Bab 27 - Sebuah Surat

8.8K 1.5K 71
                                    

PAGI itu kediaman Rickman mendapat surat yang ditujukan untuk Trevor. Surat itu berwarna kuning dan meluncur dari celah pintu depan. Ketika Trevor membaliknya, memang tertulis namanya di sana. Ia mengambil secarik kertas yang ada di dalamnya, membuat penghuni di meja makan menunggunya dengan penasaran.

"Dari siapa?" tanya Theo melihat Trevor hanya terdiam dengan wajah serius.

Trevor mendongakkan kepalanya. "Ryder Gray," jawabnya membuat yang lain terkejut.

"Apa isinya?" Neil terlihat tak sabaran.

Trevor segera memberikan surat itu pada Theo. Ia berusaha mengendalikan ekspresinya. Berusaha terlihat tenang, meskipun pikirannya kini dilanda kebingungan. Ia sendiri terkejut, tiba-tiba mendapat surat dari Ryder, adiknya yang selama ini ingin ia temui.

Theo di depannya terlihat mengernyit saat membaca surat itu. Bukan kernyitan bingung, tapi justru tajam. Membuat yang lain berpikir isi surat itu benar-benar sesuatu yang serius.

Temui aku di perbatasan hutan Peryus sore ini. Itu pun jika kau benar-benar ingin menemuiku. Dan aku tidak menerima yang lain.

Ryder Gray

Surat itu berpindah ke tangan yang lain. Neil, Vera, Jared dan Hattie yang ada di meja makan sudah mengetahui isinya. Mereka mendadak terdiam dengan pikiran rumit.

"Aku akan menemuinya." Trevor membuka suara. Mengalihkan semua pandangan padanya.

"Tapi bukankah lebih baik beberapa dari kita juga ikut? Bagaimana jika ini jebakan?" tanya Neil. Vera di sampingnya tak bisa berpikir mana yang terbaik.

"Tapi Ryder dengan jelas mengatakan ia tidak menerima yang lain. Artinya aku memang harus pergi sendiri." Trevor sudah yakin dengan keputusannya. Ia pernah bilang, bagaimana pun caranya, ia harus bertemu dengan Ryder. Dan kesempatan itu adalah saat ini.

"Lebih baik kita tetap mengawasi sejauh jarak penciuman Ryder." Jared angkat bicara.

"Aku juga setuju." Hattie mengangguk dengan wajah cemas. "Setelah mengalami kejadian-kejadian yang lalu, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Jangan sampai ini benar-benar jebakan dan Trevor terluka lagi."

Theo nampak menerima saran ayah dan ibunya. Lelaki itu mengangguk dengan pandangan menatap meja yang sedang ia jadikan tumpuan. "Baiklah. Aku akan mengizinkanmu bertemu Ryder. Tapi beberapa dari kita tetap mengawasi di luar batas penciuman Ryder," ucap Theo menatap Trevor dengan serius. "Artinya, kita juga tidak bisa mendengar percakapan kalian. Karena itu, ketika situasi berubah berbahaya, kau harus segera melolong. Kami akan langsung bergerak ke tempatmu."

Trevor mengangguk mengerti. Akhirnya hari ini tiba. Tak lama lagi Trevor akan segera bertemu dengan Ryder. Satu-satunya keluarga yang ia punya saat ini. Dan satu-satunya orang yang kemungkinan menjadi musuhnya.

***

Nora melahap sandwich di depannya dalam diam. Pembicaraannya dengan Trevor kemarin harus tertunda. Sekarang Nora bingung, apa yang harus ia katakan pada pemuda itu.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Charles membuat Nora mendongak.

"Sepenuhnya aku sudah baik-baik saja," ucap Nora dengan semangat. Meskipun ia sendiri tak mengerti kenapa akhir-akhir ini dirinya selalu pingsan. Dan semua itu diawali dengan telinganya yang berdengung hebat.

"Hari ini jangan keluar, tetap di rumah," ucap Charles sambil menyesap kopi hitamnya.

"Kenapa?" Nora mengernyit. Padahal rencananya ia ingin menemui Trevor.
"Tentu saja karena kau masih sakit." Meera yang menjawab. Charles di sampingnya mengangguk setuju.

City of Moroney PackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang