22 - It Beats for You

85 23 1
                                    

22 – It Beats for You

Eris menatap Kai ragu. Saat ini mereka hanya berdua di pondok di tengah hutan ini. Eris menatap ke luar jendela pondok dan tak bisa menatap apa pun selain kegelapan di luar sana. Lagipula, di luar sana hujan deras dan ...

"Jangan berpikiran macam-macam dan mendekat saja!" bentak Kai kesal.

Eris meringis. "Kenapa kau ingin aku duduk di dekatmu?" tanyanya hati-hati, tidak berani memutar badannya untuk menatap Kai.

Kai menggeram pelan. "Kau kedinginan, jadi biarkan aku membantumu," ia benar-benar kesal sekarang.

Eris tak tahu apakah sebaiknya ia menuruti kata-kata Kai atau ... Eris menjerit kaget ketika Kai menariknya ke arah laki-laki itu. Tidak cukup sampai di situ, Kai menarik tubuh Eris hingga punggung gadis itu bersandar pada tubuhnya, sebelum kemudian ia melingkarkan lengannya ke tubuh Eris.

Eris meronta panik. "Kai, apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!"

Kai menahan kedua lengan Eris sehigga gadis itu tidak lagi bisa meronta, lalu berkata tegas, "Aku tidak akan melakukan apa pun! Aku hanya akan membantumu agar kau tidak mati kedinginan."

Perlawanan Eris akhirnya mereda. Begitu Kai melepaskan lengannya, Eris hanya menjatuhkan tangannya di pangkuannya, menggenggam ponsel Kai dengan kedua tangannya. Ia mendapati kata-kata Kai itu ada benarnya, karena ketika Kai kembali melingkarkan lengannya ke tubuh Eris, Eris merasa semakin hangat. Bersandar di tubuh hangat Kai, perlahan tubuh Eris mulai merasa nyaman.

Eris berdehem canggung, merasakan wajahnya memerah ketika memikirkan sesuatu yang buruk tentang Kai. Yah, bagaimana pun ... Eris kembali menjerit kaget ketika tiba-tiba, tangan Kai menggenggam tangan Eris.

"Apa yang kau lakukan?!" bentak Eris seraya menarik tangannya dengan kasar. Ia bahkan sempat menyikut rusuk Kai.

Kai mengerang pelan. "Ponselku ..." desis Kai, masih terdengar kesakitan karena serangan mendadak Eris tadi.

"Oh," Eris menunduk menatap ponsel Kai yang masih berada di tangannya dan meringis menyesali apa yang barusan dia lakukan. "Ini," katanya pelan seraya menyelipkan ponsel itu ke tangan pemiliknya. Eris kembali meringis ketika mendengar desisan kesal Kai.

"Aku akan meminta temanku untuk menelepon keluargamu dan mengabarkan bahwa malam ini kau menginap di rumahku karena kehujanan dan tidak bisa pulang sampai besok pagi," kata Kai dingin.

Eris berpikir cepat. "Tunggu," cegahnya. "Kau ... bisakah kau menyuruh siapa pun, pengurus rumah tangga, karyawan hotelmu, atau siapa pun, asalkan dia perempuan, untuk bagian menelepon itu?"

"Selyn yang akan menelepon, dan agar kau tidak khawatir tentang itu, kuberitahu kau, Selyn itu perempuan," suara Kai masih terdengar dingin. Tampaknya ia masih kesal karena apa yang Eris lakukan tadi.

Eris mengangguk, entah Kai melihatnya atau tidak. Lalu Eris menunduk menatap tangan Kai yang melingkari tubuhnya, mulai mengetik di ponselnya. Kai mengetik pesan itu dengan cepat. Eris ikut membaca pesan singkat yang efektif itu.

"Berapa nomor yang harus ditelepon?" tanya Kai.

Eris menyebutkan nomor Om Bram, memperhatikan bagaimana tangan Kai bergerak lincah di atas touch screen ponselnya itu, menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak terpengaruh oleh hawa dingin. Dan seperti yang dikatakan Kai tentang sinyal yang buruk di tengah hutan ini, Kai harus berkali-kali mengirim ulang pesan itu hingga akhirnya, entah pada pengiriman ulang keberapa, akhirnya pesan itu terkirim.

Kai menarik lengannya hanya untuk menyimpan ponselnya, lalu kembali melingkarkan lengannya di tubuh Eris. Tatapan Eris kini tertuju pada tangan Kai, jemarinya. Eris menatap tangannya sendiri, dan menyadari bahwa tangan Kai memang lebih besar dari tangannya. Tapi tangan itu bisa bergerak dengan lincah mengetikkan pesan tadi.

Wolf and The Beauty (End)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora