58 - First Meet After Years

80 19 1
                                    

58 – First Meet After Years

"Kai," tiba-tiba kata itu muncul di kepala Eris saat ia menatap ke mata abu-abu anjing besar di depannya itu.

"Eris ..." suara parau Alia itu membuat Eris menoleh. Ia mendapati wajah Alia pucat.

"Alia, kau baik-baik saja?" cemas Eris.

Alia menggeleng cepat, lalu mengangguk. "Ya, aku baik-baik saja. Hanya saja ... kurasa kita harus segera pergi sebelum anjing-anjing hutan itu kembali."

Ketika Alia hendak membawanya pergi, Eris bertahan di tempatnya. "Apa kita akan meninggalkannya di sini?"

Alia menatap Eris, tampak terkejut. Ia menoleh ke arah anjing besar yang tadi menyelamatkan Eris.

"Kurasa dia juga tersesat. Karena itu ... tak bisakah kita membawanya pulang, setidaknya sampai pemiliknya muncul?" tanya Eris hati-hati.

Alia menatap Eris dengan tatapan gemas, kesal, marah, tapi suaranya tetap tenang saat ia berkata, "Jika kita membawanya pulang, bagaimana pemiliknya akan menemukannya?"

"Kita bisa datang kemari setiap pagi dan menunggunya di tepi hutan. Tadi aku juga melihatnya di tepi hutan. Jika dia begitu mengenal hutan ini, mungkin dia juga tinggal di sekitar sini," ungkap Eris.

Alia memejamkan matanya, tampaknya sedang menghitung sampai tiga, sebelum kembali membuka matanya. "Kau tidak takut padanya?"

Eris menatap anjing besar itu, dan ia tak bisa berbohong. "Aku takut, tapi ... dia sudah menolongku tadi. Dan ... dia juga tersesat. Apakah menurutmu dia akan menyakitiku?" Mata polos Eris kembali menatap Alia.

Alia membuka mulut, hendak berbicara, tapi ia kembali menutup mulutnya dan menggeleng. "Eris, jika ommu tahu tentang ini ..."

"Kita tidak perlu memberitahunya," Eris menyela. "Kali ini saja, Alia. Kumohon ..."

Eris mengerti betapa frustrasi dan kesalnya Alia saat ini, dan ia cukup kagum karena gadis itu belum berteriak marah padanya.

"Tapi kau takut padanya," kata Alia kemudian. "Bagaimana kau akan membawanya pulang bersamamu jika kau takut padanya?"

Eris mengangkat dagunya angkuh. "Aku akan segera berteman dengannya," putusnya.

Alia sudah bersiap protes, tapi kemudian Eris berjalan mendekati anjing besar itu. Dengan hati-hati, Eris berdiri di samping anjing itu. Masih dengan hati-hati, ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh bulu coklat gelap anjing itu.

"Aku tidak akan menyakitimu," gumam Eris pada anjing itu. "Kau tidak perlu takut. Aku akan membawamu pulang dan merawatmu sampai kau bertemu dengan pemilikmu."

Eris tersenyum saat anjing itu menoleh ke arahnya, seolah mengerti apa yang dikatakannya.

"Lihat, kan? Aku sudah berteman dengannya," Eris kembali menatap Alia.

"Eris ..."

"Tadi aku menulis itu," Eris mengubah topik pembicaraan mereka tiba-tiba.

Alia mengikuti arah yang ditunjuk Eris dan tatapannya terkunci pada tulisan Eris di tanah.

"Aku tahu kau akan marah padaku karena tidak mendengarkan kata-katamu. Tapi selama aku menunggumu di sini tadi, aku juga belajar banyak. Benda-benda yang selama ini hanya kulihat di gambar, aku sudah melihatnya sendiri, dan aku sudah bisa menuliskannya. Ranting. Itu cukup sulit, kan? Aku bahkan bisa menuliskan bahasa Inggrisnya. Juga hutan. Aku juga sudah bisa menulis bahasa Inggrisnya dengan benar, kan? Kau mau aku membuat kalimat dengan kata-kata itu juga?" ucap Eris bersemangat.

Wolf and The Beauty (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang