Bab 58

20.1K 2.4K 248
                                    

Cavero sangat marah ketika mengetahui jika Ivan diam-diam datang ke rumahnya. Sebagai bentuk hukuman. Cavero mengirim Ivan ke kamp pelatihan untuk dihukum cambuk.

Sementara untuk Chaselion, Cavero menguncinya di gudang.

Chaselion berteriak ketakutan dan meminta di keluarkan. Anak itu menangis memanggil mamanya. Cavero yang jengkel langsung menatap Chaselion sinis.

"Tutup mulut kotormu itu."

Chaselion terdiam syok. Meski hubungannya dengan papanya tidak baik. Tapi, Chaselion percaya jika papanya pasti akan ada di pihaknya setelah beberapa hari kebersamaannya bersama dengan mamanya. Namun semua itu ternyata hanya angan-angannya.

"Berhenti memanggil nama istriku, atau aku akan memotong lidahmu agar kamu tidak bisa bicara lagi,"

Peringatan itu mampu membuat air mata yang keluar dari mata Chaselion semakin deras.

Brak

Cavero mengunci gudang itu dan tak mengizinkan siapapun membuka gudang itu tanpa seizinnya.

Chaselion menangis. Yah, anak itu hanya bisa menangis ketakutan dan memanggil nama mamanya berulangkali.

"Mama... Mama hisk, Chasel takut. Mama.... Mama sini. Hisk, Chasel takut. Mama," isaknya.

****

Lunaria diizinkan pulang setelah dua Minggu dirawat. Karena insiden itu, Lunaria terpaksa dipecat dari perusahaannya. Selama masa kesembuhan, Lunaria selalu dibantu Jeremy.

Bagaimana dengan novel yang hilang itu? Lunaria sudah sepenuhnya melupakannya meski hatinya terasa tidak tenang. Dia hanya beranggapan sedang bermimpi karena koma. Dan Dokter pun ikut menyetujui pendapatnya.

Sebulan berlalu begitu saja dengan tenang. Tak ada mimpi buruk ataupun mimpi indah. Luna sudah sembuh sepenuhnya dan bisa melamar pekerjaan baru.

Jeremy melarangnya dan meminta Luna untuk menerima lamarannya saja. Dia yang akan bertanggung jawab untuk keadaan Luna di masa depan.

Luna ragu. Dia ingin setuju namun anehnya perasaannya terasa sangat mengganjal. Seolah ada seseorang yang mencegahnya menikah dengan orang lain.

Luna minta diberikan waktu dan Jeremy setuju.

Ketika Luna sedang memikirkannya hingga ketiduran, dia tiba-tiba bermimpi hal yang selama ini ingin dia lihat.

Di mimpi itu, Luna melihat Cavero menyiksa putranya sendiri yaitu Cashelion. Luna hanya bisa meringis dan menangis melihat mimpi itu.

Di mimpi itu, keadaan Cashelion mirip sebagai mainan rusak yang tak bisa mati. Mental anak itu kacau dan mirip orang bodoh yang sama sekali tak punya emosi. Perasaan Luna sangat teriris melihatnya. Melihat keadaan Cashelion yang seperti itu membuat Luna berharap agar Cashelion lebih baik mati daripada hidup layaknya binatang.

Tidak, bukan binatang. Binatang lebih baik. Sampah bahkan jauh lebih baik daripada keadaan Cashelion di mimpi itu.

Cavero benar-benar menyiksa putranya hingga membuat orang-orang yang melihatnya berpikiran jika anak itu lebih baik mati saja. Cavero benar-benar membuat hidup Cashelion tidak berharga dan tidak perlu dihargai lagi. Cavero membuat anak itu tidak bisa mati ataupun hidup.

Bahkan ditengah keadaan mentalnya yang tak waras, Cavero sama sekali tidak berbelas kasih. Tak hanya Cavero, semua orang di dunia itu benar-benar bersikap buruk pada Cashelion. Tak ada orang yang berpihak pada anak itu di mimpi itu.

Trapped in a Psycopathic NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang