THRITY FIVE

49 7 0
                                    


"Sudah berapa lama kau berada di sini?" Chanyeol memulai pertanyaan.
"Semenjak kau tak bisa menemukanku lagi,"
"Kau harus tau, aku tak pernah berhenti mencari, aku ingin menjelaskannya padamu, tapi kau menghilang,"

"Bukankah lebih baik begitu? Aku hanyalah salah satu dari banyak masalah yang kau punya," "Hana-ya, kau tak tau betapa menderitanya aku tanpa dirimu,"Kini Hana terdiam, ia tak dapat mengartikan perasaanya sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bukankah lebih baik begitu? Aku hanyalah salah satu dari banyak masalah yang kau punya,"
"Hana-ya, kau tak tau betapa menderitanya aku tanpa dirimu,"
Kini Hana terdiam, ia tak dapat mengartikan perasaanya sendiri.
"Mengapa kau meninggalkanku? Aku tak pernah memintamu untuk pergi dariku, saat itu aku berharap kau masih bisa menunggu sampai aku bisa menyelesaikan semuanya dan kembali kepadamu,"
"Chanyeol-a, aku dan Jackson tidak akan bisa menunggu,"
"Jackson? Jadi?"
"Aku tau saat itu jika aku memberitahumu tentang Jackson, kau tidak akan mau melepasku begitu saja, lalu aku memutuskan untuk meminta bantuan Sehun-sshi untuk membawaku kemari,"
Chanyeol melepas nafas panjangnya

 "Mengapa kau meninggalkanku? Aku tak pernah memintamu untuk pergi dariku, saat itu aku berharap kau masih bisa menunggu sampai aku bisa menyelesaikan semuanya dan kembali kepadamu," "Chanyeol-a, aku dan Jackson tidak akan bisa menunggu," "Jackson...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mungkin aku terdengar egois, tapi aku yakin ini pasti yang terbaik,"
"Lalu? Apa kau tidak memikirkan perasaanku?!" Chanyeol begitu emosi mendengar jawaban Hana.
"Kau dan aku berasal dari dunia yang berbeda, tak mungkin bisa bersatu,"
"Berbeda? Apanya? Apa karena tahta dan uang? Aku bisa meninggalkan semuanya jika kau meminginginkanku!"

"Omma?" Tiba - tiba terlihat Jackson yang berdiri di pinggir meja makan menatap kedua orang yang berteriak seperti orang gila di tenga malam.

"Oh! Jackson-a, maafkan kami, apa kami membangunkanmu?"
"Apa omma baik - baik saja?"
"Oh Jackson-a, kita baik - baik saja, aku dan paman hanya bercerita tentang dulu,"
"Oh?! Kalian benar - benar teman sepertinya,"
"Lebih dari teman pria kecil, aku dan ibumu dulu saling menyayangi, dan kau adalah hasil dari cinta kami," Chanyeol tiba - tiba terduduk di depan Jackson dan mulai mengangkat tubuh Jackson di dalam pelukannya.
Masih terlihat jelas, Jackson masih sangat mengantuk, matanya masih berusaha untuk menutup kerap kali mulutnya menguap.
Chanyeol membawa Jackson kembali ke tempat tidur, matanya terasa sedih, ia tak menyangka bawa selama ini Hana membawa beban sebesar ini, ia merasa bersalah, sedih dan marah pada dirinya sendiri, mengapa begitu lama baginya menyadari bahwa seharusnya ia berada di samping Hana.
"Di mana kau mendaftarkan nama Jackson?"
"Di sini,"
"Atas nama siapa?"
"Sehun-sshi,"

Chanyeol terdiam, ia tau ia harus berbicara pada laki - laki itu cepat atau lambat.

Kedua insan itu kini terduduk di sofa kecil rumah Hana, Chanyeol yang memandang ponselnya dan Hana yang memandang Jackson yang tertidur, malam itu terasa dingin dengan hujan mengguyur deras.

BLAR!

kilat menyambar kencang dan tanpa sadar Hana berada di dalam pelukan Chanyeol, matanya tertutup rapat, rasanya ia ingin laki - laki ini untuk tinggal di sana bersamanya, selamanya, namun, ia menyadari betapa bodohnya ia saat Chanyeol memeluk tubuhnya dalam diam.
"Aku merindukanmu," sebuah kalimat lembut yang menyambar ke indra pendengaran Hana membuat Wanita itu luluh, dalam sekejap, air matanya mulai mengalir, semua perasaan yang ingin ia sampaikan serasa terlepas dari bahunya, Hana menyerah, ia masih sangat mencintai laki - laki itu, ia masih memikirkannya setiap malam, menceritakan cerita mereka berdua pada Jackson sebagai dongeng dunia mimpi.

"Pulanglah bersamaku, kita akan memberikan rumah yang baru dan lengkap untuk Jackson,"

Hana memadang mata itu, mata yang membuatnya merasa menjadi wanita paling penting di dunia ini.

"Bagaimana dengan Minha?"
"Aku tau, kau tau bahwa ia bukan anakku, aku mengurusnya hanya karena rasa kasihanku yang berubah menjadi rasa sayang, Minha melengkapi hariku, sedikit mengisi kesunyianku saat kau benar - benar pergi dan aku menyayanginya seperti anaku sendiri."

Hana menundukan kepalanya, ia tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang, ia tak bisa memutuskan semuanya secepat ini.

"Percayalah, Hana, aku akan menjadi laki - laki yang lebih bertanggung jawab, aku ingin memikul beban yang kau bawa selama ini, biar aku yang menyelesaikan semuanya."
"Aku-"

Kata - kata itu terhenti, seiring dengan bibir Chanyeol yang melumat bibir Hana pelan, mengutarakan begitu menderitanya Chanyeol tanpa Hana, begitu sedih hatinya mengingat Hana tak ingin membagi sedikitpun bebannya pada orang yang seharusnya bertanggung jawab atas semua ini.

Pengecut...

Itulah kata yang membuat Chanyeol ingin memperbaiki semuanya secepatnya, ia tak ingin menjadi si bodoh yang penakut, kali ini ia harus berani, ia akan menpertaruhkan segalanya agar ia bisa kembali ke keluarga kecil yang ia tinggalkan begitu saja saat ia merasa bersalah.

Hari berganti pagi, terlihat Jackson turun dari tempat tidurnya dan berjalan ke kamar Hana, hari ini seharusnya Hana pergi kerja seperti biasa.

"Omma..... kenapa kita tidak sekolah," Jackson mencoba merangkak menaiki tempat tidur yang lumayan tinggi,
"Omma!" Jackson kembali memukul tubuh yang sedari tadi masih berada di balik selimut.
Lenguhan terdengar membuat Jackson sedikit terperajat dan menarik selimut berwarna biru itu dengan kencang.

"OMMA!"
"Oh! Jackson-aa!" Suara Chanyeol terdengar serak di pagi hari, mata besarnya masih tidak bisa terbuka dengan jelas,
"Paman di mana Omma,"
"Oh? Omma?" Kini Chanyeol terduduk di tempat tidurnya, kepalanya sedikit pusing, ia belum bisa mencerna apapun dengan baik.

Pintu rumah di buka dari luar, Jackson berlari menyambut siapapun yang datang,
"Omma! Oh! paman!" Terlihat wajah bahagia Jackson membuat Sehun yang berdiri di belakang Hana merasa begitu gembira,
"Oh! Jackson-a, apa kabarmu?"
"Aku baik - baik saja paman, apa paman membawa kan ku hadiah?"
"Oh? Ya! Anak nakal, apa hadiah lebih penting dariku?"

Tiba - tiba Sehun berhenti bermain dengn Jackson, saat matanya menangkap siluet laki - laki yang sebenarnya ia tunggu.
"Hyung," Sehun mengucap melihat Chanyeol yang baru saja bangun dari tempat tidur dengan rambut berantakan.
"Kita harus bicara."

Kini Hana dan Jackson berada di dapur untuk memasak makanan dengan bahan yang baru saja ia beli dan Sehun juga Chanyeol berada di balkon sambil menikmati secangkir kopi panas.
"Kapan kau sampai?"
"Tadi malam,"
"Apa Minha baik - baik saja?"
"Tentu, Baekhyun Hyung mengurusnya dengan baik,"
"Aku akan membawa Hana bersamaku."

TBC

[COMPLITED] AHJUSSHI AND MEWhere stories live. Discover now