal. "Kenapa dia harus sekeras kepala itu? Benar-benar membuat frustrasi. Dia hanya harus menjawab ya, dan dia tidak akan rugi suatu apa pun, astaga."

Wolf and The Beauty (End)Where stories live. Discover now