Bab 34 [2/2] - Pemimpin Fallon

6.8K 1.2K 46
                                    

JARED tahu, cara menghentikan Hedderwick—dengan mencegah tanpa penjelasan—tak akan menghasilkan apapun. Ia akhirnya memutuskan untuk angkat bicara. “Mereka jauh lebih berbahaya dari yang kalian pikirkan." Mata Jared mengedar, melihat orang-orang tengah menatapnya. "Kami pernah menghadapi tiga anggota Fallon. Dan mereka adalah seorang assassin.”

“Assassin?” Carl—Beta Hedderwick—tak bisa menahan keterkejutannya. Yang lainnya mulai berbisik-bisik.

“Kalian sendiri tahu, seorang assassin tak pernah teridentifikasi berasal dari pengubah wujud mana. Mereka cenderung tidak berubah dan mengandalkan senjata serta kemampuan fisik untuk bertarung. Gerakan mereka pun sulit ditebak,” jelas Jared.

“Jika Fallon merekrut banyak assassin, artinya rencana kalian akan jauh lebih beresiko." Perkataan Theo membuat Jamie dan Eleanor saling berpandangan. Sepertinya mereka sudah menyadari seberapa berbahaya keputusan tersebut untuk anggota Hedderwick. Jamie kemudian mengangguk.

“Baiklah. Kami mundur,” putus Eleanor. Seketika pack Moroney terlihat lega. “Tapi kalian harus tahu, jika kita tidak bergerak sekarang, akan terjadi pembunuhan lagi. Tujuan kami menyerang Fallon adalah untuk menghentikan hal tersebut.” Eleanor menatap Theo dengan serius. Bukan tatapan tajam akan permusuhan, tapi tatapan seorang Alpha kepada Alpha lain. “Jika hal itu terjadi, apa yang akan kalian lakukan?”

Theo terdiam. Tanpa perlu diingatkan, ia sendiri sadar. Semakin mereka mengulur waktu, akan semakin banyak korban yang bertambah. Terlebih Fallon melakukan itu untuk menekan Moroney.

“Kami anggap itu karena kesalahan kalian," ucap Eleanor lagi yang kemudian menatap anggota packnya. “Kita mundur!” teriak sang Alpha yang dibalas anggota Hedderwick membalas dengan tegas. Mereka pun pergi, masuk kembali ke dalam mobil dan meninggalkan area tersebut.

Untuk saat ini Moroney bisa bernapas lega. Setidaknya satu masalah berhasil terselesaikan. Tak perlu ada pertarungan yang akan berujung pada luka di kedua pack. Namun tak dapat dipungkiri, perkataan Eleanor masih menyita perhatian mereka.

***

Ryder berdiri dengan cemas. Ia terkadang berjalan mondar-mandir di depan sofa ruang tamu. Hingga langkah kaki seseorang menghentikan gerakannya. “Ini sudah saatnya,” ucap Mason, melebarkan senyum miring.

Ryder segera mengikuti pria paruh baya itu menuju lantai dua. Ia mendengar langkah Mason yang pelan dan meninggalkan irama kesunyian, seketika membuat hatinya berkecamuk gelisah. Ia tak tahu kenapa. Apa karena dirinya merasa khawatir tak bisa diterima oleh Sang Pemimpin dalam Kegelapan, atau karena hal lain. Sebagian dari dirinya merasa tak sabar. Sudah cukup penantiannya. Seperti apapun pemimpin Fallon yang ada di sana, Ryder sadar, orang itu begitu kuat hingga mampu mengendalikan Fallon yang terkenal buas dan tak suka diatur. Orang tersebut adalah seorang Penjinak Hyena.

Rasa sunyi kembali menyergap. Mereka berhenti di depan sebuah pintu kayu berwarna hitam mengkilap. Mason mengetuk terlebih dahulu pintu tersebut. Suara di dalam terdengar memberikan mereka izin untuk masuk. Ryder kenal siapa itu, Sergio Hawkes–Beta Fallon.

Setelahnya, gerakan Mason yang hati-hati sesaat mengalihkan mata Ryder. Seolah hewan buas tengah tertidur di dalam. Dan bencana akan datang jika berani mengusiknya. Membayangkan itu, Ryde mengatupkan rahangnya keras-keras. Suara pintu yang berderit kembali mengembalikan fokusnya. Perlahan pintu terbuka. Cahaya remang-remang dari dalam ruangan tak membuat matanya menyipit karena silau. Justru kini ia melihat orang-orang yang ada di sana. Ketika kakinya melangkah masuk, satu persatu terlihat.

Preston Mann–Alpha–, Sergio Hawkes, Paul Hawkes–Zeta, pemimpin prajurit–, Victoria Depp–Delta–, Louis De Meza–Tau, ketua pengintai–mereka semua duduk di kursi yang mengelilingi meja kayu berbentuk persegi panjang. Bahkan Levi, Sage dan Derek pun ada di sana. Lalu di kursi utama, tempat seorang kepala keluarga biasanya memimpin makan malam, duduk seorang wanita asing yang sedang memandangnya dengan tatapan menanti.

“Ini dia, Ryder Gray. Kappa Fallon.” Mason memperkenalkan. Lebih tepatnya pada wanita asing itu. Yang lainnya yang duduk di sana nampak tersenyum miring, memperlihatkan ekspresi gembira yang terlihat jahat.

Ryder tahu, tak ada seorang pun di Fallon yang terlepas dari tindakan buruk. Dan sekarang, orang-orang berkuasa itu sedang menatapnya dengan pandangan menilai.

Ryder segera menunduk, memberi tanda hormat. Wanita berambut hitam itu berdiri dan melangkah mendekatinya ke ujung meja yang lain. Rambutnya panjang menjuntai. Jika tidak salah menduga, maka orang yang dinantikannya selama ini adalah wanita tersebut.

“Sudah lama aku tidak bertemu denganmu, Ryder.” Suaranya begitu asing. Bahkan ketika wanita itu kini berdiri di depannya, Ryder merasa sesuatu nampak berbeda. Ia refleks membalas tatapan wanita itu. Fokus ke dalam matanya yang berwarna biru laut. Sesuatu terus berguncang dalam dirinya. Hingga tak terasa, ia bisa melihat warna aura yang mengelilingi wanita itu.

Hitam putih. Persis seperti foto kuno. Ryder kembali merasa dirinya buta warna, seperti yang terjadi ketika ia melihat Levi, Sage dan Derek. Detik itu juga ia menyadari bahwa mereka berbeda.

Ryder berusaha untuk tetap berdiri tegak ketika wanita tersebut mulai mengulurkan tangannya, berusaha menyentuh pipi Ryder.

“Apa kau melihat sesuatu yang berbeda dariku?” tanya sang wanita seolah berhasil menebak isi pikiran Ryder. “Apa itu? Beritahu aku,” Suara wanita itu tak sabaran. Senyum menyeramkan masih tersungging di bibirnya.

Ryder berusaha membasahi tenggorokannya. “Anda … tak berwarna,” ucap Ryder tak pernah berpikir bahwa wanita itu akan tertawa, tapi kenyataannya memang benar. Bahkan seluruh penghuni di ruangan itu mentertawakan jawabannya.

“Apa aku salah?” tanya Ryder entah dapat keberanian dari mana.

“Tidak, tidak.” Wanita tersebut segera mengibaskan tangannya dengan wajah menahan tawa. “Kau benar.” Namun secepat kilat ekspresinya berubah. Wanita itu tiba-tiba mendekatkan wajahnya dengan mata melotot penuh kekosongan. “Lalu kalau begitu, apa kau tahu siapa aku?!”

Ryder tergugup. “Sang Pemimpin dalam Kegelapan,” ucapnya pelan.

Wanita itu melebarkan senyumannya. Namun tak ada kesan manis sedikit pun. “Kenalkan, aku Kira. Sang Pemimpin dalam Kegelapan yang kau sebut. Dan penyebab kenapa kau melihatku tak berwarna …,” Kira perlahan mengikis jarak antara mereka, lalu ia berbisik tepat di telinga Ryder, “itu karena … aku adalah seorang penyihir.”

Mata Ryder membulat.

“Ini saatnya untuk memberitahu dunia, bahwa bangsa Noprous telah bangkit.”

DEG DEG!

—Bersambung—

😱😱😱 apa ada yang menebak tentang penyihir? Wow, kalian hebat.

😂😂😂 sorry ya, kemarin-kemarin mau update bab ini, tapi ketiduran mulu hehehe 😁 kalau ada typo, harap maklum.

Jangan lupa vote comment dan share cerita ini ke temen-temen kalian yang suka genre fantasy apalagi tentang werewolf 😍😘 thank you, see you next time.

Salam fiksi, Saelsa White

City of Moroney PackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang