Bab 1 - Pembeli Misterius

28.7K 3.1K 168
                                    

Kota Lacey yang terletak di Thurston County, Washington, Amerika Serikat memang bukan kota besar. Penduduknya berjumlah 47.688 pada tahun 2016. Namun meskipun begitu, ada banyak pohon yang menghiasi jalanan di sana. Itulah yang Nora suka dari kotanya.

Mungkin karena pengaruh pikirannya sendiri tentang arti namanya—Nora Woods, yang berarti hutan-hutan yang terang—membuat ia menyukai pepohonan. Kehidupannya sebagai gadis dua puluh tahun bisa dibilang cukup menyenangkan. Nora berhasil masuk Universitas Brandman dan sudah menjalani masa dua tahunnya sebagai mahasiswi.

Semua terasa normal sebelum di suatu pagi, ia melihat empat mobil pengangkut barang berhenti di depan rumah tetangga-tetangganya. Nora hanya bisa mengernyit dan melupakan kegiatannya yang sedang menyiram tanaman.

Dari yang Nora ingat, dua minggu yang lalu, datang seorang pria berjas hitam menawarkan pada ibunya sekoper uang dan bermaksud membeli rumahnya. Pria berjas itu terus memaksa dan datang keesokan harinya selama seminggu penuh.

Nora tak mengerti, bagaimana bisa ada orang yang begitu menginginkan rumahnya—yang Nora rasa tak memiliki keistimewaan sama sekali. Lihatlah, rumah sederhana itu dicat dengan warna putih polos dengan sedikit abu-abu sebagai variasinya. Lalu, halaman depan yang hanya ditumbuhi sedikit bunga dengan pagar kayu berderit. Kemudian halaman belakang—sepertinya hanya tempat itu yang bisa Nora banggakan—sedikit lebih baik. Tempatnya luas dan berhadapan langsung dengan hutan Gremler.

Akibat rasa herannya yang semakin besar, Nora segera mematikan kran air. Ia berlari menuju seberang jalan, di mana terlihat Mrs. Cohen sedang mengangkut barang-barang menuju mobil.

"Bibi Sara!"

Wanita paruh baya itu menoleh dan mengangkat kedua alis mendapati Nora dengan baju santainya datang menghampiri. "Nora? Tidak pergi kuliah?"

"Hari ini jadwal kuliah online. Ngomong-ngomong, Bibi Sara mau pergi ke mana? Apa Bibi benar-benar akan pindah? Tapi kenapa?" Nora mengernyit ketika Mrs. Cohen tiba-tiba terkikik dengan raut misterius.

"Seseorang menawarkan begitu banyak uang beberapa hari yang lalu. Jumlahnya bahkan melebihi harga rumah ini. Daripada menolak dan berakhir menyesal, kami memutuskan pindah ke tempat yang lebih baik lagi. Lagipula rumah ini terlalu sempit untuk lima anggota keluarga."

Nora terdiam sebentar, sibuk menduga-duga. "Apa orang yang membelinya pria berjas hitam?" tebak Nora.

Mrs. Cohen mengangguk antusias. "Ya, benar. Bibi Brenda dan Mr. Andy juga didatangi orang yang sama."

"Dua minggu yang lalu, orang itu juga datang ke rumah." Nora berkacak pinggang dengan raut serius, memikirkan kenapa pria berjas itu ingin membeli rumah-rumah mereka?

Mrs. Cohen mengangkat sebelah alis dengan senyum geli. "Jadi, apa kalian menerimanya?"

"Tentu saja tidak!" Nora mendadak berteriak, membuat Mrs. Cohen terlonjak kaget. "Aku tak ingin pindah! Ya, meskipun uangnya memang sangat banyak, tapi Mom dan Dad setuju untuk menolak tawaran pria itu." Nora mengubah posisi menjadi melipat kedua tangan di dada, seolah keputusan itu tak membuatnya menyesal.

"Tentu saja, bagaimana pun juga semua tidak bisa dibeli oleh uang. Lebih baik tetap pertahankan rumah itu dan bersiap-siap untuk menyapa tetangga baru." Lagi-lagi Mrs. Cohen tersenyum misterius, sepertinya apa yang terjadi pada mereka saat ini sungguh menyenangkan untuknya. "Kalau begitu, bibi ke dalam dulu. Nanti bibi berikan alamat baru rumah kami."

Nora tersenyum simpul dan mengangguk. Ia berbalik kembali menuju halaman rumahnya. Nora masih tak mengerti. Apakah pria berjas itu—yang terlihat berusia 30-an—hendak membangun sebuah toko di depan rumahnya? Ya, itu bisa saja terjadi.

Namun, jika semua tetangganya pergi, siapa yang akan ia sapa setiap pagi? Tak ada lagi topik rumit tentang sains dari Mr. Andy—pria paruh baya yang tinggal di samping rumahnya. Atau Bibi Brenda yang suka sekali mengajaknya membuat kue. Oh jangan lupakan Mrs. Cain yang baru-baru ini melahirkan anak pertama. Nora ingin sekali bermain bersama Daisy—nama anak Mrs. Cain. Membayangkan betapa lucunya bayi itu membuat Nora gemas sekaligus frustrasi. Sebenarnya siapa orang yang berani-beraninya merampas keseharian Nora? Ingin sekali ia memprotes dan merobek semua uang mereka.

"Apa lelaki model itu tidak melirikmu? Lagi?"

Nora menoleh menatap orang yang mengajaknya berbicara. Dia adalah Dylan, adiknya yang super mengesalkan.

"Kenapa? Ingin memprotes?" tanya Dylan ketika melihat kakaknya mulai melotot tak terima. "Aku benar, kan? Biasanya kau cemberut karena lelaki model itu tak juga melirikmu."

Nora tak pernah lupa bahwa adiknya itu suka sekali mengejeknya. Lelaki model yang dimaksud Dylan adalah Lucas. Nora memang sudak sejak lama menyukai Lucas. Ia hanya berpikir kalau Lucas sangat keren. Sebenarnya Nora tak berharap Lucas berbicara padanya, tapi tak dapat dipungkiri, Nora memang beberapa kali berusaha menarik perhatian Lucas.

"Berisik! Aku kesal bukan karena itu!"

"Lalu karena apa?" Dylan berjalan menuruni tangga setelah sebelumnya menutup pintu rumah.

"Lihat saja sendiri!" Nora menunjuk ke seberang. "Tetangga-tetangga kita akan pindah."

"Wow!" Dylan melotot terkejut sambil mendekati pagar. "Apa sebentar lagi alien akan datang menginvasi bumi?"

Nora melirik adiknya dengan tatapan menyeramkan. Ingin sekali ia menjitak kepala Dylan. Bahkan di saat seperti ini, adiknya itu masih sempat berpikir konyol.

"Kau tak ingat pria berjas yang dua minggu lalu datang ke rumah kita?"

Dylan terdiam, nampak sedang berpikir. "Em ... ingat."

"Pria itu yang membeli semua rumah tetangga kita!"

Lagi-lagi lelaki berambut coklat itu melotot heboh. "Berarti benar dugaanku, orang itu sangat kaya! Woah aku tak menyangka. Apa jangan-jangan dia artis terkenal? Ah tidak, tidak, sepertinya presiden yang sedang menyamar lebih masuk akal."

Nora seketika melongo. Hampir saja ia mematahkan pagar di depannya. Sepertinya percuma berbicara dengan Dylan. Lelaki berumur tujuh belas tahun itu bertingkah seperti anak usia delapan tahun.

Daripada Nora jadi ikut gila, lebih baik ia masuk ke rumah. Biarlah Dylan tertinggal sendirian di halaman depan, sibuk mencari info di ponselnya tentang pria berjas, yang ia duga salah satu dari orang-orang terkenal di dunia.

Nora melangkah menuju dapur dan mengambil air mineral dari kulkas. Ia lalu meneguknya dengan cepat. Seolah pembicaraannya tadi dengan Dylan membuatnya dehidrasi. "Segarnya."

Gadis berambut coklat mahoni itu menghembuskan napas lega dan beranjak menuju sofa. Nora kemudian menjatuhkan tubuh kurusnya di atas benda empuk itu. Tangannya segera meraih remote dan menyalakan televisi. Sebuah berita langsung menyambut Nora dan seketika membuatnya bergidik ngeri.

Korban serangan hewan buas terus meningkat di San Francisco, California. Polisi masih belum bisa meredakan kekhawatiran warga. Bahkan belum ada penjelasan hewan seperti apa yang menyerang 10 korban secara brutal.

Cepat-cepat gadis bermata hijau itu mematikan televisi. Nora jadi khawatir hewan buas itu juga ada di Lacey. Namun, ia segera menggeleng. California dan Washington jaraknya lumayan jauh. Jadi tidak mungkin kan hewan buas itu sampai ke kotanya?

Bersambung

New story 😂😂😂 aku harap kalian yang kangen ROV bisa menunggu sequelnya sambil baca cerita ini 😁😁😁 Jangan lupa vote dan commentnya juga ya 😘 Thank you

Salam fiksi, Saelsa White

[27/07/2018]

City of Moroney PackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang