61 - Trust You?

94 23 2
                                    

-17-

All for You

You know I'll do anything for you

Even though I have to die

I'll do that for you

With no hesitation

61 – Trust You?

Ketika Alia naik ke kamarnya dengan membawa nampan berisi obat dan makan malamnya, Eris menatapnya dingin. Bagaimana pun, saat ini ia tak bisa percaya pada gadis itu. Entah bagaimana, ia yakin, Alia mengenal pria itu.

Alia tersenyum padanya ketika berjalan ke sisi tempat tidurnya. "Setelah makan malam dan meminum obatmu, kau bisa beristirahat, Eris."

Eris melirik nampan yang berada di tangan gadis itu. Ia mendengus kasar seraya bangkit dari tempat tidurnya, mengejutkan Alia.

"Eris, apa yang ..." kalimat Alia terputus oleh gerakan cepat tangan Eris yang menepis nampan di tangan Alia, membuat makan malamnya berantakan di lantai kamarnya.

"Aku ingin melihat, sampai sejauh mana kau juga akan membohongiku," ketus Eris.

Alia tampak terpukul, dan juga terluka. Eris mengabaikan itu dan melewati gadis itu ketika berjalan ke pintu. Langkahnya terhenti ke pintu tatkala pria asing yang sepertinya adalah bagian dari masa lalunya itu ternyata berada di depan kamarnya, dan dari tatapan tajamnya, sepertinya ia juga melihat apa yang barusan Eris lakukan.

Eris melengos kasar darinya, lalu melangkah ke arah tangga. Ia mendengar suara langkah mengikutinya di belakangnya, dugaannya, pria asing itu, tapi ia tak menghentikan langkahnya. Eris bahkan kemudian berjalan meninggalkan rumah itu, menyusuri jalanan yang sudah mulai gelap.

"Kaupikir sejauh mana kau bisa pergi?" suara itu menghentikan langkah Eris di tengah jalan. Meski begitu, ia tak berbalik.

"Dan kaupikir, sejauh mana kau bisa pergi?" balas Eris, menyinggung kebohongan pria itu.

"Apa kau sebegitu inginnya membunuhku?" ucap pria itu.

Eris mendengus kasar. "Apa itu sebuah pengakuan? Bahwa kau memang orang jahat yang membuatku seperti ini? "

"Bagaimana jika aku tidak pernah mau mengakui itu?" tanyanya.

"Jika memang begitu, kau harus terus bertahan di sisiku sampai ingatanku kembali. Begitu ingatanku kembali, aku akan memutuskan untuk membiarkanmu pergi atau membunuhmu," jawab Eris dingin.

Selama beberapa saat, pria itu tak membalas. "Bagaimana jika, aku tidak ingin mengakuinya? Bagaimana jika, aku tidak ingin mati di tanganmu? Bagaimana jika, aku berkeras untuk terus berada di sisimu seperti ini?"

Kalimat pria itu membuat Eris berbalik. "Kau bahkan tidak mau menerima hukuman jika kau memang bersalah?"

Pria itu tersenyum pahit. "Hukuman? Kau sebut itu hukuman?"

Eris mengerutkan kening.

"Jika ingatanmu kembali, kau akan tahu bahwa itu bahkan bukan hukuman yang berat bagiku. Mungkin jika kau membunuhku kau bisa menuntaskan semua amarahmu atas apa yang terjadi padamu, dan juga membalasku. Tapi, hukuman?" pria itu mendengus. "Bagiku, ada hukuman yang lebih pantas bagiku daripada kematian. Hukuman yang jauh lebih berat. Hukuman yang tidak hanya membunuh ragaku, tapi juga jiwaku."

Pria itu tampak begitu yakin, tanpa keraguan, ketika mengatakan itu. Hukuman yang lebih mengerikan dari kematian? Eris mendengus meledek sebelum berbalik dan melanjutkan langkahnya. Dan ia bisa merasakan, alih-alih mendengar, pria itu mengikutinya.

Wolf and The Beauty (End)Where stories live. Discover now