3 - A Scary Truth

207 33 1
                                    

3 – A Scary Truth

"Nyle benar-benar beruntung karena mendapatkan Selyn. Gadis itu terlalu baik untuknya." Kata-kata Kai disambut tawa oleh undangan lain di resepsi itu. "Tapi aku tahu, Nyle akan melakukan apa pun untuk membuat istrinya bahagia. Dan aku tahu, mereka akan hidup bahagia."

Kai mengangkat gelas sampanyenya, diikuti para undangan yang juga mengangkat gelas mereka, bersulang untuk kebahagiaan pasangan Nyle dan Selyn. Kedua orang itu tersenyum haru ketika Kai mengerdipkan mata ke arah mereka. Ketika Kai hendak duduk, matanya menangkap kehadiran sosok gadis yang mengacaukan pikirannya sejak kemarin, berdiri di seberang ruangan, mengangkat gelas minuman ke arahnya, dengan senyum santai terukir di wajah cantiknya.

Seketika, gelas Kai terlepas dari tangannya. Beruntung Gavin berhasil menangkap gelas itu sebelum gelasnya jatuh dan pecah. Kai berkedip, dan gadis itu lenyap begitu saja. Lalu, jantung Kai berdegup kencang, dan dadanya terasa sangat sakit. Benar-benar menyesakkan. Kai mengangkat tangannya, mencengkeram dadanya.

Gavin, Nyle, Selyn, Xander, dan Adriel berdiri dan menatap Kai dengan cemas. Kai mengangkat tangannya. Ia berusaha tersenyum pada teman-temannya.

"Aku ... aku akan keluar sebentar. Sepertinya aku butuh udara segar," katanya. "Lanjutkan saja pestanya tanpa aku," Kai berkata seraya meninggalkan kursinya dan berjalan ke arah pintu keluar.

Di luar gedung, Kai terus berjalan hingga ia tiba di taman gedung itu. Kai duduk di bangku taman, tangannya terangkat untuk menyentuh dadanya. Rasa sakitnya sudah berkurang, tapi sesaknya bertahan di sana. Dan jantungnya ... untuk siapa jantung ini berdetak begini kencang? Untuk gadis yang bahkan ia tak tahu namanya itukah?

Kai duduk diam di sana, terus bertanya-tanya, kenapa gadis itu lagi-lagi muncul dalam pikirannya? Kai berusaha mengingat-ingat, jika ia punya, setidaknya satu saja kenangan dengan gadis itu ... satu saja ...

"Kau baik-baik saja, Kai?" Suara Gavin menyentak Kai.

Kai menoleh ke arah Gavin dan berusaha tersenyum seolah ia baik-baik saja, tapi tampaknya ia gagal, karena kemudian Gavin duduk di sampingnya, tampak tegang dan cemas.

"Apa kau mengingat sesuatu?" interogasi Gavin.

Tentang gadis itu? Kai mencibir pada pikirannya itu. Ia menggeleng. "Justru, aku bertanya-tanya, kenapa aku tak bisa mengingat sesuatu yang terus-menerus muncul dalam kepalaku."

Gavin melirik Kai cemas.

"Kau ... apa Seth memberimu obat sebelum kemari? Kurasa kau harus meminumnya. Kau tampak kesakitan di dalam tadi," Gavin menyarankan.

Kai mengerutkan kening. Obat? Oh, ya, dia sudah meminumnya tadi pagi. Setiap bulan, menjelang malam bulan purnama, Seth tidak akan terlewat memastikan Kai meminum obat itu setiap pagi, siang, sore, dan bahkan malam. Rasanya tidak terlalu buruk, memang. Dan obat itu selalu bisa meredakan sakit Kai, yang selama ini ia pikir karena kecelakaan sembilan tahun lalu.

Namun semalam, Nero mengungkap bahwa sakit Kai ini bukan karena kecelakaan itu. Dia hanya mengatakan bahwa malam ini adalah malam bulan purnama, dan Kai harus meminum obat itu. Dan dia tetap berkeras bahwa Gavin dan Nyle yang akan memberitahukan segalanya padanya.

"Aku sudah meminum obatnya tadi pagi, sebelum kemari," Kai berkata. "Tapi, sakitku tadi bukan karena itu," lanjutnya.

Gavin mengerutkan kening. "Apa maksudmu, sakitmu bukan karena itu?"

Kai menghela napas berat. "Sakitku bukan karena menjelang malam bulan purnama," ucapnya, membuat Gavin terbelalak kaget. "Sakit yang selalu kurasakan setiap bulan, sehingga Seth harus memberiku obat sepanjang hari, itu bukan karena kecelakaan. Ya, aku tahu. Tapi, sakitku saat ini juga bukan karena itu."

Wolf and The Beauty (End)Where stories live. Discover now