Bab 42

48.6K 4.5K 236
                                    

*Jangan lupa follow akunku dong, kan biar aku kalo mau ngasih pengumuman bisa kalian terima juga.
Terus itu juga, jangan lupa follow Instagram ku. @Shiska_co follow ya. Kalo ga follow aku ga mau up🤣

Pokoknya ngelunjak aku minta di follow,

Udah a, voting aja. Selama puasa kalian minta upnya jam berapa. Sahur, nunggu buka puasa, waktu buka puasa, atau abis terawih. Udah suka-suka kalian. Minta jam berapa, diskusi di kolom komentar,
.
.
.
.
.
.

Tangis Lion pecah ketika melihat mamanya tidak lagi bergerak. Anak itu semakin histeris dan memanggil mamanya.

Cavero memeluk tubuh itu erat.

"Dimana ambulan nya?" teriak Cavero marah.

"Tuan ambulannya sudah dat-"

Cavero langsung mengangkat tubuh Luna dan membawanya ke atas ambulan. Lion mengejarnya dari belakang.

Sampai tepat di ambulan. Cavero menidurkan Luna di atas bangkar dan menekan luka tersebut. Oksigen diberikan.

Cavero menyebut nama Luna dan memintanya untuk bangun.

Melihat Chaselion, ingin rasanya Cavero meninggalkannya. Namun ingat pesan istrinya, untuk tidak kasar dan menjaga putranya, Cavero membantu Lion untuk naik ke atas ambulan itu dan pergi bersama. 

"Papa .... mama, Hisk mama pasti bangun kan?"

"Iya," jawab Cavero pelan.

"Aku ... Huaaa..... Aku ... Aku minta maaf papa," isak Lion dengan memegangi tangan Luna erat.

"Diamlah Lion, jangan buat keributan!" ucap Cavero kasar.

Lion menahan isakannya meski air matanya masih saja menetes.

Sampai di rumah sakit, Cavero menyuruh agar Dokter melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan Lunaria. Dia akan membayar berapapun asal istrinya bisa kembali ke pelukannya.

Namun jika terjadi sesuatu pada Luna, Cavero akan membunuh semua orang yang ada disini.

Tak lama, ambulan Wilhelm dan Seth datang. Seth yang melihat Chaselion masih menangis langsung menghiburnya.

***

Luna membuka matanya perlahan. Ketika melihat atap bewarna putih dan juga bau khas, Luna mengedarkan pandangannya ke sekitar.

Tak ada siapapun yang menemaninya membuat perasaannya memburuk. Dimana mamanya, Chaselion, dan Cavero sialan itu.

Luna menggerakkan badannya yang terasa sakit. Ketika dia mencoba bangun, perutnya terasa nyeri.

Brak

Luna menoleh ke sumber suara dan melihat orang yang tak asing lagi.

"Je-remy?"

Laki-laki yang dipanggil Jeremy berlari ke arahnya dan memeluknya.

"Syukurlah. Syukurlah kamu bangun. Aku ... Aku khawatir kamu tidak akan bangun lagi. Luna ... Syukurlah,"

Luna tersentak mendengarnya.

Dia ... Berhasil pulang?

Dia, akhirnya bisa pulang ke dunianya lagi?

"Jer, sakit."

Orang yang dipanggil Jeremy melepaskan pelukannya.

Trapped in a Psycopathic NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang