Bab 6 - Karena Malu

18K 2.6K 196
                                    

Keadaan di rumah Jared nampak sangat ramai. Rumah itu menjadi pusat penyimpanan daging terbanyak dalam acara barbeque sore ini. Belum lagi, rumah bercat hijau itu menjadi akses bagi semua anggota pack untuk menuju halaman belakang. Ruang tamu pun berubah menjadi kacau dalam sekejap. Neil mengernyit pusing melihat ada banyak sampah berserakan. Belum lagi dua orang lelaki kini sedang mengganti-ganti channel tv mereka.

"Woi duo Upsilon!" Neil tiba-tiba berteriak, membuat orang-orang yang ada di sana sontak terlonjak kaget.

Si kembar yang merasa dipanggil segera berdiri tegak ke arah Neil. "Ya, Beta?!" jawab mereka bersamaan. Wajah keduanya polos tanpa dosa, sukses membuat Reese yang membawa botol soda dari dapur sempat tertawa sebelum kembali melanjutkan perjalanan ke halaman belakang.

Neil menghela napas lelah. Si kembar bernama Tom dan Todd itu meskipun sifat mereka berbeda namun kedunya sama-sama polos, seperti anak kecil. Bahkan Neil harus beberapa kali mengusap dadanya untuk sabar. Padahal usia mereka saat ini tidak beda jauh dengan Trevor. "Sana pergi bawa daging. Semuanya. Yang ada di dapur."

"Baik, Beta!" Tom dan Todd memberi hormat ketika melewati Neil dan segera berlari ke arah dapur. Neil yang mendengarnya hanya bisa memutar mata malas.

Neil mulai mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan. Satu lagi yang menguji kesabarannya, Arran. Lelaki berambut coklat yang menjadi Ketua Pengintai itu sedang duduk di sofa sambil memejamkan mata, tak lupa kedua tangan dilipat di depan dada. Posisi yang menurut Neil sangat menyebalkan. "Woi bocah!"

Arran mengerutkan alis, sebutan itu sangat sensitif di telinganya. Hanya Neil yang memanggilnya 'bocah'. Entah karena alasan apa, Neil hanya bilang Arran lebih muda darinya dan terlihat seperti bocah. Padahal jika para gadis melihat Arran, mereka pasti akan berpikir lelaki itu sangat keren dan cocok menjadi model.

Dengan kesal, Arran membuka mata. "Apa?" tanyanya dengan nada datar.

"Dasar pemalas! Cepat bantu kakakmu mengangkat panggangan!" Neil berteriak kesal, apalagi ketika melihat Marc nampak kesusahan membawa alat-alat panggang sedangkan adiknya justru berdiam diri dengan tenang seolah sedang mencari kedamaian.

Marc sendiri sudah jengkel sejak tadi. Ingin sekali ia menendang bokong adiknya itu. Beruntung Neil sangat pengertian, meskipun sifatnya sama-sama menyebalkan, tapi lelaki itu akan berubah sangat serius jika sedang menjalankan tugasnya sebagai Beta.

Arran yang mendapat pelototan dari Neil serta kakaknya terpaksa beranjak berdiri. Bisa-bisa ia dipecat dari jabatannya kalau seperti ini. Buru-buru dirinya membantu Marc dan melangkah cepat meninggalkan lelaki jangkung itu.

"Dasar adik pemalas!" umpat Marc sebelum menyusul adiknya.

Neil menghela napas lelah lagi, entah sudah keberapa kalinya hari ini. Sebenarnya, Neil tak terlalu suka menjadi serius seperti Theo. Kakaknya itu memang sifatnya bijaksana, dapat diandalkan, cocok sekali menjadi seorang pemimpin. Berbeda dengannya yang suka melakukan hal gila, menjahili anggota pack atau membuat kekonyolan lain. Namun, jika sudah dihadapakan dengan tugas menggantikan sang Alpha—ketika Theo memiliki urusan lain—mau tak mau ia harus mengesampingkan segala kegilaannya dan mengendalikan anggota yang susah diatur seperti tadi.

Sekarang tugas Neil sudah selesai, ia bisa sedikit bernapas lega. Apalagi ketika melihat Theo baru saja turun dari lantai dua, membuatnya benar-benar merasa bebas.

"Bagaimana? Apa kau sudah memberi mereka tugas?" tanya Theo ketika sampai di depan Neil.

Neil mengangguk dengan senyum senang. "Ya, semua sudah mendapat tugas. Trevor, Maxine dan Wally juga baru saja selesai mengangkat meja dan kursi."

City of Moroney PackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang