TWENTY FOUR

87 7 0
                                    

Seorang laki - laki menggiat di balik selimutnya, matahari pagi membuatnya kembali menutupi wajahnya dengan selimut tebal yang ia kenakan, pagi itu ia merasa sedikit pusing, kepalanya berputar - putar, matanya sangat berat untuk di buka, sepertinya tak ingat terakhir kali ia merasa selelah ini.
Matanyanya mencoba menyesuaikan dengan cahaya yang mencoba untuk terus membangunkannya dan ia pun menyerah, ia membuka matanya dan memutar tubuhnya sendiri agar bisa mencapai ponsel genggam yang ada di atas nakasnya.

Ia melihat layar ponselnya, sepertinya ia tidur terlalu pagi malam itu sampai - sampai ia bangun di tengah siang bolong, kini matanya mencoba mencari sesuatu yang tidak ia temukan, seseorang yang seharusnya ada di sebelahnya saat ini tidak ada di ...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ia melihat layar ponselnya, sepertinya ia tidur terlalu pagi malam itu sampai - sampai ia bangun di tengah siang bolong, kini matanya mencoba mencari sesuatu yang tidak ia temukan, seseorang yang seharusnya ada di sebelahnya saat ini tidak ada di jarak pengheliatannya.
Ia memaksa untuk membuka matanya walau kepalanya seperti di pukul dengan keras, ia merapikan pakaiannya dan melangkahkan kakinya ke ruang TV, kantor dan kamar mandi, nihil...
kosong...
Ia mengambil ponselnya dari atas nakas dan mulai membuat panggilan langsung ke ponsel Hana.

Tut tut..
tut tut..

Ah, tidak ada jawab yang terdengar dari ujung sana, di manakah Hana berada? Apa ia berjalan - jalan keluar dari hotel? Apa ia kembali ke Korea?

Chanyeol menyenderkan kepalanya ke dinding kamarnya, ia begitu pusing, kepalanya begitu berat, matanya memerah, wajahnya terlihat kesal.

"Baekhyun-aa," ia mengangkat telpon,"Di mana kau sekarang?" "Jepang,""Oh? Sendirian? Jadi di mana Hana berada?" "Ah, baekhyun-aa, aku benar - benar bingung," "Ada apa denganmu? Oh?""Ah! Kepalaku sakit sekali, aku benar - benar tidak bisa berfikir ...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Baekhyun-aa," ia mengangkat telpon,
"Di mana kau sekarang?"
"Jepang,"
"Oh? Sendirian? Jadi di mana Hana berada?"
"Ah, baekhyun-aa, aku benar - benar bingung,"
"Ada apa denganmu? Oh?"
"Ah! Kepalaku sakit sekali, aku benar - benar tidak bisa berfikir sekarang, aku tidak bisa menemukan di mana Hana berada," Chanyeol berusaha menyanpaikan kata - kata yang ada di pikirannya.
"Apa? Maksutmu Hana hilang?"
"Aku tidak tau, ah! Kepalaku! Mengapa rasanya seakan - akan pecah!" Chanyeol terus mengerang
"Ya! Ada apa denganmu, apa yang kau lakukan tadi malam?"
"Ah! Aku tidak tau sungguh, aku tak ingat apa - apa," Chanyeol terus menyandarkan kepalanya ke dinding, ia tak kuat menahan sakit kepala berlebih.
"Ya! Berisitirahatlah, aku akan mencoba mencari dokter untuk datang ke hotelmu sekarang."

Chanyeol memutus panggilannya dan merangkak ke atas tempat tidurnya, kepalnya berputar - putar, jantungnya terus berdetak kencang, pandangannya kabur, entah apa yang terjadi padanya, tapi yang pasti Chanyeol koni hanya berharap wanita yang ia panggil dari tadi namanya terlihat di ujung matanya.

"Selamt sore, Park Chanyeol-sshi, aku dokter Han," Chanyeol berusaha sekuat tenaganya untuk membuka pintu, terlihat seorang laki - laki muda yang datang dengan pakaian kemeja putih dan sebuah tas tangan.

"Selamat siang Park Chanyeol-sshi, aku di utus untuk memeriksa keadaan anda,"
"Oh, silahkan masuk," Chanyeol medaratkan tubuhnya di sofa terdekat.
Ia hanya memberikan jalan agar dokter Korea yang ada di Jepang ini bisa membuat sakit kepalanya hilang.
Tiba - tiba sang dokter mengambil sample darah Chanyeol dan menyimpannya tanpa sepengetahuan Chanyeol yang masih menutup matanya rapat.
"Ah, Park Chanyeol-sshi ada mengalami anxiety, silahkan mengkonsumsi obat ini dan beristirahat, besok anda akan merasa lebih baik," Dokter itu memberikan beberapa pildan segelas air.
"Baiklah, selamat beristirahat tuan Park,"
"Oh, terimakasih, dokter Zhang." Chanyeol mengucap."

~~~~~~~~~~~~

"Hana-ya," seorang menyapa Hana,
"Oh, soram-a," ia melambaikan tangan pada wanita yang memanggil namanya.
"Ya! Sebenernya kau dari mana? Mengapa bisa ada di sini?"
"Ah, aku? Aku seperti baru saja bangun dari mimpi indah,"
"Huff... ayolah, aku tak ingin bermain teka - teki saat ini,"
"Soram-a, aku harus menunpang di kamar mu untuk beberapa hari, apa tidak papa?"
"Ya! Tentu saja, sebenarnya apa yang terjadi padamu? Mengapa kau murung sekali?"
"Ah, aniya, aku hanya harus segerah bangun dari mimpi indah,"
"Ah, sudahlah aku menyerah, aku tidak akan bertanya lagi,"
"Aku harus ke rumah lamaku, untuk mengemasi barang - barang,"
"Baiklah, aku akan menunggu di rumah,"

Soram dan Hana berdiri dari tempat mereka terduduk sambil menunggu bus menuju kota dari bandara terbang Incheon.

Hana membawa tas kecilnya dan Menaiki bus untuk pulang ke rumah Chanyeol, matanya masi menatap layar ponselnya yang terus bergetar mendapat ratusan pesan dan telpon dari Chanyeol, seiring waktu berjalan terlihat ia tak bisa mengetik lagi, begitu banyak typo yang membuat Hana sama sekali tidak mengerti apa yang Chanyeol katakan.

Kepalanya terasa berat, ia belum tidur dari kemarin, rambutnya lepek, tubuhnya lemah, ia hanya terus memandang ke depan jendela dengan tatapan kosong, semuanya seperti terlalu cepat, baru saja ia merasakan menjadi manusia, tiba - tiba ia di perlakukan bagai seekor kucing liar.

Laki - laki tua yang menjadi ayah dari laki - laki berusia 30 tahun membuat Hana menyadari dirinya yang tak berdaya.
Hana memasukan semua pakaiannya ke dalam koper besarnya dan mulai meninggalkan tempat tinggal Chanyeol, sampai ia berhenti di tempat melihat Baekhyun berada di ujung pintu.

"Oh, Hana-sshi, apa yang terjadi?" Baekhyun sepertinya kaget melihat Hana menggeret koper besarnya keluar dari rumah.
"Oh? Aah, ini barang - barangku yang tidak terpakai, aku akan menyumbangkannya ke panti asuhan."
"Oh benarkah?"
"Aku pergi dulu, Baekhyun-sshi." Hana mencoba lari dari tempat itu dengan cepat, ia berharap Baekhyun tidak menanyakan kepergiannya dengan koper besar yang ia bawa.

Di sisi lain Baekhyun sepertinya bingung, tapi ia tak inging menggangu istirahat Chanyeol.
"Ah, entah apa yang terjadi dengan si bodoh itu lagi..." Baekhyun hanya mengeluh dalam diam.

Hana berlari mencari sebuah taxi terdekat, ia mencoba untuk menepis semua keraguan yang ia punya, ia hanya mencoba mencari alasan terbaik baginya untuk lari, lari, dan lari.

Hana sampai ke rumah sodam, ia tinggal di atas loteng sebuah apartemen lama yang ia sewa dengan uang dari bekerja di cafe di mana Hana selalu menghabiskan malam sepinya.

"Hana-ya," Sodam membuka pintu untuk membantu Hana memasuki rumahnya.

Hana terduduk lemas di lantai dingin rumah itu, kini ia kembali menjadi gelandangan, ia hanya membawa apapun yang ia lihat di depan matanya.

Hana membuka dompetnya, setidaknya di dalam kartu debitnya ia masih punya uang yang cukup untuk membayar 1 bulan kos di dekat sini.

"Satu bulan..."

TBC

[COMPLITED] AHJUSSHI AND MEWhere stories live. Discover now