EIGHT

153 12 0
                                    

Setelah berbincang - bincang di atap kantor besar Chanyeol, Sehun memutuskan untuk beristirahat di hotel yang sudah ia booking.

Setelah mengantar Sehun menuju mobilnya, Chanyeol kembali ke lantai 10, ia masih punya beberapa pekerjaan yang harus ia kerjakan.

Kakinya sedikit pelan, kepalanya masih sedikit berputar, 1 batang rokok siang itu sepertinya tidak cukup untuk menengkan pikirannya.

Chanyeol berjalan menuju kantornya, langkahnya berhenti melihat pintu kantornya sedikit terbuka, matanya sedikit menyipit, pelan tapi pasti Chanyeol mendorong pintunya sedikit agar ia bisa melihat bagian dalam kantornya.

Matanya terperajat, ia benar - benar tidak menyangka seseorang sedang makan sisa makanannya dengan lahap.

mata Chanyeol berhenti seketika, ia merasa ikat rambut itu sangat familiar, ia menelaah lebih jelas lagi.

"huft..." Chanyeol menghela nafasnya, ia kini merasa begitu sedih, ia mengenal perempuan itu, perempuan yang terduduk di lantai dengan rambut terikat sambil mengenakan pakain  house keeping.

"sajang-nim"  suara sekertaris Byun membuatnya mengangkat wajahnya,

"oh! a-a-ada apa?" Chanyeol terperajat dan mencoba menutup ruangan pelan.

"aku harus berdiskusi denganmu tentang beberapa hal, mari masuk" Baekhyun mencoba masuk kedalam kantor Chanyeol yang langsung di halang oleh Chanyeol.

"a-a-a aku tidak ingin berdiskusi di kantor, ba-bagaimana dengan.. cafe, ayo kita minum coffee sambil berdiskusi," Chanyeol terbata - bata.

"oh, baiklah jika kau ingin seperti itu," Baekhyun beranjak pergi dari tempatnya dan berjalan menuju lift.

Chanyeol sedikit mengintip dari cela pintu itu, ia melihat Hana masih dengan lahap menyantap makanannya, matanya terlihat sedih, wanita itu, sepertinya memang tidak punya apa - apa.

Chanyeol bergegas meninggalkan kantornya dan berjalan mengikuti Baekhyun yang menahan pintu lift untuknya.

Baekhyun dan Chanyeol memutuskan untuk duduk di sebuah cafe yang tidak jauh dari tempat mereka bekerja, mata Chanyeol sedikit kosong, ia tidak percaya wanita itu benar - benar di keadaan seburuk itu, ia terus memikirkan bagiamana caranya ia bisa menolong wanita itu tanpa di ketahui siapapun.

"Ya! Chanyeol-a! apa kau mendengarku?" kini Byun Baekhyun sedikit kesal,

di luar kantornya Chanyeol dan Baekhyun sangat dekat sampai mereka tidak bisa di pisahkan, Baekhyun selalu mengurus semua keperluan Chanyeol dari yang paling besar sampai yang paling kecil sebagai tanda terimakasihnya kepada kakek Chanyeol yang sudah memberikan baesiswa saat ia masih sangat kecil sampai akhirnya ia bisa melanjutkan sekolahnya sampai ke jenjang yang paling tinggi dan bekerja di perusahaan terbesar di Korea saat ini.

"eoh! w-wae?" Chanyeol sepertinya baru saja bangun dari pikiran panjangnya.

"Ya! mwo-ya! aku sudah menjelaskan panjang lebar tapi sepertinya kau tidak mendengarnya," Baekhyun kesal.

"oh, maafkan aku, bisa kau ulangi lagi?" Chanyeol meminta.

"lupakan saja, apa kau ingin bercerita tentang apa yang ada di otakmu saat ini?" Baekhyun bertanya,

"Apa Sehun berkata sesuatu?"

"Tidak, baekhyun-aa, bukan Sehun,"

"Lalu?"

"Aku sendiri tidak mengerti, nanti saat aku tau, aku akan memberitahumu,"

"Kapan?"

"aku tidak tau, sampai kapan," Chanyeol memegang kepalanya.

Ia membeli beberapa minuman panas, malam ini akan terasa dingin dengan angin yang berhembus kencang.

Chanyeol berjalan ke kantornya dengan beberapa cup dengan coklat panas dan teh panas di dalamnya.

Ia membuka pintu kantornya dengan pelas, ia menundukan kepalanya, kantornya kini kosong.

Ia berjalan ke arah meja yang kini kosong ia meletakan karton coklat panas di mejanya, ia merasa pikirannya kosong, jadi wanita itu benar bekerja di kantornya.

"house keeping.... " Chanyeol mendengus dalam hatinya.

~~==~~

Hana terduduk di tempat istirahatnya malam ini, cafe ini menjadi saksi dari semua kebodohan yang pernah ia lakukan di hidupnya, ia tak punya uang, pakaian ataupun tempat tinggal, semuanya terjadi di satu malam yang sama ya itu kemarin malam.

1 hari menjadi gelandangan membuat ia memeluk tubuhnya sendiri.

kemana ia akan pergi?

kemana ia akan meminta?

apakah ia harus meminjam uang ?

kemana ia harus meminjam?

apakah ia harus meminjam ke bibi-nya?

"ah... ba-bo-ya!" Hana memukul kepalanya sendiri.

Malam itu, Hana kembali sendiri, ia berharap bisa bertemu seseorang, tapi sepertinya itu tidak akan terjadi hari ini.

Hana berharap ada seseorang yang bisa memberinya berita baik, tapi ternyata semuanya sama...

diam...

tanpa kata...

TRING!

pintu cafe terbuka, seorang laki - laki berjalan menuju cashier untuk memesan minuman yang biasa ia pesan.

"1 Chai latte dan satu hot chocolate," Chanyeol memesan.

Chanyeol membawa dua gelas minuman panas itu ke meja yang sedari tadi menjadi tepat matanya bertumpu.

"oh!" Hana terkejut.

"untukmu," Chanyeol menyodorkan hot chocolate untuk Hana.

Mereka berdua terdiam, ia benar - benar tak tau harus berkata apa, hari ini Hana terlihat lebih buruk dari Hari sebelumnya, wajahnya pucat dan rambutnya berantakan, bibirnya tidak semerah kemarin, kantung matanya benar - benar hitam.

"Gwen-cha-na?" Chanyeol bertanya.

"nan Gwen-cha-na," Hana menjawab dengan pelan.

"Apa aku boleh bertanya sesuatu padamu?"

"Tentu saja."

"Kau mengenakan Jas mahal setiap hari, apa... kau mengenal seseorang dengan status tinggi di perusahaan Shinwa?" Hana bertanya memandang mata Chanyeol lekat.

"Wae-yo?" Chanyeol bingung.

"Sepertinya aku harus meminjam uang, aku benar - benar tidak punya apa - apa saat ini," Hana menjawab singkat.

"Well, Seperti yang kau katakan, tidak ada yang gratis di dunia ini, lalu, apa yang akan kau berikan untuk-ku jika aku menolongmu," Chanyeol bertanya

"Aku... aku akan membayarnya, pasti, apapun itu," Hana kini tak bisa berfikir dengan jelas.

ia tak bisa terus terusan tinggal di dalam tempat istirahat staff di gedung shinwa, ia tidak bisa makan, ia tidak punya pakaian dan tak punya alat telekomunikasi sama sekali.

"Bagaimana jika.... aku meminta 3 permintaan darimu sebagai gantinya."


TBC


Gwenchana = tidak apa apa

baboya = bodoh

[COMPLITED] AHJUSSHI AND MEWhere stories live. Discover now