50 - I Love You But I Have to Let You Go

79 20 1
                                    

50 – I Love You But I Have to Let You Go

Eris menunduk dalam, berusaha menyembunyikan air matanya dari tatapan orang-orang yang dilewatinya ketika ia berjalan tergesa ke arah gerbang. Setidaknya, ia berhasil menahan isaknya meski air matanya terus mengalir tanpa sanggup dihentikannya.

Kenapa ia harus bertemu lagi dengan Kai di saat hatinya sedang begini rapuh? Belum pernah Eris merasa selemah ini. Dan ia benci karena menjadi seperti ini.

Eris mulai berlari begitu ia melewati gerbang sekolah. Dengan kasar dihapusnya air matanya, meski itu sia-sia. Di perempatan jalan, Eris menghentikan langkahnya. Kali ini ia tak lagi menahan isak tangisnya. Ia mengepalkan kedua tangannya, merasa kesal dan marah pada dirinya karena menjadi selemah ini.

Eris menggigit bibir, merusaha menghentikan isak tangisnya. Ia mendongak untuk menahan air matanya, tapi gagal. Air matanya masih saja mengalir melewati sudut matanya, tanpa sanggup ia cegah. Eris menghapus air matanya dengan kasar. Ia melangkah untuk menyeberangi jalan di depannya.

Langkah Eris terhenti tatkala ia mendengar suara Kai, ya, suara Kai, meneriakkan namanya. Tapi belum sempat Eris berbalik, seseorang menarik lengannya, menarik Eris ke belakang. Dan tepat setelah Eris kembali berdiri di trotoar, sebuah mobil berkecepatan tinggi melintas di tempat Eris berdiri tadi. Pandangan Eris mendadak kosong. Ia ... nyaris saja tertabrak mobil itu.

Eris merasakan orang yang menyelamatkannya itu memutar bahunya kasar. Dan tatapan kosong Eris berganti tatapan terkejut tatkala mendapati orang itu adalah Kai. Eris mengerjapkan matanya dan menyadari air matanya masih saja mengalir. Eris menarik diri dari Kai untuk menunduk dan menghapus air matanya.

"Terima kasih karena telah menolongku, lagi," ucap Eris tanpa menatap Kai.

"Ada apa denganmu?!" teriakan marah Kai itu membuat Eris tersentak kaget.

Apakah Kai tidak mendengar ucapan terima kasih Eris tadi? Kenapa dia menjadi begitu marah?

"Tidak bisakah kau menjaga dirimu sendiri?! Tidak bisakah kau tidak menempatkan dirimu dalam bahaya?!" bentak Kai.

Eris kembali menunduk tatkala air matanya lagi-lagi mengkhianatinya. "Maaf ..." ucap Eris pelan. "Maaf, karena selalu merepotkanmu. Maaf, karena menjadi begini lemah. Maaf ..." Eris menggigit bibir, menahan isaknya.

Kai tak membalas dengan satu katapun, tapi kemudian ia berbalik dan meninggalkan Eris. Lagi, Kai membunuh Eris dengan cara seperti ini. Eris menutup mulut dengan tangannya tatkala ia mulai terisak.

"Maaf ... karena aku mencintaimu sedalam ini ..." tangisnya.

***

Kai berusaha menenangkan dirinya, meyakinkan dirinya bahwa Eris baik-baik saja. Sekuat tenaga, Kai harus menahan dirinya agar tidak menarik gadis itu dalam peluknya. Jantung Kai seolah berhenti berdetak ketika ia melihat Eris nyaris saja celaka. Ia ingin marah, tapi ia tak tahu harus marah pada siapa. Dan pada akhirnya dia berteriak juga pada Eris. Meski itu hanya membuat suasana hatinya semakin buruk.

Dan kini, gadis itu malah meminta maaf padanya. Ah, benar. Dia memang harus meminta maaf, karena membuat Kai cemas seperti tadi. Dia harus meminta maaf, karena nyaris membuat Kai melihatnya celaka di depan mata Kai. Dia harus meminta maaf, karena telah membuat Kai menderita setengah mati hanya karena mencintainya.

Terlepas dari itu semua, air mata Eris adalah belati tertajam yang menikam jantungnya. Kai mengepalkan tangannya hingga kukunya menancap di telapak tangannya, merasa marah karena tak bisa melakukan apa pun untuk menghentikan air mata gadis itu. Ia benar-benar marah karena tak bisa menenangkan ataupun menghiburnya.

Wolf and The Beauty (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang