65 - Hi, It's Me, Again

116 20 2
                                    

65 – Hi, It's Me, Again

"Bagaimana jika dia mengingat segalanya, Kai?" tanya Selyn cemas, entah sudah untuk keberapa kalinya.

Jika sebelum-sebelumnya Kai hanya menanggapi dengan diam, kali ini ia balik bertanya, "Dan kenapa kau sekarang mencemaskan itu?"

"Karena jika dia mengingat segalanya sekarang, ia juga akan membenciku!" bentak Selyn frustrasi. "Seharusnya sejak awal kau memutuskan. Jika kau ingin kembali padanya, kau hanya harus muncul dan mengatakan segalanya. Dan jika kau tidak ingin kembali padanya, kau hanya harus menghilang dari hidupnya. Tapi lihat apa yang kau lakukan sekarang! Kau bahkan membuatku membohonginya hingga dia mungkin akan membenciku jika dia mengingat segalanya!"

Kai menghela napas berat. "Kau sudah membohonginya selama dua tahun terakhir ini, Selyn. Kau bahkan tidak mau berbicara padanya saat ia masih koma. Tanpa bantuankupun, dia pasti tetap akan marah padamu saat dia mendapatkan ingatannya kembali. Tapi aku yakin, dia tidak akan membencimu. Dia ..."

"Bagaimana kau bisa yakin tentang isi hati seseorang yang perasaannya pun kau tak mau percaya?!" sela Selyn kesal.

Karena itu terlalu banyak. Untuk seseorang sepertinya, perasaan Eris itu benar-benar terlalu banyak. Eris terlalu baik untuknya.

"Karena dia menyayangimu, Selyn. Dia mungkin akan marah padamu, tapi dia tidak akan pernah membencimu. Kau juga tahu orang seperti apa dia. Bahkan setelah kau nyaris mencelakainya, dia masih berusaha melindungimu. Itulah alasan kenapa dia tidak berlari mengejarmu saat kau kabur ke rumahnya hari itu. Karena aku mengancam akan menyakitimu jika dia mencarimu lagi." Kai melirik Selyn yang sudah jatuh terduduk di sofa dan mulai terisak.

Kai menghela napas berat. Hal yang sama berlaku juga untuknya. Gadis itu berlari ke lintasan tanpa ragu begitu mendengar Kai akan celaka. Seperti orang bodoh, ia mengorbankan nyawanya untuk orang seperti Kai.

Dan seperti orang bodoh, Kai tidak pernah bisa pergi dari gadis itu. Bahkan setelah membuat hidupnya seperti ini, Kai tidak bisa berhenti dan berlari menjauh. Bahkan setelah menyakitinya seperti ini, perasaan Kai tidak pernah bisa berhenti. Bahkan meskipun Kai tidak bisa bernapas, ia tidak keberatan, selama ia bisa melihat Eris di sisinya. Dan bahkan meski ia harus mati, itupun bukan masalah, selama gadis itu tetap hidup.

Jika itu menyangkut Eris, Kai selalu, dan akan selalu, melakukan hal gila yang tidak masuk akal. Dan untuk Eris, ia akan melakukan apa pun. Benar-benar apa pun.

***

Ketika Eris membuka matanya pagi itu, ia tetap berbaring selama beberapa saat, menatap langit-langit kamarnya seraya memutar kejadian-kejadian yang dialaminya belakangan ini. Ia ingat saat ia berlari ke arah hutan karena seorang pria asing. Lalu ia bertemu anjing besar yang menyelamatkannya dari anjing hutan. Juga, ia teringat saat ia berlari ke dalam hutan dan tersesat, lalu ia tak sadarkan diri.

Ia juga ingat ketika ia berlari meninggalkan villa malam itu, lalu pria asing itu mengejarnya dan membawanya kembali. Ia ingat semua kebohongan pria itu, dan kata-kata kejamnya pada pria itu. Bahkan sorot terluka di mata pria itu, juga air matanya, Eris bisa mengingatnya dengan jelas kini.

Eris melirik ke samping tempat tidurnya. Pria itu ada di sana, duduk di lantai dengan kepala terjatuh di sisi tempat tidur, lelap. Tangannya berada tak jauh dari tangan Eris. Perlahan, Eris beranjak duduk. Ia menatap wajah tidur pria itu selama beberapa saat.

Ya, sekarang ia mengingatnya. Ia mengingat semuanya. Pria ini ... adalah Kai. Satu-satunya pria yang berani, dan bisa, memanggil Eris sebagai Eris-nya.

***

Selyn mengerutkan kening ketika melihat Eris keluar dari villa, sendirian. Bukankah Kai ada di kamar Eris? Selyn sengaja membiarkan Kai berada di sana untuk terakhir kalinya, karena Kai sendiri sudah berkata dia akan benar-benar pergi dari hidup Eris setelah ini.

Wolf and The Beauty (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang