36 - Thanks for Coming Back

95 23 6
                                    

36 – Thanks for Coming Back

Eris mengerutkan kening ketika Kai meletakkan sebuah tas kertas coklat di atas meja Eris. Eris mendongak untuk menatap Kai.

"Apa ini?" Eris menunjuk tas kertas itu.

"Pakaianmu yang tertinggal di rumahku," kata Kai keras, membuat semua kepala di ruangan itu menoleh ke arah mereka.

Hana bahkan terbelalak tak percaya ketika menatap Eris dan tas itu bergantian. Eris mendesis kesal ke arah Kai. Laki-laki itu bisa saja memberikan ini pada Eris di rumah, atau bahkan mengirimkannya saja. Tapi tampaknya Kai sengaja melakukan ini. Eris teringat bahwa kemarin ia berkata bahwa ia tidak akan pernah merasa terintimidasi oleh Kai. Jadi ini adalah jawaban Kai atas pernyataan perang Eris kemarin?

Eris berpikir cepat, lalu berkata, "Saat itu, kau bilang kau akan bertanggung jawab, kan?"

Kening Kai berkerut mendengar kata-kata Eris itu. "Apa maksudmu? Bukankah saat itu aku sudah ..."

"Belakangan ini aku merasa tidak enak badan," sela Eris. "Apakah aku perlu pergi ke dokter?"

Kai menatap Eris dengan bingung. "Kau ... tapi ... saat itu kita tidak melakukan apa pun ..." Kai terbata.

Eris tersenyum penuh kemenangan. "Kita memang tidak melakukan apa pun, tapi saat itu aku demam. Aku khawatir demamku mungkin berefek buruk pada tubuhku karena seminggu terakhir ini aku merasa tidak enak badan. Tapi sekarang, kurasa aku sudah baik-baik saja," ucapnya puas.

Menyadari bahwa Eris baru saja menjebaknya, Kai menatap gadis itu dengan kesal, sebelum kemudian dia duduk ke tempat duduknya. Eris tak dapat menahan senyum gelinya ketika mendengar Kai menendang kursinya. Tampaknya ia cukup kesal.

"Astaga, aku sempat berpikir bahwa kalian ..."

"Tentu saja tidak," Eris menyela kalimat Hana.

"Yah, kalian kan sudah berpacaran dan ..."

"Itu tidak mengubah kenyataan bahwa dia bisa sangat bodoh terkadang," Eris kembali memotong kalimat Hana. Eris bahkan tersenyum lebar pada teman sebangkunya itu.

***

Kai mengumpat pelan. Tadinya dia berniat membuat Eris kesal. Tapi gadis itu berhasil membalikkan keadaan dan membuat Kai panik. Kai tidak melakukan apa pun yang salah pada Eris malam itu, tapi setiap kali teringat malam itu, Kai selalu khawatir bahwa mungkin sesuatu terjadi malam itu tanpa Kai sadari. Tapi ternyata, Eris mengatakan itu hanya untuk menjebak Kai.

Kai menatap gadis itu dengan kesal. Ia semakin kesal ketika mendengar tawa geli Nyle dan Gavin di belakangnya. Suasana hatinya juga semakin memburuk ketika Eris mengikat rambutnya yang tadi tergerai bebas di punggungnya. Eris baru saja selesai mengikat rambutnya ketika Kai menarik lepas ikat rambut gadis itu, membuatnya berteriak marah seraya berbalik dan menatap Kai kesal.

"Aku tidak suka jika rambutmu diikat," kata Kai enteng.

Eris melotot kesal padanya. "Jangan bermain-main lagi," ia mengingatkan. "Kembalikan ikat rambutku."

Kai menatap ikat rambut warna merah di tangannya, lalu ia menggenggamnya, dan menjauhkannya dari Eris, membuat gadis itu tampak lebih kesal lagi.

"Kau harus mendengarkan kata-kata pacarmu," terang Kai.

Eris memutar mata. "Tapi ini bodoh," katanya. "Rambutku akan berantakan jika aku tidak mengikatnya."

"Aku akan merapikannya untukmu," balas Kai tanpa berpikir, yang kemudian sedikit disesalinya ketika Eris mengangkat alis. Kai mungkin akan melakukannya dengan senang hati, tapi ia tahu itu membuat dirinya terdengar bodoh.

Wolf and The Beauty (End)Where stories live. Discover now