Bab 3

81.9K 6.1K 15
                                    

Setelah satu minggu merenung aku akhirnya menyadari bahwa tidak mungkin aku bisa kembali ke duniaku. Aku yang disana, sudah pasti mati.

Karena itu, aku punya tiga cara untuk menyelamatkan hidupku.

Pertama, aku harus memperbaiki hubunganku dengan Cashelion. Dan tidak membuat masalah dengan psikopat sinting itu.

Kedua, jika rencana pertama gagal aku akan menawarkan perceraian kepada Cavero dengan menawarkan berbagai keuntungan untuk laki-laki itu dan Cashelion. Setelah itu aku bisa meninggalkan keluarga psikopat itu.

Ketiga, jika rencana itu semua tetap saja gagal. Aku akan kabur dan mengganti identitasku.

Baiklah, untuk yang pertama. Aku harus bangun dari sini dan pergi melihat Cashelion.

"Lusi, dimana Cashelion?" tanyaku.

"Tuan muda pasti sedang ada di sekolah sekarang,"

"Kapan dia pulang sekolah?"

"Jam tiga sore ini Nyonya,"

"Baiklah, katakan pada sopir pribadinya kalau aku akan menjemputnya pulang sekolah nanti,"

"Nyo-nyonya ... Ma-maaf. Lebih baik nyonya istirahat saja. Keadaan nyonya baru saja membaik." ucap Lusi penuh ketakutan.

"Aku sudah membaik. Karena itu aku akan menjemput Cashelion nanti." putusku final.

Sepertinya Lusi khawatir aku akan memukul Cashelion.

"Lusi bawakan aku makanan. Aku lapar," ucapku lagi.

Setelah mengatakan itu aku pergi ke kamar mandi dan berfikir. Aku harus membuat kesan jika aku tidak akan memukuli Cashelion lagi.

Selesai mandi aku pun makan dan kemudian bersiap untuk menjemput Cashelion.

Meski hubunganku dan Cavero hanya sebatas laki-laki itu memanfaatkanku untuk mendapatkan keuntungan saja tapi, laki-laki itu masih memberikanku kebebasan. Cavero tidak pernah mempermasalahkan istrinya menggunakan uang atau pergi kelayapan kemana. Menurutku, jika Lunaria mati secara tiba-tiba pun Cavero juga tidak akan peduli.

Dari ingatan tubuh ini, Lunaria selalu histeris ketika melihat Cavero. Ia selalu berteriak menyuruh Cavero menyingkir dari pandangannya. Ia tidak ingin melihat ataupun bernafas ditempat yang sama dengan laki-laki itu.

Cavero sendiri selalu merespon dingin sikap Lunaria yang seperti orang gila.

Selesai bersiap, aku mengambil salah satu koleksi tas Lunaria dan pergi menuju sekolah Cashelion.

Meski aku sangat menyukai hidup Lunaria yang tenang, aman, damai dan banyak uang seperti ini. Aku harus selalu ingat jika Cavero itu mafia sinting dengan kedok pengusaha. Orang gila mana yang menyuruh putranya sendiri membunuh istrinya.

Aku melihat rumah ini takjub. Sangat besar dan mewah. Lihat saja banyaknya penjagaan ketat didepan pagar itu, sudah mirip keluarga bangsawan saja. 

Sampai di sekolah Cashelion, aku menunggunya di cafe terdekat dengan menikmati berbagai makanan manis.

Ketika bel dari sekolah Cashelion berbunyi aku bergegas pergi ke sekolahannya.

Setelah menunggu sekitar lima menit, ada seorang anak yang berlari mendekatiku dan memanggilku.

"Tante Luna," teriaknya.

Aku menatap anak itu. Dia berlari mendekatiku. Anehnya, aku tidak bisa mengenalnya.

"Ah, halo." sapaku dengan tersenyum ramah.

Aku pikir, aku pasti dekat dengan anak itu makanya anak itu berlari mendekatiku dengan ramah.

Trapped in a Psycopathic NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang