Bab 4 - Tetangga yang Aneh

18.3K 2.8K 173
                                    

Nora tak ingin menganggap kejadian kemarin benar-benar nyata. Ia berulang kali menegaskan pada dirinya bahwa itu mimpi. Jika saja Rodel bisa bahasa manusia, mungkin anjing itu sudah membantahnya sejak tadi.

Namun tak dapat dipungkiri, bayang-bayang serigala menyeramkan berbulu abu-abu itu masih berputar dalam pikiran Nora. Hal tersebut membuatnya bergidik lagi dan tak bisa tertawa ketika acara komedi menyuguhkan aksi super lucu. Bahkan Dylan saja yang duduk di sampingnya sampai jatuh berguling dengan tawa keras.

"Hahaha kocak! Hahaha!" Dylan memukul-mukul sofa di sampingnya dan kembali beranjak duduk. Lelaki berambut coklat itu berusaha keras menghentikan tawanya. Kemudian mata Dylan melirik ke arah Nora. Ia mengernyit melihat gadis itu tidak tertawa sedikit pun padahal matanya tertuju pada layar televisi. Justru Nora malah mengernyit ngeri sambil sesekali menggelengkan kepalanya.

"Kenapa? Ditolak si model itu lagi?" tanya Dylan dengan nada songong.

Nora menoleh dengan tatapan membunuh. Selalu saja adiknya itu menyangkut pautkan segalanya dengan Lucas, terutama ketika ia sedang melamun dan dalam mood buruk.

Belum sempat Nora membalas perkataan Dylan, bel rumah tiba-tiba berbunyi. Kedua orang itu seketika saling berpandangan, memberikan tatapan penuh arti. Secara bersamaan mereka langsung bangkit terburu dan terjadilah aksi dorong-dorongan.

"Kau yang buka pintu!" Nora menarik Dylan untuk berjalan ke arah pintu yang berada beberapa meter dari sofa.

"Tidak, kau saja! Siapa tahu itu si lelaki model." Dylan membalik tubuh Nora dan mendorong punggung gadis itu. Biasanya bujukan yang menyangkut Lucas akan membuat Nora percaya. Namun, tidak kali ini.

"Kau pikir bisa membodohiku lagi?" Nora tersenyum sinis dengan tatapan meremehkan. "Sudah sana buka! Atau kuadukan pada Mom!"

"Mom! Mom! Nora tak ingin membuka pintu!"

Nora melongo tak percaya melihat adiknya berlari meninggalkan ruang keluarga menuju lantai dua. Ia sudah bersiap-siap mengejar Dylan dengan membawa sapu, tapi bel rumahnya kembali berbunyi. Dengan kesal, Nora melangkah menuju pintu rumah dan membukanya sedikit kasar. "Siapa?!"

Ia tiba-tiba terdiam melihat seorang pemuda berambut hitam dengan mata amber membawa piring berisi pie. Nora tak pernah melihat pemuda itu sebelumnya. Sepertinya salah satu dari tetangga barunya.

"Pie. Ucapan terima kasih untuk kue kemarin." Suaranya datar, ekspresinya dingin.

Nora mengernyit. "Mungkin maksudmu lima hari yang lalu?" koreksinya yang sebenarnya tak perlu ia katakan. Pemuda di depannya tak menjawab, hanya menatap Nora dengan mata dingin.

"Oh, baiklah. Terima kasih." Nora segera menerima pie tersebut. Ia tak ingin melihat tatapan itu lagi. Entah kenapa seperti sedang mengintimidasinya. Namun, pemuda tinggi—yang masih tak diketahui namanya—masih belum beranjak pergi seolah di kakinya ada lem.

Bukankah sekarang waktunya dia untuk pergi? batin Nora panik. Ia menatap canggung pemuda tersebut. Sesekali Nora melirik ke arah lain sambil mencari topik baru. "Em ...," Ia melihat pemuda itu masih terus menatapnya, "kalau boleh tahu, siapa namamu?"

"Trevor Gray."

Nora refleks mengangkat kedua alis, sedikit tak menyangka pemuda itu akan menjawab pertanyaannya. Nora kira dia orang yang benar-benar dingin atau tak suka bergaul. Jika diingat-ingat lagi, tak ada papan nama dengan keluarga Gray di rumah tetangga barunya. Hanya ada Rickman, Sheen dan Been.

City of Moroney PackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang