TWENTY THREE

92 10 3
                                    

"Chanyeol-a" suara berat seorang kakek tua mengagetkan semua orang, termasuk Hana yang berdiri tidak jauh dari Chanyeol.
"Ye, aboeji." Chanyeol menjawab pelan.
"Apakah kau akan terus - terusan bermain? Atau aku harus turun tangan?"
Seketika ruangan menjadi sunyi, laki - laki tua dengan rambut hampir semuanya putih itu berjalan untuk duduk di kursinya, tubuhnya sudah lemah, ia tak punya banyak energi lagi untuk sekedar berbincang dengan anaknya.
"Tidak, aku akan menyelesaikannya,"
"Hm... lalu siapa gadis ini?"
"Di-dia... kekasihku,"
"Kekasih?"
"Siapa namamu, gadis muda?"
"Ja-jang Hana, tuan."
"Jang Hana..."
"Apa kau bersaudara dengan Jang Geunsook, pemilik Janggo Co."
"Bu-bukan."
"Lalu, di mana kau bekerja sekarang."
"Aaa.. aku-"
"Di perusahaan kita," Chanyeol memotong"
"Ah, benarkah?"
"Di department mana?"
"Ah, dia baru saja pindah dari USA, dan aku baru saja merikrutnya untuk masuk ke perusahaan kita lewat Sehun." Chanyeol mulai merangkai kata - katanya.
"Ah, baiklah, kalian boleh keluar," laki - laki itu menyenderkan tubuhnya pada kursi mewahnya."
"Sampai jumpa, aboeji." Chanyeol menudukan kepala di ikuti Hana.

Mereka berdua keluar dari rumah besar itu dan seperti biasa, Seorang supir sudah menunggu kedatangan mereka dan membukakan pintu mobim BMW E-class hitam.

Perjalanan pulang ke hotel mereka sangat sepi, Hana benar - benar tidak bisa percaya, ia baru saja membohongi salah satu manusia terkaya di negaranya saat ini, Hana tau satu hal, ini semua tidak akan lama, ia tau cepat atau lambat kakek tua itu akan mengetahui kebusukan yang mereka berdua pendam.

Sial...

Baru saja Hana merasakan kebahagian dari 20 tahun hidupnya yang sepertinya sia - sia.

Hana turun dari mobil, ia memasuki hotel sambil berjalan pelan, matanya sepertinya berkaca - kaca, ia takut tubuhnya akan jatuh ke lantai kapan saja. Begitu juga dengan Chanyeol, laki - laki itu juga kebingungan. Ia baru saja mencoba mengelabui orang yang menurutnya paling hebat.

"Apa yang harus aku lakukan?"

Chanyeol bertanya terus menerus dalam hatinya dan ia lupa bahwa sebenarnya ia baru saja menyakiti hati seorang perempuan malang yang sekarang berjalan di depannya, ia hanya berusaha menyelamatkan dirinya sendiri dan melupakan orang - orang yang mu...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chanyeol bertanya terus menerus dalam hatinya dan ia lupa bahwa sebenarnya ia baru saja menyakiti hati seorang perempuan malang yang sekarang berjalan di depannya, ia hanya berusaha menyelamatkan dirinya sendiri dan melupakan orang - orang yang mungkin ia sakiti.
Ia kembali lagi menjadi si egois yang lupa diri, tapi kini matanya menangkap bayangan seorang wanita yang kini terduduk di atas tempat tidur sambil memandang ujung kakinya yang sepertinya terluka karna wedge baru yang ia pakai, sedikit dari kulit kakinya terkelupas, ia memandang lukanya dengan mata sayu sambil memikirkan hidupnya selanjutnya.

Kerja di Amerika?
Teman Oh sehun?
Akan bekerja di Shinwa?

Dari semua yang terjadi hari ini, hanya nama Hana yang terdengar benar di telinganya.

Kembali diam...
Kembali terpukul...
Kembali bodoh...

Sedih, lelah, kesal, semua seakan ada di diri Hana, karena ia tidak tau siapa yang harus di salahkan melainkan dirinya sendiri.

Begitu banyak pertanyaan yang ia ajukan, salah satunya adalah
"Mengapa ia memulai semua ini?"

Tiba - tiba sebuah tangan menyentuh telapak kaki Hana pelan, laki - laki itu belum juga sempat membuka jas hitamnya. Ia membawa kapas, sebotol alkohol dan plester luka, matanya memandang setiap kulit yang terkelupas dari luka itu, tidak ada kata yang terucap dari ke dua orang yang kini mencoba mencari - cari bahan untuk sekedar menyapa.

Sial....
tidak satu katapun terucap dari mulut keduanya...

Chanyeol memasangkan plester warna biru yang ia dapat dari dalam nakas kantornya, entah berapa lama ia menyimpannya di sana, tapi siapa yang peduli, ia hanya lebih terfokus pada perempuan yang kini berada di sampingnya, terduduk lemas dan berharap ini semua hanya mimpi.

Hana berdiri dari tempatnya dan berjalan ke kamar mandi, lagipula tidak ada yang haris di bicarakan di sini, tangan kekar Chanyeol menahan tangan Hana,
"Maafkan aku..." hanya itu yang bisa ia ucapkan.
"Untuk apa?"
"Aku seharusnya mengatakan yang sejujurnya,"
Hana terdiam, ia kembali berfikir, jika saja, laki - laki itu tidak berbohong pada ayahnya tadi, apa saat ini ia masih berada di sini bersamanya?
Lagi...
dilemma itu datang lagi...
tidak akan pernah selesai...

"Sudahlah... lupakan saja," Hana berucap pelan.
Kali ini tak ingin bertengkar, ia lelah untuek bertanya, ia tak ingin mengdengar penjelasan dan ia hanha berusaha untuk memikirkan jalan keluar yang lain selain menyakiti orang yang sudah menolongnya dan menjadi bagian yang penting dalam hidup Hana.

Kembali lagi terdiam, Chanyeol berada di kantor pribadi di rumahnya, sebuah laptop di depan wajahnya membuat ia sedikit mendengus pelan, rasanya susah bagi laki - laki itu untuk menemukan jalan keluarnya.

Hana juga terduduk di atas tempat tidur, memeluk kedua lututnya, pikirannya juga kacau, dilema besar terjadi di antara hati dan pikirannya. Otak Hana tetap menyuruh Hana untuk segerah keluar dari tempat ini, secepatnya, sesampainya di Korea, ia harus keluar dari rumah Chanyeol, berlari - berlari dan berlari, tapi kini hatinya berkata,
"Bukankah kau lelah?"
"Bukankah kau memilih untuk tinggal dari awal karena kau lelah untuk berlari?"
Yup... Hana bingung... di 21 tahun hidupnya, ia tak pernah mengira bahwa ia harus membuat sebuah keputusan yang berkaitan dengan hati-nya.

Jam menunjukan pukul 3 pagi, hujan deras menggur kota Tokyo hari itu, begitu deras sampai jendela kamar mereka seperti akan pecah beberapa saat lagi, terlihat Chanyeol yang juga duduk di kursi kerjanya menatap guyuran air hujan yang terlihat dari jendelanya.

"AAAKKHH!!" Suara nyaring tersengar dari kamar.
Chanyeol terburu - buru berlari ke arah kamar.
"Hana!" Chanyeol berseru, matanya menyisir ruangan kosong itu dengan panik.
"Hana-ya!" Kali ini ia berteriak lebih kencang di susul dengan suara petir yang menyambar sedari tadi, kilatan cahaya yang begitu terang membuat ruangan yang tadinya gelap terlihat terang.
Matanya menangkap ponsel genggam Hana yang tergetak di depan lemari pakaian kosong, ia berlari ke arah ponsel itu dan matanya kini menangkap seorang wanita yang memeluk tubuhnya di dalam lemari sempit di depannya, matanya sedikit bingung, tiba - tiba gemurj petir kembali menyambar keras, perempuan itu kembali menekuk tubuhnya lebih dalam lagi dengan sedikit lenguhan takut yang terdengar. Tangan Chanyeol mengentuh lengan wanita itu yang bergetar, jari - jari dengan kuku kurang terawat membuat Chanyeol menjadi lebih sedih.

Ia memalingkan wajahnya, tak sanggup matanya menangkap siluet sedih ini,

Ia memalingkan wajahnya, tak sanggup matanya menangkap siluet sedih ini,

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ganteng banget yaampun >_< OK ABAIKAN!

Ia menarik tubuh wanita itu keluar dari dalam lemari sempit itu sengan pelan, tapi sepertinya wanita itu enggan untuk keluar, mata mereka bertemu, tapi hati Chanyeol seakan mendorong tubuhnya untuk mendekap wanita itu dalam pelukannya, saat erat, Chanyeol ingin menjadi pelindung dari tubuh Hana yang bergetar.

TBC

Gila gila, yang setuju CHANYEOL GANTENG BANGET DI FOTO TERAKHIR TOLONG VOTE NYA DI PENCET !!!!

Ga kuat sih !

[COMPLITED] AHJUSSHI AND MEWhere stories live. Discover now